Setelah perjalanan hampir tiga jam dari Batang, travel yang kunaiki tiba di bandara Jenderal Ahmad Yani pada pukul 12.55. Aku segera masuk menuju loket Batik Air untuk menukar itinarry dengan tiket pesawat yang kemudian dipersilakan menuju ruang tunggu.
Melewati pemeriksaan, kulepas sabuk, kukeluarkan dompet, beberapa uang receh 500an dan kunci mobil yang terbawa di saku.
Memasuki ruang tunggu, instrumen seruling lagu-lagu jawa: ande-ande lumut, lir ilir, cublak-cublak suweng dan lain-lain mendayu-dayu membuat anganku melayang ke bawah rumpun bambu di pinggir sungai di desaku di awal musim kemarau. Sendu dan syahdu. Di ruang tunggu, kakiku kuluruskan ke depan seakan berkecipak dengan air sungai yang mengalir di bawahku. Tiba-tiba aku mengantuk
Sebelum pesawat datang, kusempatkan ke mushola untuk sholat dhuhur dan asar (jamak takdzim).
Aku juga menyempatkan ke toilet. Di sini lah aku mulai mengalami gaptek peralatan toilet: WC duduk, kran sensor dan tissu. Tak ada lagi WC jongkok, gayung dan ember. Pada ke mana barang-barang ini? Baru kutinggalkan tiga jam yang lalu, aku sudah rindu.
Pada pukul 14.05, penumpang dipersilakan memasuki pesawat. Di pintu pesawat, seketika rasa kantukku menghilang. Dua pramugari menyambutku ramah dan dugaanku dia cantik dan senyumnya manis sekali walaupun wajahnya tertutupi masker. Aku tak paham apa hubungan mata mengantuk tiba-tiba melek dengan pramugari?
Aku duduk di pinggir jendela. Aku berada tepat di atas sayap pesawat sebelah kanan. Pukul 14.20 tepat, pesawat take off. Kunikmati pemandangan awan putih awal musim kemarau yang berarak. Sebungkus roti dan air mineral yang diberikan oleh pramugari segera kuhabiskan. Terlihat sekali aku belum makan siang.
.
Tak terasa, 65 menit kemudian, pesawat sudah mendarat di bandara Soekarno Hatta dan perutku masih saja berbunyi krucuk-krucuk.
*)tulisan ini adalah bentuk laporan & pertanggungjawaban kepada pihak terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar