Seperti tahun lalu, LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) untuk
pengurus OSIS masa bakti 2018 / 2019 diselenggarakan di Agrowisata Pagilaran.
Agrowisata ini adalah lokasi wisata berbasis perkebunan teh. Ada lebih dari 10
hektar kebun teh yang terhampar di lokasi yang masuk ke wilayah Desa Keteleng, Kecamatan
Blado ini. Selain hamparan kebun teh milik PT. Pagilaran, di dalam lokasi
agrowisata ini terdapat wisma atau penginapan yang disewakan untuk umum. LDK OSIS
kali ini bertempat di wisma Alamanda I yang akan berlangsung selama 2 hari
yaitu hari Sabtu sampai Minggu tanggal 10 sampai 11 November 2018. LDK OSIS ini
juga bersamaan dengan LDK PMR di tempat yang sama. Namun, pelaksanaan LDK PMR
hanya sehari yaitu tanggal 10 November 2018.
Pemberangkatan
Pemberangkatan yang rencananya pada pukul 07.00 tertunda
menjadi pukul 09.00 karena seluruh siswa harus mengikuti upacara peringatan
Hari Pahlawan. Lima unit bus berkapasitas 18 tempat duduk telah parkir di depan
sekolah siap membawa panitia dan peserta LDK OSIS yang berjumlah 43 siswa dan
peserta LDK PMR yang berjumlah 72 siswa. Walaupun kapasitas hanya 18 tempat
duduk tetapi bus ini bisa memuat 25 sampai 30 orang. Yang lain berdiri,lesehan
atau bawa kursi sendiri. Busnya adalah bus agkutan umum non-AC jurusan
Batang-Bandar yang bisa disewa untuk mengangkut rombongan. Kenapa dipilih
Non-AC? Daerah yang akan kita tuju adalah daaerah pegunungan yang dingin. Tidak
baik menggunakan bus AC. Bisa terkena hipotermia.
Aku, Pak Agus Ma, Pak Supbechan, Bu Anggraeni, Bu Nanin
sebagai pendamping LDK OSIS dan Bu Esti sebagai pendamping LDK PMR naik mobil
sekolah. Nah, kalau ini mobil ber-AC. Tak perlu khawatir karena kami sudah terbiasa
memakai AC. Jangan iri ya! Mas Slamet sebagai pendamping urusan dokumantasi lebih memilih naik
motor. Ada beberapa panitia OSIS yang naik motor juga. Mungkin sekalian ingin
menghirup udara segar pegunungan. Atau mungkin tak terbiasa naik bus dan mobil.
Takut mabok. Pak Tujanto atau akrab disapa “Pak Tu”, salah satu staf TU yang
menjadi pendamping urusan sarana dan prasarana tidak perlu naik motor atau naik
bus karena rumahnya berada di kompleks perusahaan teh, PT. Pagilaran. Istrinya
adalah salah satu karyawan PT. Pagilaran.
Tiba pada pukul 10.00 disambut dengan hujan gerimis. Wilayah
pegunungan di selatan kota Batang memang mempunyai curah hujan yang tinggi.
Ketika wilayah lain tidak hujan, di wilayah ini hujan bisa datang kapan saja.
Apalagi sekarang ini telah memasuki musim hujan. Di bawah gerimis hujan yang
tak kunjung berhenti, peserta LDK PMR tetap menjalankan programnya yaitu
outbond, game dan jalan-jalan mengitari kebun teh. Sedangkan peserta LDK OSIS sibuk
mengatur pembagian kamar di wisma Alamanda I.
Kegiatan LDK OSIS akan dimulai
pada pukul 11.30. Akan tetapi, acara pembukaan ditunda karena kepala sekolah
sedang menghadiri undangan pernikahan dan akan diisi dengan materi terlebih
dahulu. Maka, aku harus mengisi materi pertama yaitu “Surat menyurat dan
Proposal”. Materi ini tidak menarik. Jadi, tak perlu kuceritakan. Selesai pada
pukul 12.30, peserta malaksanakan “ishoma” (istirahat, sholat dan makan).
Padahal seharusya “imasho” (istirahat, makan sholat) karena kata orang bijak “lebih
baik makan teringat sholat daripada sholat teringat makan”. Nyatanya kita tetap
“ishoma” untuk menunjukkan tanda-tanda orang beriman.
Pembukaan
Pada pukul 14.00 Bapak Kepala Sekolah datang ditemani istri
tercinta. Pembukaan dilaksanakan di dalam ruangan. Formatnya seperti upacara.
Ada pembawa acara, pemimpin dan pembina. Ada baris, lencang kanan, hormat, istirahat
di tempat, amanat dan laporan. Tapi tak ada yang memakai sepatu, termasuk Kepala
Sekolah. Jadi, agak gimana gitu. Tapi ini darurat karena di luar hujan. Setelah
pembukaan, dilanjutkan penyampaian materi oleh kepala sekolah. Tentu saja materi
“kepemimpinan”. Tak mungkin beliau mengisi materi surat-menyurat. Emang tukang
pos!
Selesai penyampaian materi pada pukul 15.30, Bapak Kepala
Sekolah melaksanakan sholat di masjid dan menyempatkan diri untuk menyambangi
rumah Pak Tujanto. Tepat pukul 16.00 Bapak Kepala Sekolah pulang. Bersamaan itu
pula, LDK PMR usai dan para peserta juga pulang dalam keadaan basah kuyup.
Setelah sholat, para peserta melanjutkan materi berikutnya
yaitu “baris-berbaris dan upacara”. Bertempat di lapangan tenis, kegiatan ini
dipandu oleh Mas Roby Mahudi, pelatih PKS. Selesai pada pukul 17.30.
Selepas sholat isya, pada pukul 19.30 Pak Nurrochim mengisi
materi “keorganisasian”. Isinya tentang organsasi siswa. Ingat, bukan
organisasi RT ya.
Pentas Seni
Pentas seni dilaksanakan pada pukul 21.00. Pentas seni ini
menampilkan semua peserta. Masing-masing peserta membuat kelompok yang terdiri
dari 4-5 orang kemudian menampilkan tari, menyanyi, puisi atau pentas seni yang
lain. Penampil pertama menampilkan puisi bersambung tapi temanya berbeda-beda. Nyambungnya
lucu dan membuat penonton terpingkal-pingkal. Penampil kedua menampilkan stand
up komedi. Ada yang lucu, ada yang setengah lucu, ada yang garing. Penampil
ketiga menampilkan puisisasi lagu. Satu orang membaca puisi yang lain
mengiringi dengan gitar dan menyanyi. Cukup menarik. Penampil keempat
menampilkan tarian. Penampil ini mengajak seluruh peserta untuk mengikuti
gerakan tarian mereka. Tarian yang rancak mengikuti lagu rap. Tarian ini
diulang-ulang sampai 4 kali. Ini sih bukan tarian tapi senam aerobik. Semuanya
berkeringat. Penampil kelima menampilkan balas pantun. Ini balas pantun atau
balas dendam? Soalnya ada sebagian yang saling mengejek. Tapi ada juga yang
balas cinta. Umam, sang ketua OSIS merayu adik kelasnya dengan pantunnya yang
romantis. Penampilan terakhir adalah dari Pak Agus Ma yang tidak bisa
menyanyi selain lagunya Ebiet G Ade.
Peserta beristirahat untuk mempersiapkan JJM (jalan-jalan
malam).
Bakar Ikan
Sementara itu, Ibu guru prakarya yang pintar memasak dan
merias sibuk membakar ikan di halaman penginapan. Dibantu Pak Kasmudi dan
beberapa panitia, Bu Nanin membakar ikan yang dibawa oleh Eni Latifa dari
rumah. Menurut cerita, Eni membawa ikan atas dasar permintaan dari Pak Agus Ma.
Menurut bayangan Pak Agus Ma, Eni akan membawa ikan paling-paling 1 plastik
kresek atau sekitar 1-2 kg. Nyatanya, Eni membawa ikan kurang lebih 10 kg
sekalian box dan esnya. Ada ikan kerapu, pihi, kakap, jeruk dan lain-lain. Ikan
laut selalu melimpah di rumahnya larena orang tuanya adalah pengusaha ikan. Jadi,
jangan coba-coba memancing Eni dengan urusan ikan. Hasilnya pasti melebihi
ekspektasi. Ikan bakar yang sudah matang dihidangkan di meja. Giliranku untuk
mecicipinya. Makan ikan bakar ditemani teh panas terasa sangat di malam hari
dengan udara dingin pegunungan rasanya mantap. Terima kasih Eni.
JJM
Pukul 23.00, para peserta dibangunkan untuk melakukan JJM. Padahal
belum ada yang tidur. Peserta dibariskan di depan wisma dan ditutupi matanya
dengan kain hitam. Dibuat kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari tiga
peserta. Dengan bergandengan tangan dan dipandu oleh seorang panitia, mereka
berjalan menuju garis start. Di garis start, kain hitam yang menutupi mata
mereka dibuka. Mereka akan berjalan tiga-tiga bergantian mengitari kebun teh di
pegununguan pagilaran. Hanya ada petunjuk lilin yang menyala di setiap 100
meter untuk menuju garis finis. Kali ini, kendali dipegang oleh Vigo, salah
satu panitia yang selama menjadi pengurus OSIS selalu menangani sound system dan
akhirnya tercatat sebagai “Atlet Sound”. Sebelum dilepas, peserta dibisiki
sesuatu oleh Vigo. Entah apa. Aku saja yang ada di dekatnya tidak bisa
mendengarnya. Mungkin bisikan untuk agar para peserta hati-hati: “awas hati-hati
di perjalanan kalian bisa bertemu harimau atau singa.” Vigo, anak bertubuh
tinggi besar ini, ketika berbisikternyata suaranya bisa kecil juga. Cukup
mengherankan.
Setelah dua rombongan dilepas, aku bersama Pak Agus Ma dan
Pak Kasmudi mencoba mengikuti mereka. Jalan setapak terlihat gelap sekali. Kerlip
lilin tak bisa menerangi jalan yang kami lewati. Berkali-kali kami tersandung
batu. Belum semperempat jalan, kami memilih balik ke garis start dan kembali ke
penginapan. Biarkan kegiatan ini dipegang oleh panitia OSIS.
Renungan Malam
Selesai JJM, para
peserta dikumpulkan di aula untuk mengadakan renungan malam. Kali ini, Pak Agus
Ma yang akan memandu. Aku memilih tidur. Aku tak mau ikut renungan. Di dalam
kegiatan renungan biasanya peserta dibuat menangis. Ruangan gelap. Lampu
dimatikan. Para peserta akan mendengarkan cerita atau puisi dengan suara yang
mendayu-dayu diiringi musik mellow. Lagu yang biasa digunakan adalah lagunya Opick,
Bimbo, atau lagu religi lainnya. Jangan berharap mendengar lagunya The Chancuters di
dalam sebuah renungan ya. Kisah yang disampaikan adalah tentang tobat dan dosa,
tentang persaudaraan, keluarga, ayah, ibu dan tentu saja tentang
kematian ibu. Sudah bisa kutebak karena cerita seperti ini mudah untuk
mengundang air mata dan isak tangis. Ah...padahal belum tentu mereka menangis
karena mendengar ceritanya. Ada beberapa kemungkinan mereka menangis:
- Benar-benar menghayati cerita: anak
yang menangis ketika mendengar kisah-kisah dalam renungan berarti sangat
meresapi makna dari renungan tersebut. Sangat mengena.
- Anaknya memang cengeng: anak
seperti ini hanya mendengar musik mellow saja sudah menangis. Tapi bagus lah, tipe
anak seperti ini sangat berguna untuk mendukung keberhasilan renungan.
- Kondisi tak terduga. Tipe anak
seperti ini menangis bukan karena cengeng, terharu atau menyesali dosa, tapi karena
lupa tadi belum makan malam. Perutnya sakit, lalu menangis. Atau bisa jadi,
waktu sedang renungan tangannya keinjak kaki temannya. Sakit. Makanya menangis.
Ada juga anak yang memanfaatkan momen. Dia menangis karena sedang patah hati.
Sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali dengan renungan tapi dia ikut
menangis saat renungan. Mau menangis sendirian kan malu. Mumpung banyak
temannya menangis, dia memanfaatkan momen ini untuk ikut menangis. Tipe-tipe
anak seperti ini sebenarnya tidak bisa menjadi dasar penilaian atas
keberhasilan renungan. Tapi bagus juga untuk memancing teman sebelahnya ikut
menangis.
Aku terlelap sampai pagi.
Kegiatan terakhir pada hari Minggu adalah outbond dan JJS
(jalan-jalan siang). Outbond dipandu sepenuhnya oleh panitia OSIS. Dilanjutkan
dengan Hiking Siang. Tapi sebelumnya, para peserta dikumpulkan di halaman dan
ditaburi tepung di wajah dan tubuhnya.
Hiking melewati rute berkelak-kelok naik turun kami menempuh
jarak kurang lebih 5 km. Agar tidak tersesat, kami dipandu oleh Pak Tu.
Hamparan pohon teh hijau dan udara yang segar terhampar di sepanjang
perjalanan.
Sudah kuduga, dalam kegiatan ini Pak Agus Ma pasti menyerah.
Baru sepertiga perjalanan, beliau memotong jalan yang lebih dekat menuju wisma. Ternyata, ada beberapa panitia OSIS mengikuti langkah Pak Agus Ma.
Terakhir adalah packing untuk pulang. Dua bus telah menunggu
di depan penginapan. Panitia dan peserta segera membawa tas mereka
masing-masing menuju bus. Beberapa panitia yang naik motor segera mempersiapkan
motornya.
Aku dan pendamping lainnya naik mobil sekolah. Dan Eni ikut
mobil sekolah karena helmnya dipinjam oleh salah satu peserta yang tak tahan
naik bus dan terpaksa membonceng Mas Slamet.
Sampai di sekolah pukul 14.30. LDK OSIS selesai dengan
sukses.