alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Selasa, 01 Oktober 2019

MENANAM POHON

Merasa telah dilantik menjadi anggota Siaga di sekolahnya, jiwa Kibe merasa terpanggil untuk menjalankan salah satu  nilai Dasa Dharma yaitu "cinta alam". Beruntung, Kibe dilahirkan di desa. Orang tuanya adalah petani. Sedari kecil sudah diajarkan memelihara pohon.

"Menanam pohon itu tidak hanya sekedar menanam. Setelah ditanam, pohon tidak boleh dibiarkan. Harus dirawat, dipupuk dan disiram agar tumbuh dengan subur," pesan ayahnya.

Namun demikian, Kibe tidak mau hanya sekedar ikut-ikutan memelihara tanaman milik orang tuanya yang sudah ada. Dia ingin mempunyai tanaman sendiri. Tentu akan menjadi kebanggaan ketika dia berhasil menanam dan merawat pohon sampai besar. Suatu hari, Kibe menemukan pohon pepaya kecil yang tumbuh dipinggir kali. Dicabutnya pohon itu untuk ditanam di belakang rumahnya.

Bulan September. Musim kemarau sedang pada puncaknya. Angin kering seakan membakar semua yang dilewati. Pohon pepaya yang ditanam oleh Kibe nampak agak layu. Walaupun permukaan tanah di kanan kirinya telah ditutupi dengan pelepah pohon pisang yang sudah ditebang, masih saja angin panas ini tidak kompromi dengan pohon baru ini. Terpaksa Kibe menambah pelindung di atasnya dengan pelepah pohon pisang yang agak panjang dan lebar yang ditekuk menjadi segitiga untuk menutupinya dari sengatan sinar matahari.

"Aman. Tinggal nanti sore disiram".

Kibe ingat pesan kakeknya bahwa menyiram pohon tidak boleh dilakukan pada siang hari ketika matahari bersinar terik karena bisa mati.

Sore itu, Kibe menengok tanaman kesayangannya di belakang rumah. Dia menyiram pohon pepayanya dengan air comberan yang dibuat untuk membuang air limbah dapun. Selain menyiram, Kobe memberi pupuk juga. Bukan pupuk buatan kimia/anorganik atapun pupuk kandang tapi pupuk cair alami nan hangat hasil sendiri. Kata bu guru, urine mengandung nitrogen, phospor dan kalium yang sangat berguna bagi tanaman. Tapi pupuk cair ini masih terlalu murni, panas dan keras, belum mengalami fermentasi. Cukup berbahaya untuk tanaman jika langsung mengenai pohonnya. Cukup disiramkan di sekelilingnya. Melingkar. Bagaimana caranya? Kibe punya teknik tersendiri.

Selesai memupuk, Kibe mendekati pohon pisang yang masih berdiri tegak dan belum berbuah. Dikelupasnya kelopak luar pohon yang sudah mengering dan banyak semutnya. Kelopak kedua kelihatan masih hijau dan mengkilap. Permukaanya terasa dingin dan halus untuk membersihkan sisa-sisa urine yang masih menempel.

Kini, setiap sore Kibe mempunyai aktivitas rutin. Menyiram dan memupuk pohon pepaya. Setiap sore itu pula pohon pisang menjadi korbannya dan semakin lama semakin pesing.

Atas kegigihan Kibe, pohon pepayanya berhasil tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang besar-besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar