Selasa, 10 Maret 2020
PIMPINAN
Pimpinan harusnya merangkul, mendukung, menghargai, menenangkan, memberi solusi, memberi contoh, menyayangi bahkan mencintai ianak buahnya dalam menjalankan program-programnya. Bahkan pimpinan harus tahu kelebihan dan kekurangan anak buahnya. Fungsinya agar bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh anak buah. Misalnya, anak buah yang pintar matematika dan tidak mata duitan dijadikan bendahara, anak buah yang pintar komputer dijadikan operator slide, anak buah yang pintar ngaji dipercaya membawa kunci mushola, dan sebagainya. Pimpinan yang tidak memahami anak buah akan mudah terjadi kesalahpahaman.
Pimpinan juga harus adil dalam membagi tugas kepada anak buahnya. Kesenjangan kerja di antara bawahan akan menimbulkan kecemburuan dan ketidakharmonisan. Pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan tenaga. Jangan membebankan pekerjaan hanya pada satu orang sementara yang lain hanya duduk-duduk. Sesuaikan juga hak dan kewajiban masing-masing anak buah. Jangan samakan gaji sekretaris dengan gaji tukang tunggu lemari karena tugasnya juga berbeda. Pimpinan juga harus ada reward terhadap prestasi anak buah. Reward ini tidak harus berupa hadiah, materi atau uang. Sebungkus nasi megono dan gorengan pun menjadi sebuah penghargaan yang tak ternilai bagi anak buah atau bahkan hanya pujian, acungan jempol dan senyuman (di group WA sekalipun).
Pimpinan tidak boleh sewenang-wenang menjalan kepemimpinannya karena setiap organisasi pasti sudah mempunyai rencana kerja dan program yang yang sudah disepakati bersama dan akan dilaksanakan bersama-sama pula dan tidak perlu membuat program yang aneh-aneh dan tidak berguna. Disaat negara sedang gencar-gencaranya mengkampanyekan 4.0, menyederhanakan administrasi, pelayanan satu pintu, RPP satu lembar dan paperless, maka kesempatan bagi organisasi baik pimpinan maupun anak buah untuk bergerak cepat dan membuat program yang efektif dan efisien dan tidak perlu membuang-buang energi untuk membuat program baru yang tidak mendukung program organisasi. Baik pimpinan maupun bawahan wajib menaati aturan yang berlaku dalam menjalankan rencana kerja dan program tersebut. Dengan demikian, langkah pimpinan dan bawahan tetap berada di rel yang benar.
Friksi antara pimpinan dan bawahan baik secara terbuka maupun secara diam-diam pasti akan menyebabkan organisasi menjadi tidak sehat. Friksi ini terjadi apabila masing-masing tidak memahami fungsi dsn tugas masing-masing, terjadi kesenjangan tugas, kesenjangan hak dan kewajiban.
Pimpinan harus berpikir out of the box, harus mempunyai terobosan-terobosan demi kepentingan organisasinya. Bukan untuk kepentingan pribadinya dan tidak menyengsarakan anggotanya. Ada sebuah solusi dan penyelesaian bahkan ada program ajaib yang dimiliki pimpinan untuk kepentingan, kebaikan dan kemajuan organisasi.
Friksi di dalam organisasi bisa terjadi karena pimpinan tidak bisa merangkul anak buah. Entah itu faktor ketidakmampuan atau ketidakahuan, semuanya sama. Atau pimpinan bersikap otoriter, semuanya harus tunduk kepadanya, tak ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Sikap otoriter sebenarnya menanam api di dalam sekam. Di permukaan kelihatan baik-baik saja tapi di bawahnya tidak baik-baik saja. Atau juga faktor anak buah yang tidak mempunyai kompetensi, tidak mempunyai kinerja yang baik. Kalau faktor ini yang menyebabkan friksi dalam sebuah organisasi maka pimpinan berhak melakukan perekrutan baru atau ressufle sehingga akan diperoleh anak buah yang mumpuni dan baik hati.
Pemimpin tidak perlu minta dihormati karena penghormatan akan datang dengan sendirinya sesuai dengan kapasaitas dan kemampuannya dalam memimpin.
Catatan:
Anggap saja tulisan ini ditulis oleh orang yang sedang mengigau atau sedang kesurupan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar