"Dirin," panggil Eyang Azis setelah jama'ah sholat dluhur mendatangi Dirin yang sedang bersama Eko, Afif ,Edi dan Leman di beranda langgar untuk membahas acara ngabuburit sore ini.
"Dalem Eyang. Ada apa Eyang?" tanya Dirin.
"Eyang mau tanya. Hari ini Dirin puasa kan?"
"Puasa Eyang," jawab Dirin.
Hati Dirin sudah tak karuan. Ini pasti ada hubungannya dengan buah pinang tadi pagi.
"Tadi Eyang putri penasaran. Kok pagi-pagi Dirin sudah metik buah pinang. Jangan-jangan mau beli jajan," ungkap Eyang Azis.
Nah benar kan dugaannya.
"Sebenarnya iya Eyang. Tadi pagi hampir kelupaan. Mau beli marudin buat Afif," jelas Dirin.
"Iya Eyang saya juga hampir lupa kalau hari ini puasa. Jadi minta dibelikan marudin saat itu juga," sela Afif.
"Soalnya begini Eyang. Afif kan menang tebak-tebakan. Jadi berhak mendapat hadiah marudin," terang Dirin.
"Kan awalnya yang minta marudin kamu Rin. Aku kan mintanya buah salam," sanggah Afif.
"Tebak-tebakan apa?" tanya Eyang Azis.
"Nomor kendaraan yang lewat di perempatan patrol, ganjil atau genap. Afif menang dengan skore 7-4. Karena saya kalah, saya harus membelikan marudin untuk Afif. Makanya tadi pagi nyari buah pinang untuk dijual ke Eyang Putri," lanjut Dirin.
"Ealaaah... Kalian ingat nggak beberapa waktu lalu kenapa Mak Ruroh nangis-nangis mengadu ke eyang?" tanya Eyang Azis.
"Karena uangnya Mak Ruroh dihabiskan suaminya Kang Udin untuk judi," jawab Leman.
"Judinya apa?" pancing Eyang Azis.
"Tebak-tebakan nomor kendaraan bersama teman-temannya sesama tukang becak di perempatan patrol?" jawab Eko.
"Oh yang katanya setiap menebak harus pasang seribu perak itu ya Ko?" tanya Dirin.
"Iya," jawab Eko.
"Tapi kan itu pakai uang. Saya sama Afif cuma pakai marudin," kata Dirin membela diri.
"Kan sama saja. Kalau Kang Udin pakai uang. Kamu pakai marudin," tegas Eko.
Kali ini Dirin tak berkutik.
"Nah, Eko saja tahu." lanjut Eyang Azis.
"Tapi saya masih punya hutang harus membelikan Afif marudin. Gimana Eyang?"
"Mumpung belum beli, batalkan nggak usah beli. Nanti malam setelah tarawih, kalian jangan pulang dulu. Eyang putri sudah bikin marudin banyak untuk bandungan."
"Siap Eyang. Nanti biar kami yang menyiapkan tehnya. Afif, Leman, Eko, Edi. Siap ya?"
"Siap," jawab mereka serempak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar