Dari Semarang, aku dengan partnerku, Bu Arie, tiba di bandara Soekarno Hatta. Naik sebuah taxi online, kami menuju tujuan terakhir kami, sebuah hotel di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat untuk mengikuti PDT (Pre-Departure Training) dalam rangkaian kegiatan Australia-Indonesia Bridge School Partnerships Program.
Udara dingin di pesawat, bandara dan taxi yang kutumpangi membuat kandung kemihku terasa penuh. Tak tahan untuk segera buang air kecil, aku buru-buru menanyakan letak toilet ketika tiba di lobi hotel.
Mba resepsionis menunjukkan letak toilet dan aku setengah berlari menuju toilet. Aku memilih salah satu urinoir yang berjajar di toilet. Kutunaikan hajatku dengan sukses. Ada perasaan lega. Wajahku kembali ceria. Senyumku mengembang.
Namun aku bingung setengah mati usai menunaikan hajat. Tidak ada air. Air di urinoir tak keluar. Segi empat hitam di atas urinoir kutekan-tekan. Tetap saja air tak keluar. Sial. Wajahku kembali pucat.
"Cebok pakai apa nih?"
Mau pakai tissu, tissunya jauh tergantung di dekat pintu.
"Masa mau dioser-oserke ke tembok," batinku.
"Mas, ini urinoirnya rusak ya? Kok airnya nggak bisa keluar?" tanyaku kepada anak muda baru masuk yang juga akan menunaikan hajat sepertiku. Nampaknya dia petugas hotel karena seragamnya sama dengan Mba resepsionis.
"Itu pakai sensor Pak. Mundur sebentar nanti airnya keluar sendiri."
Kulakukan apa yang anak muda itu tunjukkan. Dan airnya keluar. Segera aku maju dan cebok. Kulakukan berkali-kali. Maju mundur. Maju mundur. Sampai *****ku bersih.
Sejak saat itu, aku belajar banyak tentang urinoir otomatis seperti ini.
Urinoir (berasal dari Bahasa Prancis) adalah tempat kencing bagi laki-laki yang biasa ditempel di dinding.
Ada dua jenis urinoir yaitu manual dan otomatis.
Urinoir manual mengeluarkan air untuk menyiram dan untuk cebok dengan memencet tombol yang terletak diatas porselin putih dan air keluar di seluruh sisi dalam urinoir dan melalui pipa kecil stanless stell.
Urinoir Otomatis bekerja dengan sensor yang mendeteksi keberadaan seseorang untuk mengeluarkan air. Ketika belum selesai buang air kecil di urinoir maka sensor akan menunda keluarnya air di urinoir.
Sepertinya urinoir ini diseting untuk orang yang ceboknya menggunakan tissu (seperti orang barat) atau bahkan nggak cebok. Karena air untuk menyiram akan keluar secara otomatis setelah orangnya pergi.
Lha kita kan terbiasa cebok dengan air.🤦♂🤦♂🤦♂
Maka, untuk mengeluarkan air, kita pura- pura pergi. Mundurlah sebentar sekitar 5 sampai 10 detik. Jangan lupa bilang "daaaghh". Mundur bukan berarti kalah. Kita mundur untuk menang. Jangan lupa sambil mundur, pegangi t*t*t kita dengan kencang supaya sisa air kencing tidak keluar dan koprat-kapret ke mana-mana. Ketika air di urinoir keluar, maka kita harus cepat-cepat maju sebelum air berhenti mengalir.
Apabila merasa belum bersih, maka ulangi tindakan di atas.
Repot kan menggunakan urinoir otomatis?
Tapi urinoir ini sudah ada di tempat-tempat umum di Indonesia: bandara, hotel dan sebagainya. Maka kita tidak boleh bosan memegangi t*t*t maju mundur. Atau kita pakai tissu saja, nanti di rumah kita bersihkan pakai air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar