Beberapa minggu ini, di Jawa telah memasuki musim kemarau walaupun di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa daerah masih turun hujan dan terjadi banjir. Udara terasa dingin di malam hari dan panas di siang hari. Tumbuhan mulai meranggas. Debu beterbangan ke mana-mana.
Siang menjelang sore ini kulihat mendung menggelayut di langit.
"Alhamdulillah, mendung. Ya Allloh, turunkan hujan yang deras," kataku.
"Jangan lah," sanggah temanku.
"Eh kenapa? Tanah sudah kering, tanaman layu, debu beterbangan," kataku
"Genteng rumahku pecah. Belum kuganti,"
"Wah, repot nih. Makanya segera diganti," suruhku.
"Kalau sudah sampai rumah rasanya capek. Jadi malas mau ngapa-ngapain. Termasuk mengganti genteng pecah," jelasnya.
"Wah payah," kataku
"Ya Alloh jangan hujan dulu ya Alloh. Nunggu genteng rumahku kuganti," kata temanku.
"Iya tapi kapan mau diganti? Kalau begini, jadi repot. Dah sana segera pulang untuk mengganti genteng. Itu sudah mendung. Mau hujan," lanjutku
"Ya Alloh jangan hujan ya Alloh," sergahnya kembali.
Aku geleng-geleng kepala. Agak gemas juga. Tapi aku tetap pada pendirianku untuk tetap berdoa minta hujan.
"Ya Alloh berilah kami hujan," kataku cukup dalam hati.
(Sampai tulisan ini kuupload belum juga turun hujan. Mudah-mudahan kawanku segera mengganti genteng rumahnya supaya doanya kompak.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar