alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Kamis, 04 Februari 2016

PANCAL RAIMU

“Tak pancal raimu," teriak salah seorang siswa.
"Hooo, tak kucir lambemu," teriak yang lain.

Ungkapan-ungkapan yang cukup kasar itu tiba-tiba terdengar keras dari belakang kelasku. Rupanya ada dua orang siswa yang terlibat percekcokan.

"He, siapa itu yang ngomong tidak sopan itu?" tanyaku.

"Andi dan Udin Pak," kata Siska. (Ketiganya nama samaran ya)

Tanpa basa-basi kupanggil Andi dan Udin maju ke meja tempatku duduk.

"Andi Udin, kenapa kamu bicara seperti itu? Tidak sopan," kataku.
"Udin duluan Pak yang mengejek," jawab Andi.
"Iya tapi kenapa sampai keluar kata-kata nggak sopan itu?"
"Ikut-ikutan Pak," jawab ya.
"Ikut-ikutan siapa?" tanyaku.
"Bu *a***r Pak. Beliau selalu bilang seperti itu ke anak-anak," jawabnya.

Aku tertegun. Hatiku berdegup. Otakku tak menerima ungkapan seperti ini keluar dari mulut seorang guru dan siswa menirukannya. Sungguh tak logis.

"Benarkah itu kata-kata dari Bu *a***r?" tanyaku.
"Sumpah Pak. Tanya saja ke teman-teman," jawabnya.
"Tapi itu tidak baik. Kamu tak perlu mengikutinya," lanjutku 
"Tapi itu sudah biasa di kelas ini dan jadi trending topic. Teman-teman yang lain ikut-ikutan juga."

Aku terdiam. 

"Tapi itu tidak sopan. Jangan diulangi lagi," tegasku.

Aku baru teringat bahwa Bu *a***r di ruang guru di hadapan para guru yang lain pernah memamerkan kata-kata yang konon katanya sering ia ungkapkan di kelas tersebut. Saat itu semua guru terdiam mendengarnya dan tak ada yang mengkritiknya termasuk aku yang hanya tertegun.

Dan sekarang aku baru menyadari ternyata kata-kata itu sangat tidak sopan dan bertanya-tanya ternyata ada mulut guru yang mampu untuk mengucapkannya.

1 komentar: