"Pa, besok puasa ya. Biar perutnya agak kempis sedikit tuh!"
Aku pun dengan penuh semangat mengiyakan walapun ada sedikit syarat.
"Kalau nggak kuat, boleh medot ya Ma? Soalnya besok di sekolah ada kegiatan pertemuan wali siswa. Biasanya ada snacknya" rayuku.
"Halah, wong snack sekerdus saja nggak kuat puasa," jawabnya.
Pagi itu, istriku membangunkanku untuk makan sahur. Dengan penuh semangat aku melahap nasi, mie, dan telor diakhiri dengan teh hangat.
Sahur pun sukses kulampaui.
Di sekolah aku mengikuti kegiatan pertemuan wali siswa. Alhamdulillah mendapatkan snack sekerdus berisi lemper, brownies, ongol-ongol dan aqua. Tanpa kusadari, satu per satu isi kardus masuk dengan mulus ke perutku.
"Alhamdulillah," aku bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan hari ini sambil bersendawa dan membuang kardus yang telah kosong ke tempat sampah.
Masih ada sisa-sisa lemper yang menempel di sela-sela gigi (selilit) dan berusaha kuambil dengan lidahku dan akan kutelan. Tiba-tiba aku tersadar bahwa aku sedang puasa. Seketika itu pula, kulepehkan selilit lemper yang hampir ku telan.
"Alhamdulillah," aku bersyukur untuk kedua kalinya," untung tidak jadi kutelan itu selilit. Bisa batal puasaku," kataku dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar