alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Kamis, 04 Februari 2016

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (DISINGKAT SOSIS?)

Aku diangkat menjadi sekretaris dan notulen Sosis 2016. Apa itu sosis? Makanankah? Ternyata bukan. Setelah kutanyakan langsung kepada Waka Kurikulum selaku yang punya gawe, sosis adalah singkatan dari Sosialisasi. Sosialisasi apa? Sosialisasi Ujian Nasional kepada orang tua atau wali siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Ah...kenapa disingkat Sosis? Sebuah singkatan yang aneh, ambigu dan masih menyisakan tanda tanya. Bukankah lebih pas disingkat SUN (Sosialisasi Ujian Nasional). Kan jadi terkesan mesra dan romantis.

Sosialisasi Ujian Nasional (sosis atau SUN atau apapun singkatannya) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Januari 2016 pukul 10.00 WIB.

Pada pukul 09.00 siswa Kelas XII dipulangkan. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa menjemput atau mengantar ayah atau ibunya ke sekolah. Soalnya banyak orang tua atau wali siswa yang sama sekali belum hafal jalan menuju ke sekolah. Atau banyak dari mereka yang kendaraannya hanya satu dan dibawa anaknya untuk sekolah. Ingat, tak ada satupun angkutan umum menuju ke sekolah ini. Jadi mereka tak akan sampai ke tempat tujuan tanpa kendaraan pribadi. Jangan sekali-sekali naik angkot atau bus untuk menuju ke sekolah kami, bisa nyasar sampai kePekalongan, Semarang, atau Jakarta.

Pukul 10.00 para orang tua dan wali siswa mulai berdatangan. Di pintu gerbang disambut dengan senyum manis para wali kelas yang duduk berjajar di belakang meja menjadi penerima tamu. Mereka menyodorkan daftar presensi untuk ditanda tangani oleh para orang tua.  Selain itu, pada kesempatan ini mereka juga dimohon untuk menandatangani raport asli semester  dan menerima Hasil Try Out 1. Setelah tanda tangan dan mendapat sekardus snack berisi satu gelas air mineral, lemper, kue talam, dan pastel, mereka dapat memilih tempat duduk yang mereka sukai.

Sebagai notulen, aku telah mempersiapkan diri sejak pukul 10.00. Gasik amat? Iya lah, kan baru pertama kali jadi notulen. Aku siap mencatat jalannya acara dari awal sampai akhir. Aku telah duduk di sebelah kiri panggung, tempat untuk para guru yang masih kosong. Aku persiapkan laptopku supaya tak ada trouble di tengah jalan.

Tepat pukul 11.50. acara dimulai. Para pengisi acara duduk di depan menghadap ke selatan, Paling barat adalah Ibu Is didampingi oleh Ibu Yeni selaku ketua penyelenggara.

“Pak, duduk di sini!” tiba-tiba Bu Yeni menyuruhku duduk di sebelahnya.
“Saya duduk di sini saja Bu,” kataku
“Nggak boleh, notulen harus duduk di ini,” kata Bu Yeni memaksaku.

Bukankah tugas notulen hanya mencatat. Mengapa harus di depan? Aku yakin aku akan lebih nyaman dan lebih konsentrasi untuk mencatat apabila aku duduk berbaur dengan guru-guru yang lain. Tapi mungkin karena di akhir acara nanti, aku harus menyampaikan rangkuman dan kesimpulan. Seperti Kang Maman, Notulen di acara ILK (Indonesia Lawak Klub) di salah satu stasiun televisi. Akhirnya, aku melangkah maju menempati kursi di depan. Pak Sodik, wakil komite sekolah yang datang belakangan duduk di sebelah kiriku.

Baru pertama kali, aku duduk di depan seperti ini. Menjadi pusat perhatian seluruh wali siswa, dag dig dug di jantungku tiba-tiba menghentak-hentak. Aku merasa wajahku berubah menjadi pucat. Untung saja, rasa grogi-ku bisa kututupi dengan laptop yang kubuka tinggi-tinggi.

Acara ini dipandu oleh Master of Ceremony (MC) alias Host andalan sekolah kami yang cantik jelita yaitu Bu Arie. Beliau memimpin membaca Al-Fatihah bersama untuk membuka acara ini. Setelah acara dibuka, Iza (salah satu siswa Kelas XII) membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Suaranya mendayu-ndayu. Bayati, Hijaz, Nahawand, Rost dilahapnya dengan mantap. Maklum dia adalah juara harapan I Lomba Qiro’ah Provinsi Jawa Tengah.

Setelah pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an dan sambutan oleh ketua komite sekolah acara dilanjutkan ke acara inti yaitu Sosialisasi Ujian Nasional, SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN oleh Plt. kepala sekolah, Bu Is.

Karena beliau adalah pejabat baru di sekolah ini maka sebelumnya beliau memperkenalkan diri terlebih dahulu.

“Nama saya Bu Is. Saya baru 2 minggu diangkat menjadi Plt. kepala sekolah di sekolah ini. Saya asli Lamongan, Jawa Timur,” kata beliau

Lamongan ? Pasti pintar masak soto, pecel lele, ayam goreng, tempe penyet dan ikan bakar. Wah, kapan-kapan kita mengadakan acara masak-masak dan makan-makan ya bu. Ibu yang masak, saya yang makan.

Beliau memaparkan berbagai hal tentang Ujian Nasional. Dari landasan aturan sampai pengumuman. Namun, ada hal yang paling menjadi perhatian beliau yaitu indeks integritas. Indeks integritas adalah nilai kejujuran. Kejujuran dalam mengerjakan Ujian Nasional ternyata dapat dilihat dari pola jawaban salah yang sama dalam satu sekolah atau satu wilayah. Nilai indeks integritas Kabupaten Batang pada tahun 2015 adalah 63 %. Sehingga dapat diketahui bahwa ketidakjujurannya adalah 37 %. Hal ini karena tahun lalu masih banyak beredar kunci jawaban yang bisa diperoleh dengan membeli. Untuk itu, beliau menghimbau agar para siswa tidak lagi membeli dan percaya pada kunci jawaban yang diedarkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab karena akan mengurangi indeks integritas dan lembaga perguruan tinggi percaya dengan UN. Moto Ujian Nasional tahun ini adalah “Prestasi Yes Jujur Harus”

Selain itu hal-hal fisik yang haru dipersiapkan, beliau juga mengharap ada hal spiritual yang dipersiapkan menjelang Ujian Nasional, antara lain:
  1. Siswa harus meminta maaf dan meminta do’a  kepada kedua orang tua.
  2. Sebelum masuk ruang ujian, siswa diharapkan membaca asma’ul husna bagi yang muslim, yang non-muslim untuk berdo’a sesuai dengan agamanya masing-masing
  3. Siswa juga tak boleh terlambat
  4. Siwa tidak boleh berambut gondrong
  5. Siswa masuk ruang Ujian Nasional dengan cium tangan agar muncul rasa sayang dari para pengawas Ujian Nasional.

Selain Ujian nasional, beliau juga menyampaikan beberapa hal tentang SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN.

Tak disangka dan tak diduga ternyata beliau juga pintar berpantun. Beliau menutup acara dengan sebuah pantun.
Minum kopi dicampur santen
Menawi anggen kulo matur kirang prayogi, nyuwun pangapunten.

Begitulah paparan yang disampaikan oleh Ibu Is. Aku telah membuat rangkuman dan kesimpulannya. Sebentar lagi, giliranku membacakannya. Telah kupersiapkan pula ekspresi wajah, suara dan gayaku.

Tiba-tiba saja, MC mempersilahkan Bapak H. Taufiq untuk menutup acara dengan do’a.


Lha, giliranku untuk menyampaikan rangkuman dan kesimpulan kapan? Seperti di ILK itu lho... Bu Arie lupakah? atau tak perlu ada rangkuman dan kesimpulan yang dibacakan oleh notulen. Terus, buat apa aku bergrogi-grogi ria duduk di depan. Alamaaaak....

3 komentar:

  1. perasaan mulaine acara jam 10.50 deh, bukan 11.50

    BalasHapus
  2. salah nulis mungkin pak bas, aku sih ngajar aja di kelas walau aku tugas jadi operator, namun sudah ada mr yayan satu sudah cukup.

    BalasHapus
  3. hehe...iya pak. salah tulis yg betul jam 10.50. Pak Kas potong honor wis.

    BalasHapus