Sejak hari Rabu, aku tidak enak badan, kepalaku pusing. Hari itu aku ijin sakit walaupun akhirnya diganti menjadi WFH di program presensi online sehingga aku bisa absen dari rumah. Karena kupikir hanya butuh istirahat sebentar, aku tidak ke dokter. Cukup dengan sebutir pa**m*x membeli di warung tetangga.
Benar saja, sakit kepalaku sembuh, tapi pada malam hari perutku kembung. Istriku kuberdayakan untuk "ngeroki" punggungku dengan sempurna sampai terbentuk lukisan indah nan mempesona.
Namun, pada pukul 03.00 sepertiga malam, badanku mendadak demam. Kali ini, geliga dan dua buah selimut kumanfaatkan. Aku bertekad, paginya aku harus ke dokter. Ealah, setelah muter-muter ke dokter praktek, semuanya tertulis "HARI BESAR DAN HARI MINGGU TUTUP". Ah iya, hari ini adalah Tahun baru hijriyah. Hari itu, aku gagal menemui dokter. Untungnya pada, badanku sudah terasa enak. Sudah tak panas dan lumayan bugar. Hari itu aku hanya membeli Vermin, ekstrak cacing di sebuah apotik yang tetap buka karena indikasinya mengarah ke sakit typus.
Namun pada malam Jum'at, aku kembali demam. Dan pada hari Jum'at aku kembali berkeliling mencari dokter, hasilnya masih sama dengan hari Kamis. Hari ini cuti bersama. Siangnya badanku kembali bugar.
Malam Sabtu dan hari Sabtu, aku sudah tak merasa sakit. Aku bahkan meneruskan membuat behel, besi kolom untuk mengecor balek rumahku. Dan hasilnya adalah aku kembali lemes dudes dan berkunang-kunang.
Hari Minggu ini, aku kembali merasa sakit
Badanku nggreges, kepala pusing dan perut mual. Selepas maghrib, aku demam. Badanku panas. Istriku membelikanku obat penurun panas. Sebelum minum obat, istriku mengambilkanku makan. Sepiring sop dan nasi sedikit dengan lauk tahu.
Sambil makan, istriku meneliti tanganku dengan senter di HP, jangan-jangan terkena demam berdarah.
"Ada bercak-bercak nih Pa," kata istriku menemukan bintik-bintik hitam di tanganku.
"Bukan. Itu belang bekas koreng," jawabku.
"Oh."
Setelah makan malam, obat kuminum dan dua buah selimut menempel di tubuhku.
Sambil memeluk tubuhku yang menggigil, dia berkata, "Ya Alloh, pindahkanlah panas suamiku ke tubuhku,"
So sweet kan.
Tapi sambil menggigil, aku juga berdoa dalam hati, "jangan ya Alloh. Lebih baik kau sembuhkan saja. Biar nggak repot. Nanti kalau panasnya pindah ke tubuh istriku, giliran aku yang akan berdoa pindahkan panasnya ke tubuhku lagi. Engkau pasti bingung."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar