alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Selasa, 11 Agustus 2020

MUSIM LAYANGAN

Ketika layangan belah ketupat mengangkasa tanpa ekor, itu tandanya layangan itu siap berperang. Siapapun harus waspada dan bersiap untuk diserang namun siapapun juga boleh menyerangnya. Tanpa ekor, gerakan layangan itu lebih gesit dan lincah untuk ditarik ulur dan dimainkan  ke kanan dan ke kiri untuk berperang dengan cara sangkutan untuk saling memutuskan benang lawannya. Itulah ciri-ciri layangan sangkutan.


Modal utama layangan sangkutan adalah benang gelasan. Benang warna warni yang telah dipoles dengan lem khusus dan serbuk kaca hingga agak kaku dan tajam ini menjadi andalan untuk memutuskan benang lawan. Bolehkah bermain layangan sangkutan dengan benang jahit, benang bangunan, atau senar pancing? Boleh. Tapi kalau putus jangan galau. Benang gelasan ini tersedia dengan berbagai kualitas dari kelas standar, festival dan premium, dengan harga yang bervariasi pula sesuai dengan kualitasnya. Tajamnya benang gelasan juga mengancam tangan pemain, ketidakhati-hatian pemain dalam menarik ulur layangan bisa mengakibatkan luka pada tangan.


Selain mengandalkan benang gelasan, pemain layangan sangkutan harus mempunyai keterampilan lebih untuk menyerang, menukik, menghujam, menggesek ataupun berkelit. Hentakan, tarikan, uluran serta manuver meliuk-liukan layangan sangat menentukan kemenangan dalam sangkutan. Tali goci tunggal (yaitu tali yang diikatkan di bagian atas dan bawah bodi/rangka layangan sebelum diikat dengan benang) juga memudahkan untuk meliuk-liukkan layangan.


Puncaknya adalah ketika salah satu layangan putus. Siapapun pemenangnya, itu menjadi kegembiraan semua penonton. Semua orang meninggalkan sang pemenang yang masih senyam-senyum menikmati kemenangan atau pemain yang meratapi kekalahannya. Sendirian. Kasihan ya. Tanpa aba-aba atau letusan pistol, lomba lari dimulai saat layangan putus. Saling kejar, saling dorong dan saling sikut menjadi pemandangan umum dalam lomba lari mengejar layangan putus ini karena tidak disediakan track khusus. Setiap orang berhak mengejar, menyalib, dan menikung. Saat itu, tak ada kawan sejati. Semuanya menjadi lawan. Pun tak peduli dengan harga layangan yang hanya Rp 1500. Perjuangan keras dengan berpeluh-peluh dan kadang berdarah-darah tersandung batu, menabrak pagar atau tertabrak motor, semua dilakukan untuk mendapatkan layangan putus ini. Demi harga diri untuk menunjukkan diri sebagai orang yang tercepat, terkuat, tertinggi, dan tergesit.


Ada aturan tak tertulis dalam perebutan layangan putus ini yaitu siapa yang pertama berhasil memegang tali atau layangannya itulah pemenangnya. Namun demikian, tidak dengan mudah menerapkan aturan ini karena semua orang dalam kerumunan massa berhak mengklaim siapa yang pertama memegang benang atau layangannya. Sering, layangan jadi koyak mengenaskan.


Selain layangan sangkutan, ada pula layangan non-sangkutan. Untuk menandakan bahwa layangan belah ketupat bukan layangan sangkutan adalah ekor. Layangan berekor ini dinaikkan dengan niat untuk ditonton keindahannya, gambarnya, warnanya, ataupun lekuk ekornya. Layangan ini biasanya bergambar menarik, berekor panjang warna-warni. Layangan ini menggunakan tali goci dobel (satu diikatkan ke bagian bahu kanan kiri dan satu ke bodi/rangka bawah) sehingga terbang dengan lebih tenang. Selain layang belah ketupat, layangan non-sangkutan juga berbentuk burung, pesawat, atau bentuk lainnya yang menarik. Layangan ini indah dilihat. Benang yang digunakan bukan benang gelasan yaitu benang yang lebih aman di tangan. Terkadang diberi sendaren yaitu tali pipih atau pita untuk menghasilkan bunyi ketika terterpa angin. Ada konsensus bahwa layangan non-sangkutan tidak tidak boleh diganggu dan disangkut. Layangan ini mempunyai langitnya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar