"kret....kret...kret..." suara derik sedikit berdecit ini mengiringi kami pergi ke mushola untuk menunaikan sholat isya. Maghrib tadi belum terdengar suara ini. Suara ini berasal dari rerimbunan pohon mengkudu di pinggir sungai, pohon yang begitu rimbun dan subur pada musim hujan ini.
"Pakde, itu suara apa?" tanya Kan kepadaku
"Suara jangkrik ya Pakde?" jawab Ken.
"Itu suara belalang," jawabku
"Belalang kan kecil Pakde. Suaranya kok keras?" bantah Ken.
"Itu suara belalang malam. Belalangnya besar. Warnanya hijau. Kadang ada yang coklat. Besarnya segini nih," jelasku sambil menunjukkan dua jari tanganku dan kutunjukkan kira-kira panjangnya.
Aku tahu itu suara belalang malam atau ada yang menamainya walang keket, walang kecek atau caricangkas karena dulu waktu kecil sering mencari belalang ini berdasarkan sumber suaranya. Dengan modal senter, aku dapat menemukan belalang daun yang besar ini sedang menggesek-gesekkan sayap luarnya sehingga menghasilkan suara seperti itu. .
"Aku kok belum pernah lihat belalang besar seperti itu ya," lanjut Ken.
"Nanti pulang sholat, kita cari bersama-sama belalangnya. Mau?" tantangku
"Nggak mau ah. Nanti kalau bukan suara belalang tapi ternyata suara hantu gimana Pakde?" kata Kan.
"Ya kita lariiiiiii," jawabku sambil berlari meninggalkam dua anak itu di belakangku.
Kan dan Ken spontan ikut lari.
"Pakdeee...,"
*) sumber video: rekaman asli di pinggir sungai.
sumber gambar: nurfajrian.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar