“Dug dug dug” dentuman musik terdengar keras sampai ke
kelasku. Para siswa tak bisa konsentrasi.
“Sudah dimulai Pak. Kami pingin nonton,” kata salah satu
siswa.
Aku tak berdaya. Suasana kelas tak memungkinkan untuk
melanjutkan pelajaran.
Dari tanggal 15 sampai 23 Februari 2016 ada jadwal praktek
olahraga. Selain atletik, salah satu kompetensi yang harus dipraktekkan adalah
senam kreasi. Senam dilaksanakan per kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8
sampai 10 anak. Mereka harus menciptakan gerakan senam kreasi baru sekaligus menentukan
musik pengiringnya. Senam ini dilaksanakan sekitar pukul 10.00 sampai pukul
12.00 di lapangan basket. Kreasi gerakan dan musik inilah yang menarik
perhatian semua siswa untuk menyaksikannya. Maka pada jam pelajaran ke 5-6,
sangat susah untuk mengendalikan siswa. Mereka ingin menonton. Walaupun dengan
dalih tak perlu terganggu dengan pertunjukan senamnya, toh, suara musiknya
tetap menerobos ke dalam kelas.
Biasanya para guru tak kuasa untuk membiarkan mereka untuk
menyaksikan praktek senam tersebut. Maka, memberi tugas tertulis dan
meninggalkan mereka di kelas adalah salah satu trik agar terasa tak berdosa
untuk meninggalkan kelas. Namun sama saja, para siswa tak mengerjakan tugas
tersebut dan menonton senam.
Karena aku tak mau menyudutkan mereka dengan dosa-dosa sebab
tak mengerjakan tugas yang kuberikan, maka aku lebih suka mempersilahkan
sepenuhnya mereka untuk menyaksikan senam tersebut tanpa tugas apapun.
“Ya sudah, selamat menonton,” itu saja yang aku katakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar