alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Kamis, 29 November 2018

ALERGI BAU

Kejadian ini terjadi pada hari terakhir LDK OSIS 2018. (Minggu, 11 November 2018)

Terpicu oleh taburan tepung sebelum kegiatan Jalan-Jalan Siang (JJS), alergi bau Mega (nama samaran ya) kambuh. Dia bersin tak henti-henti. Efeknya tidak hanya bedak atau debu yang membuatnya bersin, tapi semua bau yang sedikit menyengat juga membuatnya bersin. Bau asap, solar, bau parfum, bau minyak, bau kotoran, bau kaos kaki, bau ketek, bau keringat, dan bau yang aneh di hidungnya membuatnya bersin berkali-kali. 

Akibatnya, dia tidak bisa naik bus. Menurutnya, bau bus sangat menyengat. Padahal menurutku, biasa saja. Tidak ada bau bus yang menyengat. Mungkin yang dia maksud bukan bau bus tapi bau isi bus yaitu keringat teman-temannya. Ups...maaf. Bukan keringat tapi parfum. Setelah packing, pasti teman-temannya tidak ketinggalan menyemperotkan berbagai macam parfum di tubuh mereka masing-masing.

“Kalau begitu, naik mobil saja. Kebetulan mobilnya masih bisa muat satu lagi.” Kataku
“Sebentar Pak,” kata dia.

Dia minta kepada Vigo untuk membukakan pintu mobil. Baru saja pintu mobil dibuka, seketika itu, dia bersin-bersin lagi. Sambil menutup hidungnya dan menghindar dari mobil, dia memberi isyarat untuk segera menutup pintu mobil.

“Bau pewangi di mobil terlalu menyengat.”
“Tidak jadi naik mobil nih?,” tanyaku.

Akhirnya, dia memilih membonceng motor. Selain bisa menghirup udara segar yang tentu saja tidak menyengat, dia bisa bersin sesuka hati. Boncengan yang kosong adalah motor Vigo dan Mas Slamet.

“Jangan membonceng Vigo,” kata Eni
“Kenapa En?” tanyaku
“Mengerikan.. Vigo naik motornya ngebut dan ugal-ugalan Pak,” Jawab Eni yang kemarin waktu berangkat membonceng Vigo
”Kalau begitu ikut Mas Slamet saja,” kataku
“Helmnya pinjam Eni. Eni naik mobil,” kata Pak Agus Ma.


Akhirnya Mega naik motor bersama Mas Slamet dan Eni ikut mobil. LDK OSIS 2018 selesai. Selamat tinggal Pagilaran. Kita meluncur pulang ke sekolah lagi.

JUARA I LOMBA BOLA VOLI

Selain lomba paduan suara, HUT PGRI ke-73 tahun ini mengadakan pertandingan bola voli. Team bola voli putri yang digawangi oleh Bu Arie, Bu Sri Maryati, Bu Hanjar, Bu Esti, Bu Titin, Bu Nanin, Bu Us berhasil menyabet Juara I. Sedangkan team bola voli putra yang digawangi oleh Pak Edi, Pak Arif, Pak Aji, Pak Suharjo, Mas Slamet, dan Mas Kumarjo berhasil meraih juara IV.


Selamat!

Selasa, 27 November 2018

JUARA I LOMBA PADUAN SUARA

Hampir 2 minggu terdengar lagu “Mars PGRI’ dan “Tak Tong Tong” dari lobi depan sekolahku. Dipandu oleh 2 orang pelatih dan didorong-dorong, dipaksa-paksa alias disemangati oleh 2 orang suporter super militan yaitu Bu Arie dan Bu Hanjar, team paduan suara sekolahku bersiap mengikuti lomba paduan suara dalam rangka HUT PGRI KE-73 yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Nopember 2018. Mereka akan menyanyikan sebuah lagu wajib yaitu Mars PGRI dan satu lagu pilihan. Atas usulan Bu Arie, lagu pilihan akhirnya jatuh pada lagu “Tak Tong Tong”.

“Selain rancak, cepat dan terkesan ceria, lagu dari Sumatera Barat ini mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi sehingga bisa menambah point penilaian,” kata Bu Arie

Dengan dipimpin oleh dirigen handal yaitu Mas Nurseto, paduan suara yang beranggotakan Bu Ika, Bu Erni, Bu Yunita, Mba Asih, Bu Sri Suharsih, Bu Desi Inayati, Bu Tri Agus, Bu Agustin Rissanada, Pak Nurrochim, Bu Edi Retnosari, Pak Dwi Aji, Pak Supbechan, Pak Agus Har dan Pak Kasmudi akhirnya berhasil meraih juara I.



Selamat !

Senin, 26 November 2018

HARI GURU 2018

“Ulangi,” teriak kepala sekolah dari podium, “menyanyinya tidak kompak. Yang tidak hafal lebih baik diam”.

Lagu “Hyme Guru” dinyanyikan dengan tidak kompak. Antara peserta upacara di belakang dan di depan bersahut-sahutan. Peserta upacara yang depan pasti menyanyikan lagu dengan tepat sesuai dengan aba-aba dirigen. Sedangkan peserta upacara di belakang, karena mereka tidak bisa melihat gerakan tangan dirigen, maka mereka menyanyi dengan agak lambat. Kacau jadinya.

Gryshelva Yolanda sebagai dirigen yang sedang kembali menuju tempatnya, terpaksa berhenti dan berbalik. Untuk lagu yang dinyanyikaan bersama-sama oleh seluruh peseta upacara, dirigen menghadap ke peserta upacara, bukan ke arah tim paduan suara. Kembali menghadap ke arah peserta upacara, Gryshelva Yolanda mulai memberi aba-aba lagi “tanpa tanda jaaa...sa”

“Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru....” Lagu Hymne Guru berkumandang dengan hikmat. Kali ini, para siswa peserta upacara hari guru tahun 2018 menyanyikan lagu “Hymne Guru” dengan kompak.

Tahun ini, karena 25 November 2018 jatuh pada hari Minggu maka upacara Hari Guru dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 November 2018. Tidak seperti  tahun-tahun sebelumnya, upacara tahun ini tidak melibatkan guru sebagai petugas. Petugasnya adalah pengurus OSIS. Selain karena belum dipersiapkan dan belum latihan, juga karena bertepatan dengan kegiatan PAS (Penilaian Akhir Semester). Namun demikian, makna peringatan kali ini tidak berkurang.

Setelah dibacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI oleh pembina upacara, para siswa yang diwakili oleh Khotibul Umam sebagai Ketua OSIS memberikan bucket bunga untuk kepala sekolah, kepada satu orang guru dan kepada satu staf TU yang tahun ini akan pensiun serta memberikan sebuah kado. Setelah acara pemberian bucket bunga dan kado, kepala sekolah melepaskan balon beruntai pita bertuliskan “Teacher’s Day”.

Pak Habibi, Ibu Roewati, Pak Taufiq, Khotibul Umam (dari kiri ke kanan)

Pemberian kado

Pelepasan balon

Tepuk tangan bergemuruh.

Upacara diakhiri dengan menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku”.

Terima Kasihku
Ku Ucapkan
Pada Guruku
Yang Tulus
Ilmu Yang Berguna
Slalu Di Limpahkan
Untuk Bekalku Nanti
Setiap Hariku
Di Bimbingnya
Agar Tumbuhlah Bakatku
Kan Ku Ingat Slalu
Nasihat Guruku
Trima Kasihku Guruku

Lagu ini juga dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh siswa peserta upacara dengan syahdu. 

Saat lagu “Terima Kasih Guruku” berkumandang, Mega Elisya membacakan sebuah puisi.



Wuihhh... terharu sekali. Serasa mau nangis.

Sabtu, 24 November 2018

MABIT


“Pa, tadi dicari anak ke sini minta kunci gudang mushola,” kata anakku melihatku turun dari sepeda motor sepulang mem-fotocopy.
“Astaghfirullah..iya-iya. Papa langsung ke sekolah.” Kertas fotocopy kulempar dan aku kembali menyalakan sepeda motor. 

Aku yang belum mandi dan bersandal jepit langsung meluncur ke sekolah. Aku teringat kunci gudang mushola masih ada padaku. Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju mushola dan membuka gudangnya.

“Ya Alloh Pak. Bapak dicari-cari. Kemana siiih?” Tiba-tiba Meyta sang ketua Rohis OMAR datang dan mencecarku.
“Iya..maaf..maaf. Tadi pagi sudah dibawa di saku tapi lupa nggak dikasihkan panitia,” jawabku
“Sekarang di mana?” tanya Meyta lagi.
“Itu sudah menggantung di pintu.”
“Alhamdulillaaah,” Meyta langsung sujud syukur.

Kunci gudang mushola sudah ada di dalam saku celanaku sejak hari Kamis. Setelah kegiatan ekstrakurikuler rebana pada hari Kamis sore, biasanya kunci gudang mushola kukembalikan ke ruang TU. Akan tetapi, kemarin ruang TU telah dikunci sehingga kunci tersebut kubawa pulang. Sejak tadi pagi sudah kubawa di kantong celana. Niatku, akan kuberikan kepada Meyta atau salah satu panitia Mabit. Mabit atau Malam Bina Iman dan Taqwa akan dibuka pada sore ini, Jumat, 16 November 2018 pukul 17.00. Tentu saja, panitia sibuk mencari kunci gudang mushola karena di dalamnya terdapat sound system, microphone dan rebana yang diperlukan untuk kegiatan pembukaan Mabit.

Setelah menyerahkan kunci, aku pulang kembali ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian dengan baju koko, sarung dan peci. Sore ini juga aku kembali ke sekolah menghadiri undangan pembukaan Mabit Rohis OMAR. OMAR adalah singkatan dari Organisasi Muslim Antar Remaja, sebuah singkatan yang ddipaksakan. Kenapa tidak Organisasi Remaja Muslim dan disingkat ORM. Tapi jadi tidak bagus. Ya sudahlah OMAR pun tak apa. Apa arti sebuah nama sih? Kata Shakespere “What is a name?” Yang penting isinya atau kegiatannya.

Aku sebenarnya ingin mengikuti kegiatan Mabit ini sampai besok pagi tapi nanti malam ada kepentingan yang tak bisa ditinggalkan. Jadi, maaf ya anak-anak Rohis! Pak Bas hanya ikut kegiatan pembukaan. Acara pembukaan dimulai pada pukul 17.00 tepat sesuai undangan. Tumben acara seperti ini tepat waktu. Salut deh! Kulihat acara ini dihadiri oleh Pak Agus Ma Waka Kesiswaan, Pak Taufiq Waka Humas, Pak Yayan guru agama Islam dan pembina rohis, Pak Habibi selaku kepala sekolah yang akan membuka kegiatan, Mas Slamet petugas perpustakaan yang diminta menjadi seksi dokumenter, peserta Mabit dan aku sendiri. Tapi aku sebagai apa? Mungkin sebagai pembina ekstrakurkuler  rebana karena group rebana rencananya akan ditampilkan dalam pembukaan tapi akhirnya tidak jadi karena waktu yang sempit.

Setelah sholat maghrib berjamaah, aku pulang. Sementara peserta Mabit melanjutkan kegiatan dengan baca Qur’an, pengajian, sholat malam, sholat dhuha, dan pemilihan serta pelantikan pengurus Rohis baru. Kegiatan ini direncanakan sampai besok pagi.

Selamat Ber-Mabit!

LDK OSIS 2018

Seperti tahun lalu, LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) untuk pengurus OSIS masa bakti 2018 / 2019 diselenggarakan di Agrowisata Pagilaran. Agrowisata ini adalah lokasi wisata berbasis perkebunan teh. Ada lebih dari 10 hektar kebun teh yang terhampar di lokasi yang masuk ke wilayah Desa Keteleng, Kecamatan Blado ini. Selain hamparan kebun teh milik PT. Pagilaran, di dalam lokasi agrowisata ini terdapat wisma atau penginapan yang disewakan untuk umum. LDK OSIS kali ini bertempat di wisma Alamanda I yang akan berlangsung selama 2 hari yaitu hari Sabtu sampai Minggu tanggal 10 sampai 11 November 2018. LDK OSIS ini juga bersamaan dengan LDK PMR di tempat yang sama. Namun, pelaksanaan LDK PMR hanya sehari yaitu tanggal 10 November 2018.

Pemberangkatan
Pemberangkatan yang rencananya pada pukul 07.00 tertunda menjadi pukul 09.00 karena seluruh siswa harus mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan. Lima unit bus berkapasitas 18 tempat duduk telah parkir di depan sekolah siap membawa panitia dan peserta LDK OSIS yang berjumlah 43 siswa dan peserta LDK PMR yang berjumlah 72 siswa. Walaupun kapasitas hanya 18 tempat duduk tetapi bus ini bisa memuat 25 sampai 30 orang. Yang lain berdiri,lesehan atau bawa kursi sendiri. Busnya adalah bus agkutan umum non-AC jurusan Batang-Bandar yang bisa disewa untuk mengangkut rombongan. Kenapa dipilih Non-AC? Daerah yang akan kita tuju adalah daaerah pegunungan yang dingin. Tidak baik menggunakan bus AC. Bisa terkena hipotermia.

Aku, Pak Agus Ma, Pak Supbechan, Bu Anggraeni, Bu Nanin sebagai pendamping LDK OSIS dan Bu Esti sebagai pendamping LDK PMR naik mobil sekolah. Nah, kalau ini mobil ber-AC. Tak perlu khawatir karena kami sudah terbiasa memakai AC. Jangan iri ya! Mas Slamet sebagai pendamping urusan dokumantasi lebih memilih naik motor. Ada beberapa panitia OSIS yang naik motor juga. Mungkin sekalian ingin menghirup udara segar pegunungan. Atau mungkin tak terbiasa naik bus dan mobil. Takut mabok. Pak Tujanto atau akrab disapa “Pak Tu”, salah satu staf TU yang menjadi pendamping urusan sarana dan prasarana tidak perlu naik motor atau naik bus karena rumahnya berada di kompleks perusahaan teh, PT. Pagilaran. Istrinya adalah salah satu karyawan PT. Pagilaran.

Tiba pada pukul 10.00 disambut dengan hujan gerimis. Wilayah pegunungan di selatan kota Batang memang mempunyai curah hujan yang tinggi. Ketika wilayah lain tidak hujan, di wilayah ini hujan bisa datang kapan saja. Apalagi sekarang ini telah memasuki musim hujan. Di bawah gerimis hujan yang tak kunjung berhenti, peserta LDK PMR tetap menjalankan programnya yaitu outbond, game dan jalan-jalan mengitari kebun teh. Sedangkan peserta LDK OSIS sibuk mengatur pembagian kamar di wisma Alamanda I.

Kegiatan LDK OSIS akan dimulai pada pukul 11.30. Akan tetapi, acara pembukaan ditunda karena kepala sekolah sedang menghadiri undangan pernikahan dan akan diisi dengan materi terlebih dahulu. Maka, aku harus mengisi materi pertama yaitu “Surat menyurat dan Proposal”. Materi ini tidak menarik. Jadi, tak perlu kuceritakan. Selesai pada pukul 12.30, peserta malaksanakan “ishoma” (istirahat, sholat dan makan). Padahal seharusya “imasho” (istirahat, makan sholat) karena kata orang bijak “lebih baik makan teringat sholat daripada sholat teringat makan”. Nyatanya kita tetap “ishoma” untuk menunjukkan tanda-tanda orang beriman.

Pembukaan
Pada pukul 14.00 Bapak Kepala Sekolah datang ditemani istri tercinta. Pembukaan dilaksanakan di dalam ruangan. Formatnya seperti upacara. Ada pembawa acara, pemimpin dan pembina. Ada baris, lencang kanan, hormat, istirahat di tempat, amanat dan laporan. Tapi tak ada yang memakai sepatu, termasuk Kepala Sekolah. Jadi, agak gimana gitu. Tapi ini darurat karena di luar hujan. Setelah pembukaan, dilanjutkan penyampaian materi oleh kepala sekolah. Tentu saja materi “kepemimpinan”. Tak mungkin beliau mengisi materi surat-menyurat. Emang tukang pos!

Selesai penyampaian materi pada pukul 15.30, Bapak Kepala Sekolah melaksanakan sholat di masjid dan menyempatkan diri untuk menyambangi rumah Pak Tujanto. Tepat pukul 16.00 Bapak Kepala Sekolah pulang. Bersamaan itu pula, LDK PMR usai dan para peserta juga pulang dalam keadaan basah kuyup.
Setelah sholat, para peserta melanjutkan materi berikutnya yaitu “baris-berbaris dan upacara”. Bertempat di lapangan tenis, kegiatan ini dipandu oleh Mas Roby Mahudi, pelatih PKS. Selesai pada pukul 17.30.
Selepas sholat isya, pada pukul 19.30 Pak Nurrochim mengisi materi “keorganisasian”. Isinya tentang organsasi siswa. Ingat, bukan organisasi RT ya.

Pentas Seni
Pentas seni dilaksanakan pada pukul 21.00. Pentas seni ini menampilkan semua peserta. Masing-masing peserta membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang kemudian menampilkan tari, menyanyi, puisi atau pentas seni yang lain. Penampil pertama menampilkan puisi bersambung tapi temanya berbeda-beda. Nyambungnya lucu dan membuat penonton terpingkal-pingkal. Penampil kedua menampilkan stand up komedi. Ada yang lucu, ada yang setengah lucu, ada yang garing. Penampil ketiga menampilkan puisisasi lagu. Satu orang membaca puisi yang lain mengiringi dengan gitar dan menyanyi. Cukup menarik. Penampil keempat menampilkan tarian. Penampil ini mengajak seluruh peserta untuk mengikuti gerakan tarian mereka. Tarian yang rancak mengikuti lagu rap. Tarian ini diulang-ulang sampai 4 kali. Ini sih bukan tarian tapi senam aerobik. Semuanya berkeringat. Penampil kelima menampilkan balas pantun. Ini balas pantun atau balas dendam? Soalnya ada sebagian yang saling mengejek. Tapi ada juga yang balas cinta. Umam, sang ketua OSIS merayu adik kelasnya dengan pantunnya yang romantis. Penampilan terakhir adalah dari Pak Agus Ma yang tidak bisa menyanyi  selain lagunya Ebiet G Ade.

Peserta beristirahat untuk mempersiapkan JJM (jalan-jalan malam).

Bakar Ikan
Sementara itu, Ibu guru prakarya yang pintar memasak dan merias sibuk membakar ikan di halaman penginapan. Dibantu Pak Kasmudi dan beberapa panitia, Bu Nanin membakar ikan yang dibawa oleh Eni Latifa dari rumah. Menurut cerita, Eni membawa ikan atas dasar permintaan dari Pak Agus Ma. Menurut bayangan Pak Agus Ma, Eni akan membawa ikan paling-paling 1 plastik kresek atau sekitar 1-2 kg. Nyatanya, Eni membawa ikan kurang lebih 10 kg sekalian box dan esnya. Ada ikan kerapu, pihi, kakap, jeruk dan lain-lain. Ikan laut selalu melimpah di rumahnya larena orang tuanya adalah pengusaha ikan. Jadi, jangan coba-coba memancing Eni dengan urusan ikan. Hasilnya pasti melebihi ekspektasi. Ikan bakar yang sudah matang dihidangkan di meja. Giliranku untuk mecicipinya. Makan ikan bakar ditemani teh panas terasa sangat di malam hari dengan udara dingin pegunungan rasanya mantap. Terima kasih Eni.

JJM
Pukul 23.00, para peserta dibangunkan untuk melakukan JJM. Padahal belum ada yang tidur. Peserta dibariskan di depan wisma dan ditutupi matanya dengan kain hitam. Dibuat kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari tiga peserta. Dengan bergandengan tangan dan dipandu oleh seorang panitia, mereka berjalan menuju garis start. Di garis start, kain hitam yang menutupi mata mereka dibuka. Mereka akan berjalan tiga-tiga bergantian mengitari kebun teh di pegununguan pagilaran. Hanya ada petunjuk lilin yang menyala di setiap 100 meter untuk menuju garis finis. Kali ini, kendali dipegang oleh Vigo, salah satu panitia yang selama menjadi pengurus OSIS selalu menangani sound system dan akhirnya tercatat sebagai “Atlet Sound”. Sebelum dilepas, peserta dibisiki sesuatu oleh Vigo. Entah apa. Aku saja yang ada di dekatnya tidak bisa mendengarnya. Mungkin bisikan untuk agar para peserta hati-hati: “awas hati-hati di perjalanan kalian bisa bertemu harimau atau singa.” Vigo, anak bertubuh tinggi besar ini, ketika berbisikternyata suaranya bisa kecil juga. Cukup mengherankan.

Setelah dua rombongan dilepas, aku bersama Pak Agus Ma dan Pak Kasmudi mencoba mengikuti mereka. Jalan setapak terlihat gelap sekali. Kerlip lilin tak bisa menerangi jalan yang kami lewati. Berkali-kali kami tersandung batu. Belum semperempat jalan, kami memilih balik ke garis start dan kembali ke penginapan. Biarkan kegiatan ini dipegang oleh panitia OSIS.

Renungan Malam
Selesai  JJM, para peserta dikumpulkan di aula untuk mengadakan renungan malam. Kali ini, Pak Agus Ma yang akan memandu. Aku memilih tidur. Aku tak mau ikut renungan. Di dalam kegiatan renungan biasanya peserta dibuat menangis. Ruangan gelap. Lampu dimatikan. Para peserta akan mendengarkan cerita atau puisi dengan suara yang mendayu-dayu diiringi musik mellow. Lagu yang biasa digunakan adalah lagunya Opick, Bimbo, atau lagu religi lainnya. Jangan berharap mendengar lagunya The Chancuters di dalam sebuah renungan ya. Kisah yang disampaikan adalah tentang tobat dan dosa, tentang persaudaraan, keluarga, ayah, ibu dan tentu saja tentang kematian ibu. Sudah bisa kutebak karena cerita seperti ini mudah untuk mengundang air mata dan isak tangis. Ah...padahal belum tentu mereka menangis karena mendengar ceritanya. Ada beberapa kemungkinan mereka menangis:
  1. Benar-benar menghayati cerita: anak yang menangis ketika mendengar kisah-kisah dalam renungan berarti sangat meresapi makna dari renungan tersebut. Sangat mengena.
  2. Anaknya memang cengeng: anak seperti ini hanya mendengar musik mellow saja sudah menangis. Tapi bagus lah, tipe anak seperti ini sangat berguna untuk mendukung keberhasilan renungan.
  3. Kondisi tak terduga. Tipe anak seperti ini menangis bukan karena cengeng, terharu atau menyesali dosa, tapi karena lupa tadi belum makan malam. Perutnya sakit, lalu menangis. Atau bisa jadi, waktu sedang renungan tangannya keinjak kaki temannya. Sakit. Makanya menangis. Ada juga anak yang memanfaatkan momen. Dia menangis karena sedang patah hati. Sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali dengan renungan tapi dia ikut menangis saat renungan. Mau menangis sendirian kan malu. Mumpung banyak temannya menangis, dia memanfaatkan momen ini untuk ikut menangis. Tipe-tipe anak seperti ini sebenarnya tidak bisa menjadi dasar penilaian atas keberhasilan renungan. Tapi bagus juga untuk memancing teman sebelahnya ikut menangis.

Aku terlelap sampai pagi.

Kegiatan terakhir pada hari Minggu adalah outbond dan JJS (jalan-jalan siang). Outbond dipandu sepenuhnya oleh panitia OSIS. Dilanjutkan dengan Hiking Siang. Tapi sebelumnya, para peserta dikumpulkan di halaman dan ditaburi tepung di wajah dan tubuhnya.

Hiking melewati rute berkelak-kelok naik turun kami menempuh jarak kurang lebih 5 km. Agar tidak tersesat, kami dipandu oleh Pak Tu. Hamparan pohon teh hijau dan udara yang segar terhampar di sepanjang perjalanan.

Sudah kuduga, dalam kegiatan ini Pak Agus Ma pasti menyerah. Baru sepertiga perjalanan, beliau memotong jalan yang lebih dekat menuju wisma. Ternyata, ada beberapa panitia OSIS mengikuti langkah Pak Agus Ma.

Terakhir adalah packing untuk pulang. Dua bus telah menunggu di depan penginapan. Panitia dan peserta segera membawa tas mereka masing-masing menuju bus. Beberapa panitia yang naik motor segera mempersiapkan motornya.

Aku dan pendamping lainnya naik mobil sekolah. Dan Eni ikut mobil sekolah karena helmnya dipinjam oleh salah satu peserta yang tak tahan naik bus dan terpaksa membonceng Mas Slamet.


Sampai di sekolah pukul 14.30. LDK OSIS selesai dengan sukses.

Kamis, 22 November 2018

SERAGAM YANG TIDAK SERAGAM

Peserta Penilaian Akhir Semester (PAS) di dalam satu ruang terdiri dari dua kelas, bisa kelas X dengan kelas XII, bisa kelas X dengan kelas XI atau kelas XI dengankelas XII. Pada hari Kamis, semua siswa memakai seragam identitas yaitu baju batik dan celana abu-abu.  Sesuai kebijakan sekolah, motif batik seragam identitas sekolahku ganti setiap 3 tahun sekali. Karena dua tahun yang lalu ada perubahan motif batik maka tahun ini, kelas X dan kelas XI memakai seragam identitas yang sama sedangkan kelas XII memakai seragam identitas dengan motif yang lama.  Dan Akan tetapi, kulihat, di ruang ini ada 3 baju batik yang dipakai oleh para siswa.

“Kamu pakai seragam identitas seperti ini dapat dari mana?” tanyaku kepada salah satu siswa kelas XII yang memakai seragam identitas dengan motif batik pendahulunya.
“Minta ke tetangga. Dia dulu alumni sekolah ini Pak,” jawabnya.
“Memangnya seragam identitasmu kemana?” cecarku
“Sobek Pak. Sudah tak bisa dipakai. Mau beli lagi, katanya sudah tidak ada.”

Nyatanya, kulihat tidak hanya dia yang memakai seragam identitas dengan motif batik pendahulunya. Ada 3 siswa lainnya yang memakai pakaian dengan motif batik yang sama.

“Ini juga pakai seragam identitas lama. Kenapa?” tanyaku kepada siswa yang memakai seragam dengan motif yang sama dengan siswa tadi.
“Sama Pak, baju saya juga sudah sobek di bagian lengan. Mau dipakai, malu Pak.” jelasnya

Selama ini siswa-siswa yang memakai seragam identitas dengan motif yang sudah tidak beredar, tidak dipermasalahkan karena ketiadaan persediaan seragam identitas di koperasi sekolah. Siswa yang seragam identitasnya sobek, koyak ataupun hilang tidak bisa membeli seragam identitas yang sama. Jalan satu-satunya adalah mencari seragam identitas milik kakak kelasnya yang sudah lulus walaupun dengan motif yang berbeda.

Melihat seragam identitas yang berbeda-beda rasanya ada yang kurang pas. Seragam kok tidak seragam. Agak aneh.


Maka melalui tulisan ini saya mengusulkan, mungkin sebaiknya motif batik seragam identitas itu tetap dan tidak berubah untuk selamanya. Harus ada keputusan tentang satu motif batik yang digunakan menjadi seragam identitas. Dengan demikian, siapapun yang melihat siswa memakai pakaian dengan motif batik tersebut akan mengenalinya sebagai siswa SMAN 2 Batang. Dengan seragam identitas yang sama untuk selamanya, koperasi  bisa menyediakan pakaian atau bahan pakaian seragam identitas sehingga siswa yang seragam identitasnya rusak atau hilang tidak bingung untuk menggantinya. Tentu saja, dengan seragam identitas yang seragam akan terlihat lebih serasi dan indah.
Ini adalah seragam sejak 2011/2012 sampai 2014/2015. 
Mulai tahun pelajaran 2014/2015, kelas X memakai seragam identitas baru (di bawah ini)

Ini adalah seragam sejak tahun pelajaran 2014/2015 sampai tahun pelajaran 2017/2018.
Seragam ini masih dipakai oleh siswa kelas XII.
Mulai tahun pelajaran 2017/2018, kelas X memakai seragam identitas baru (di bawah ini)

Ini adalah seragam sejak tahun pelajaran 2017/2018 sampai sekarang
Seragam ini masih dipakai oleh siswa kelas X dan XI.

Rabu, 21 November 2018

KRAS



KRAS (Kejuaraan Renang Antar ekolah) piala Bupati Cup II diselenggarakan di kolam renang Hotel Sendang Sari. Kejuaraan antar siswa dari TK sampai SLTA di seluruh Kabupaten Batang ini diikuti oleh atlet renang sekolahku. Tahun ini sekolahku menerjunkan 4 perenang: 1 putri dan 3 putra yaitu Amalia Mulia Intan Himayah yang berhasil merebut 7 emas untuk seluruh gaya dan mendapat 1 piala sebagai MVP (most valuable palyer) alias perenang putri terbaik, Salwa Al Rozak yang berhasil merebut 2 perunggu, Muhammad Roisa Machfudh yang berhasil merebut 1 emas, 2 perak dan 2 perunggu, dan Rifat Lazuardi Ramadhan yang berhasil merebut 1 emas dan 2 perak.

Selamat untuk kalian semua. Felicitation pour vous!

Berfoto bersama para pendamping

TERGANGGU PROYEK

"Deng...deng...deng..." Suara palu bersahut-sahutan tiada henti dari ruang sebelah. Para siswa di Ruang 01 yang pada hari ini, Kamis 22 November 2018 mulai melaksanakan Penilaian Akhir Semester (PAS) Semester Gasal nampak gelisah. Mereka pasti terganggu dengan suara-suara tersebut.

Proyek pembagunan ruang kelas baru telah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu. Kini, sedang dalam tahap pemasangan plafon. Sebenarnya sudah lama suara palu, linggis, cetok terdengar.Tapi, hari ini suara itu kedengaran lebih keras. Selain karena suara di kelas lebih hening karena para siswa sedang konsentrasi mengerjakan tes, rupanya hari ini para pekerja nampak lebih bersemangat. Kulihat mereka  bekerja dengan wajah yang sumringah. Aku tahu, pasti karena hari ini adalah hari Kamis. Nanti sore adalah saatnya kamis-an yaitu hari pembayaran upah. Buruh di Batang dibayar secara mingguan pada setiap hari Kamis karena pada hari Jum'at mereka libur dan mulai bekerja lagi pada hari Sabtu. Maka, jangan heran suara benturan antara palu, paku dan rangka plafon terdengar lebih keras dari biasanya.

"Deng...deng...deng..." suara itu tidak hanya menggangu para siswa yang sedang mengerjakan tes tetap juga menggangguku dan Pak Turmudi yang sedang mengawasi tes di ruang ini karena kami tak bisa mengatuk sekejap pun.

MAULUDAN


“Pak Bas duluan. Nanti kami mengikuti,” jawab salah satu anggota group rebana ketika aku menyurh anak rebana untuk melantunkan sholawat awal. Sebelumnya Pak Yayan telah memimpin pembukaan kegiatan pembacaan kitab Al Banzanji dengan membaca Fatihah bersama. Perlu diketahui, baru pertama kalinya sekolahku mengadakan kegiatan pembacaan kitab Maulidul Barzanji untuk memperingati Maulud Nabi tahun ini yang berlangsung pada hari Senin, 19 November 2018. Maulud Nabi sebelumnya biasanya diisi dengan kegiatan lomba-lomba dan pengajan umum.

“Pak Yayan sekalian langsung saja Ya Robbi Sholli...,” kataku kepada Pak Yayan sambil menahan microphone di tangannya. Ya Robbi Sholli adalah syair sholawat di awal kitab Al Barzanji yang biasanya diiringi dengan rebaana.

“Serahkan saja ke anak-anak rebana,” jawab Pak Yayan. Aku pun beralih perhatian kepada group rebana.
“Ayo...kalian yang melantunkan sholawat,” kataku.
“Pak Bas yang memulai sholawat dulu, kami yang mengiringi,” jawab mereka.

Begini nih kalau sebelumnya belum ditentukan pembagian tugasnya masing-masing. Daripada lempar sana lempar sini, akhirnya aku mengalah dan mengambil alih microphone dari tangan Pak Yayan. Aku mulai melantunkan syair “Yaaa..Robbi shooolli ‘ala Muhammad...” dengan suara parau-parau banjir. Asli, aku kurang percaya diri dengan suaraku sendiri. Entah suara jenis apa suaraku ini. Pokoknya, tidak pas untuk urusan nada dan irama. Tetapi apa boleh buat, aku harus melakukannya supaya acara ini tidak berhenti sampai di sini.



Selesai kulantunkan sholawat awal, kuberi kesempatan anggota group rebana untuk memulai membaca pembukaan kitab Al-Barzanji. Lagi-lagi, mereka saling tunjuk satu sama lain. Aku pun harus mengalah lagi. Aku membaca pembukaan kitab Al-Barzanji.

“Laqod jaa akum rosuulun min anfusikum ‘azizun ‘alaihimma ‘anittum hariisun... dilanjut  Al jannatu wana’iimuha sa’du limayyusholli wa yusallim.... dilanjut Abtadiul imlaa i bismidzaatil ‘aliyyah,”


Akhirnya satu halaman pembukaan selesai. Kuserahkan sepenuhnya kepada Pak yayan untuk meneruskannya.  Giliran berikutnya adalah Mas Slamet, Pak Nurrochim, dan Pak Chundori sekalian doa.

Alhamdulillah, pembacaan kitab Al-Barzanji selesai dengan sukses.

Dilanjutkan dengan Mau’idhotul Hasanah yang disampaikan oleh Pak Chundori. Pak Chundori menceritakan tentang keutamaan-keutamaan memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Beberapa hadits yang melandasi adanya peringatan Maulud Nabi dijelaskan. Juga diisi dengan renungan oleh Nanda. Nanda membacakan puisi yang menyadarkan para siswa untuk kembali merenungi segala dosa yang telah dilakukan kepada sesama teman, kepada guru, dan kepada orang tua.

Kegiatan Maulud nabi dilanjutkan dengan lomba-lomba yaitu lomba da’i, kaligrafi, tartil dan adzan.

Yang menilai masing-masing lomba ini adalah juri tunggal. Juri da’i adalah Pak Yayan, juri kaligrafi adalah Pak Supbechan, juri tartil adalah Bu Uswatun Khasanah dan juri adzan adalah Mas Slamet. Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa keputusan juri tidak bisa diganggu gugat. Maka, tunggu saja pengumuman pemenangnya.

Jumat, 16 November 2018

SCHOOL CLINIC JR. NBA

Hari ini sekolahku kedatangan Mathew Jan Montalvo pelatih bola basket Jr.NBA yang berasal dari Iloilo Filipina. Kedatangannya ke sekolahku adalah dalam rangka melakukan School Clinic, sebuah program dari Jr. NBA untuk mengembangkan atlet bola basket usia dini dan siswa sekolah yang digagas oleh NBA.

Sejak pukul 07.30 para siswa kelas X dan XI telah menunggu kedatangannya di tepi lapangan basket. 

Umam dan teman-teman anggota OSIS telah mempersiapkan sound system. Tim bola basket putra dan putri telah siap dengan jerseynya masing-masing.

Beberapa menit sebelum kedatangannya Pak Aji selaku guru olahraga memberitahuku bahwa Mathew sudah hampir sampai.

“Pak, pelatih yang dari Filipina ini ingin berbicara dengan pihak sekolah tapi pakai Bahasa Inggris,” terang Pak Aji.

Aku segera mencari guru Bahasa Inggris. Eee..ndilalah, guru Bahasa Inggris tak ada yang di tempat. Pak Agus Ma dan Bu Arie sedang mendampingi siswa lomba di Semarang. Bu Sari yang tiba-tiba entah dimana, kutelepon dan ternyata sedang ada kepentingan keluarga yang tak bisa ditinggalkan. Akhirnya kutawarkan kepada siapapun yang bisa ngomong Inggris. Sudah kuduga, tak ada yang bersedia angkat tangan.

“Pak, itu tamunya sudah datang,” tiba-tiba Pak Aji nongol menemuiku
“Wah...celaka dua belas,” batinku. Tak ada orang bersedia menjadi penerjemah Bahasa Inggris.

Sebagai salah satu tim kesiswaan, aku segera menemuinya di ruang kepala sekolah. Di sana sudah ada kepala sekolah, tamu dari Philipina itu, Rizki Bara Dwita, seorang laki-laki yang katanya supirnya, kemudian menyusul Pak Eddy, guru olahraga di sekolahku. Tapi, tanpa penerjemah.

“Good Morning, Selamat pagi,” kata orang Filipina itu sambil menyalamiku
“Good morning,” balasku
“Mathew,” dia memperkenalkan namanya
“Basuki,” kataku

Sebagai basa-basi kutanyakan dari mana dia berasal, sejak kapan berada di Indonesia, Berapa lama rencana berada di Batang. Dia menjawab dengan panjang lebar. Tentu saja dalam Bahasa Inggris. Anehnya aku bisa memahami semua kata-katanya. Ternyata, Bahasa Inggrisnya “ngapak-ngapak” alias sangat “medhok”.

Kemudian dia menerangkan program Jr. NBA di Indonesia dan model pelatihan yang akan disampaikan ke para siswa di sekolahku seperti sekolah-sekolah di beberapa kota di Indonesia telah didatanginya selama dua bulan ini.

“Please, drink the tea!” kataku mempersilahkan minum sebelum menuju lapangan basket untuk melakukan school clinic.

Di lapangan telah berkumpul seluruh siswa kelas X dan XI beserta team basket putra-putri dengan seragam khasnya. Sebelum dimulai, kita menyanyikan lagu suporter yang biasa kami nyanyikan dalam pertandingan-pertandingan antar sekolah. Mathew mengikuti dan menshooting dengan camera hp-nya.

“Good morning... Selamat pagi,” Mathew mengawali sapaannya. Seluruh siswa dengan semangat membalas laki-laki yang juga melatih di PAREF-Westbridge School Filipina ini.  Kulihat para siswa kelas XII yang tidak diperkenankan menyaksikan kegiatan ini telah berjajar di depan kelas masing-masing dan turut berteriak membalas sapaan Mathew.

Selanjutnya, Mathew terfokus kepada team basket dan mulai memperkenalkan teknik basket yang baik: jump, denfense, posisi kaki, cara melompat, cara shooting, kerja sama team bahkan cara konsentrasi dan fokus. Dia juga memperlihatkan skill individunya. Driblingnya luar biasa. Shooting bola ke basket masuk dengan mulus. Semuanya membuat decak kagum para siswa dan mendapat tepuk tangan berkali-kali.

Penontonnya full (soalnya gratis)

Fokus ke team Alaska Java (putra putri)

Rizki Bara Dwita
Pelatih bola basket Batang (alumni SMAN 2 Batang)

Jump!

Defense!

Shoot!

Entah sedang ngomong apa dia.

One!

Bersama Pak Eddy

Diakhir school cilinic ini Mathew meminta berfoto bersama dengan seluruh siswa. Setelah sesi foto bersama, giliran laki-laki lulusan Philippine University (CPU) ini dicegat beberapa siswa yang ingin selfie. Mathew melayani permintaan ini dengan senang hati.

Foto bersama : Mathew..dimana kau?

Selfie dulu

Bersama Alaska Java

Acara selesai. Mathew berpamitan dan aku juga mewakili sekolah mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Sebelum benar-benar pulang dan melanjutkan perjalanan, ternyata beberapa guru minta foto bersama juga.

Bersama Ibu-ibu guru cantik & bapak ganteng

Pak Taufik pingin difoto hanya berdua


Thankyou Mathew. See you next time.

Rabu, 14 November 2018

APEL PAGI : PAMITAN BU TRI

Pada hari Senin tanggal 12 Nopember 2018 tidak ada upacara bendera karena pada hari Sabtu tanggal 10 Nopember 2018 telah diadakan upacara memperingati Hari Pahlawan. Namun karena pada hari itu, Bu Tri yang telah pindah tugas ke SMAN 1 Kroya akan berpamitan kepada seluruh siswa maka diadakan apel. Tidak ada pengibaran bendera, lagu Indonesia Raya, pembacaan pembukaan UUD 1945 dan Pancasila. Hanya ada amanat pembina upacara dan kata pamitan dari Bu Tri.

"Telah 18 tahun saya mengabdi di sekolah ini. Terasa berat untuk meninggalkannya. tapi karena saya ingin dekat dengan ibu saya yang sudah sepuh, saya terpaksa meninggalkan sekolah ini..." sepanjang kata-kata pamitan, Bu Tri mengucapkannya dengan terbata-bata. Matanya berkaca-kaca. 

Pamitan Bu Tri diakhiri dengan tepuk tangan panjang dari seluruh siswa yang sejak awal turut terharu dan turut merasa kehilangan.

Setelah apel, acara diteruskan di ruang guru. Saatnya Bu Tri berpamitan kepada seluruh guru dana staf TU. Acara dibuka oleh Bapak Kepala Sekolah. Namun sampai berakhir sambutan kepala sekolah, Bu Tri belum muncul di ruang guru. Rupanya, Bu Tri masih berada di lapangan. Beliau sedang dikerubuti oleh siswa-siswi kelas XII MIPA 3 dimana beliau selama ini menjadi wali kelasnya. Kepala sekolah bahkan memerintah agar Bu Tri segera disusul.

AKu beranjak dari kursiku menuju ke lapangan. Kulihat Bu Tri sedang peluk cium sambil menangis bersama siswa-siswinya. Aku tak tega untuk menyelanya. Kubiarkan mereka sampai selesai dengan air matanya. 




Setelah selasai tangis-menangis di lapangan, Bu Tri menuju ke ruang guru. Beberapa patah kata disampaikan kembali oleh Bu Tri dengan terbata-bata. Sebelum pecah tangis, Bu Tri mengakhiri pidatonya. 

Selanjutnya pemberian kenang-kenangan yang disampaikan oleh Kepala sekolah mewakili sekolah, Bu Pak Taufiq mewakili koperasi, dan Pak Supbechan mewakili OSIS.




Hanya doa yang kupanjatkan semoga Bu Tri betah di tempat yang baru, sehat selalu, semakin sukses, berkah dalam menjalankan tugas dan semoga silaturahmi dengan teman-teman lamanya tetap terjalin.

TERCINTA ATAU MERDEKA

“Ini anak pada kemana?” tanyaku melihat ada 6 bangku kkosong saat aku masuk ke kelas XI MIPA 4 pada jam ke 5. Jam tersebut tepat setelah istirahat pertama.
“Lagi pada makan mie di kantin Pak,” jawab salah satu siswa
 “Waktu istiraahatnya kan sudah habis,”
“Iya Pak”

Akhirnya aku memulai aktivitasku dengan mengabsen. Satu per satu kupanggil siswaku dan ada 6 anak yang masih di kantin.

Ketika aku selesai mengabsen, 6 anak tersebut muncul.
“Dari mana kalian?” tanyaku pura-pura tidak tahu
“Dari kantin Pak. Tadi antri mie, saat jam istirhat selesai mie-nya baru jadi. Jadi kami makan mie dulu Pak,” jawab salah satu di antara 6 siswa tersebut.
“Kalau begitu kalian maju ke depan. Nyanyikan lagu nasional,” perintahku

Annisa, Endah, Esti, Laeli, Sukma, Nadia (semuanya nama samaran) maju ke depan kelas.
“Lagunya apa Pak?”
“Syukur,” jawabku. Kupilihkan lagu karya H. Mutahar yang sangat terkenal. Pasti mereka bisa menyanyikannya dengan baik.

Beberapa saat mereka kelihatan bingun dan saling bertanya.
“Syukur itu lagunya yang kayak apa sih?” tanya salah satu siswa ke teman-temannya.
“Aku nggak tahu,”
“Aku juga nggak tahu,” jawab yang lain
Mereka saling pandang masih dalam kebingungan dan kegalauan.

“Dari yakinku teguh,” kataku, “lagu nasional terkenal sekali kok kalian nggak tahu”.

“Ooo....” kata mereka hampir serempak

Kulihat mereka masih saling berbisik, dan tidak segera menyanyi. Dan terdengar suara lirih menyanyikan lagu syukur “dari yakinku teguh..hati ikhlasku penuh” dan posisi mereka membentuk lingkaran.

“Sedang apa kalian?” tegurku
“Sebentar Pak, kami sedang latihan dulu,” jawab salah satu
“Halah...pakai latihan segala. Kayak paduan suara mau lomba,” kataku

Setelah beberapa menit mereka latihan, kini mereka telah siap dan mempoisisikan diri membelakangi papan tulis dan menghadap ke teman-temannya.

Dari yakinku teguh.
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia ter..deka....

“Stop..stop..stop,” teriakku, “apa tadi? Tercinta atau merdeka?” Kudengar ada yang mengucapkan “tercinta” dan ada yang mengucapakan “merdeka”.
“Tercinta Pak,”
“Hei..bukan tercinta tapi merdeka,” sergah yang lain menyalahkan jawaban temannya.
“Hayo yang benar apa tercinta atau merdeka?” ulangku
“Tercinta Pak,”
“Merdeka Pak,”
“Kalian ternyata nggak hafal ya. Yang benar adalah merdeka,” kataku
“Tercinta Pak,” kata salah satu siswa masih ngeyel.
“MERDEKA,” tekanku, “yang betul MERDEKA, nggak usah ngeyel,”

Mereka mengulanginya dari awal

Dari yakinku teguh.
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
KehadiratMu Tuhan


Mereka berhasil menyanyikan lagu nasional yang sangat terkenal dan cukup pendek itu dengan apa adanya. Tentu saja tak ada tepuk tangan setelahnya karena nyanyian ini adalah hukuman.

Senin, 05 November 2018

PROTES

"Pak.... kartu ulang tahun kelasku tahun lalu kok nggak di-upload?" protes Fani, siswa kelas XII MIPA 4.

Aku terdiam sejenak. Setahun ini aku tak bisa menulis di blogspot karena kesibukan yang menyita banyak waktu. Banyak tugas sekolah di luar mengajar yang harus aku lakukan. Kartu ulang tahun yang menjadi tugas Bahas Perancis di kelas XI sudah kujanjikan akan ku-upload tapi belum terlaksana juga. Sampai aku lupa. Fani yang melihat kartu ulang tahun kelas XI MIPA 4 (adik kelasnya) yang baru kuunggah di blogspotku melakukan protes atas kelalaianku.

"Ya..tunggu sebentar lagi pasti di-upload," jawabku menenangkan.

Maka, untuk menenangkan Fani, aku upload kartu ulang tahun yang telah mendekam di tumpukan buku-bukuku selama setahun.

(unggahannya masih dalam proses. sabar ya. sebentar lagi. nanti malam insyaalloh)

KARTU ULANG TAHUN

Salah satu kompetensi dasar untuk kelas XI adalah feliciter quwlqu'un (mengucapkan selamat kepada orang lain).

Agar menarik perhatian, aku membawakan sepotong kertas asturo ukuran 20 x 12 cm untuk membuat kartu ucaapan ulang tahun kepada ibu. Setiap siswa harus membuat ucapan selamat ulang tahun dalam Bahasa Perancis. Kartu ini harus diberikan kepada ibu masing-masing pada saat ulang tahun. Nah, agar ibu tahu bahwa kartu ini adalah kartu ucapan ulang tahun maka kartu ini harus disertai puisi dalam Bahasa Indonesia. Dengan puisi ini, walaupun tidak tahu Bahasa Perancis, ibu akan tahu dari puisi yang ada. Para siswa juga dapat meresapi makna ucapan ulang tahun kepada ibunya secara mendalam.

Hasilnya adalah ucapan ulang tahun dalam Bahasa Perancis dan puisi tentang ibu yang sangat menarik.