Kedutaan besar adalah wilayah ektrateritorial yaitu wilayah suatu negara yang berada di negara lain. Maka memasuki kedutaan besar sama dengan memasuki wilayah negara tersebut.
PDT (Pre-Departure Training) program BRIDGE School Partnerships pada hari ke-4, para peserta diperkenalkan dengan Australia sesungguhnya karena pelatihan dilaksanakan di kedutaan besar Australia.
Masing-masing negara mempunyai syarat dan prosedur untuk memasuki kedutaan besarnya. Demikian juga dengan kedubes Australia. Untuk memasukinya kita harus menyerahkan KTP asli, kemudian dipanggil lima per lima untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Hp, dompet, tas dimasukkan ke metal detektor. Tubuh kita juga diperiksa dengan metal detektor.
"Rentangkan tangan Bapak," kata petugas.
Aku menuruti perintah. Kurentangkan tanganku. Petugas memindai tubuhku bagian depan.
"Silakan berbalik."
Aku berbalik dan kembali merentangkan tangan. Petugas memindai tubuh bagian belakang.
"Terima kasih." kata petugas selesai memeriksaku.
Aku diarahkan menuju ke ruang pelatihan yang berada di dalam gedung utama kedutaan. Pintu tebal gedung itu pun terbuka pelan-pelan setelah seorang penjaga memindaikan sesuatu.
Penjagaan keamanan yang sangat ketat ini adalah standar keamanan yang diberlakukan oleh kedutaan besar Australia. Tentu saja untuk mencegah terulangnya peristiwa yang sangat pahit yaitu engeboman Kedubes Australia yang pernah terjadi pada tanggal 9 September 2004 atau yang dikenal dengan Bom Kuningan.
Kita pun dilarang berfoto kecuali di space-space yang sudah ditentukan yaitu hanya di dalam ruang pelatihan dan di halaman depan.
Tidak mau kehilangan moment dan kenangan di kedutaan besar Australia ini, para peserta pelatihan berebut berfoto di space-space yang diijinkan untuk mengambil foto terutama di dalam ruang pelatihan. Podium yang di bagian depan terdapat lambang negara Australia lengkap dengan microphone-nya dan berlatar belakang bendera Australia dan Indonesia menjadi sasaran utama untuk berfoto. Harus mengantre untuk berfoto di sana. Semua orang ingin berfoto dengan bergaya bak duta besar Australia sedang berorasi di atas podium itu.
Sayang, batrey hpku drop. Aku tak bisa berbuat banyak. Aku hanya bisa menonton orang-orang berfoto dan akhirnya memohon kebaikan kepada partnerku Bu Arie untuk memfotoku dengan hp-nya supaya aku juga punya kenangan pernah masuk ke wilayah ekstrateritorial Australia di Indonesia.
"Tidak harus di atas podium, di mana saja boleh. Yang penting difoto Bu." kataku.
Kasihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar