Aku diangkat menjadi sekretaris dan notulen
Sosis 2016. Apa itu sosis? Makanankah? Ternyata bukan. Setelah kutanyakan
langsung kepada Waka Kurikulum selaku yang punya gawe, sosis adalah
singkatan dari Sosialisasi. Sosialisasi apa? Sosialisasi Ujian Nasional kepada
orang tua atau wali siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Ah...kenapa
disingkat Sosis? Sebuah singkatan yang aneh, ambigu dan masih menyisakan tanda
tanya. Bukankah lebih pas disingkat SUN (Sosialisasi Ujian Nasional). Kan jadi terkesan
mesra dan romantis.
Sosialisasi Ujian Nasional (sosis atau SUN
atau apapun singkatannya) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Januari 2016
pukul 10.00 WIB.
Pada pukul 09.00 siswa Kelas XII dipulangkan.
Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa menjemput atau mengantar ayah atau ibunya
ke sekolah. Soalnya banyak orang tua atau wali siswa yang sama sekali belum
hafal jalan menuju ke sekolah. Atau banyak dari mereka yang kendaraannya hanya
satu dan dibawa anaknya untuk sekolah. Ingat, tak ada satupun angkutan umum
menuju ke sekolah ini. Jadi mereka tak akan sampai ke tempat tujuan tanpa
kendaraan pribadi. Jangan sekali-sekali naik angkot atau bus untuk menuju ke
sekolah kami, bisa nyasar sampai kePekalongan, Semarang, atau Jakarta.
Pukul 10.00 para orang tua dan wali siswa
mulai berdatangan. Di pintu gerbang disambut dengan senyum manis para wali
kelas yang duduk berjajar di belakang meja menjadi penerima tamu. Mereka menyodorkan
daftar presensi untuk ditanda tangani oleh para orang tua. Selain itu, pada kesempatan ini mereka juga dimohon
untuk menandatangani raport asli semester
dan menerima Hasil Try Out 1. Setelah tanda tangan dan mendapat sekardus
snack berisi satu gelas air mineral, lemper, kue talam, dan pastel, mereka
dapat memilih tempat duduk yang mereka sukai.
Sebagai notulen, aku telah mempersiapkan diri
sejak pukul 10.00. Gasik amat? Iya lah, kan baru pertama kali jadi
notulen. Aku siap mencatat jalannya acara dari awal sampai akhir. Aku telah
duduk di sebelah kiri panggung, tempat untuk para guru yang masih kosong. Aku
persiapkan laptopku supaya tak ada trouble di tengah jalan.
Tepat pukul 11.50. acara dimulai. Para pengisi
acara duduk di depan menghadap ke selatan, Paling barat adalah Ibu Is
didampingi oleh Ibu Yeni selaku ketua penyelenggara.
“Pak, duduk di sini!” tiba-tiba Bu Yeni
menyuruhku duduk di sebelahnya.
“Saya duduk di sini saja Bu,” kataku
“Nggak boleh, notulen harus duduk di ini,”
kata Bu Yeni memaksaku.
Bukankah tugas notulen hanya mencatat. Mengapa
harus di depan? Aku yakin aku akan lebih nyaman dan lebih konsentrasi untuk
mencatat apabila aku duduk berbaur dengan guru-guru yang lain. Tapi mungkin
karena di akhir acara nanti, aku harus menyampaikan rangkuman dan kesimpulan.
Seperti Kang Maman, Notulen di acara ILK (Indonesia Lawak Klub) di salah satu stasiun
televisi. Akhirnya, aku melangkah maju menempati kursi di depan. Pak Sodik,
wakil komite sekolah yang datang belakangan duduk di sebelah kiriku.
Baru pertama kali, aku duduk di depan seperti
ini. Menjadi pusat perhatian seluruh wali siswa, dag dig dug di jantungku
tiba-tiba menghentak-hentak. Aku merasa wajahku berubah menjadi pucat. Untung
saja, rasa grogi-ku bisa kututupi dengan laptop yang kubuka tinggi-tinggi.
Acara ini dipandu oleh Master of Ceremony (MC)
alias Host andalan sekolah kami yang cantik jelita yaitu Bu Arie. Beliau
memimpin membaca Al-Fatihah bersama untuk membuka acara ini. Setelah acara
dibuka, Iza (salah satu siswa Kelas XII) membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Suaranya
mendayu-ndayu. Bayati, Hijaz,
Nahawand, Rost dilahapnya dengan mantap. Maklum dia adalah juara harapan I Lomba
Qiro’ah Provinsi Jawa Tengah.
Setelah pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an dan
sambutan oleh ketua komite sekolah acara dilanjutkan ke acara inti yaitu Sosialisasi
Ujian Nasional, SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN oleh Plt. kepala sekolah, Bu Is.
Karena beliau adalah pejabat baru di sekolah
ini maka sebelumnya beliau memperkenalkan diri terlebih dahulu.
“Nama saya Bu Is. Saya baru 2 minggu diangkat
menjadi Plt. kepala sekolah di sekolah ini. Saya asli Lamongan, Jawa Timur,”
kata beliau
Lamongan ? Pasti pintar masak soto, pecel
lele, ayam goreng, tempe penyet dan ikan bakar. Wah, kapan-kapan kita
mengadakan acara masak-masak dan makan-makan ya bu. Ibu yang masak, saya yang
makan.
Beliau memaparkan berbagai hal tentang Ujian
Nasional. Dari landasan aturan sampai pengumuman. Namun, ada hal yang paling
menjadi perhatian beliau yaitu indeks integritas. Indeks integritas adalah
nilai kejujuran. Kejujuran dalam mengerjakan Ujian Nasional ternyata dapat
dilihat dari pola jawaban salah yang sama dalam satu sekolah atau satu wilayah.
Nilai indeks integritas Kabupaten Batang pada tahun 2015 adalah 63 %. Sehingga
dapat diketahui bahwa ketidakjujurannya adalah 37 %. Hal ini karena tahun lalu
masih banyak beredar kunci jawaban yang bisa diperoleh dengan membeli. Untuk
itu, beliau menghimbau agar para siswa tidak lagi membeli dan percaya pada
kunci jawaban yang diedarkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab karena
akan mengurangi indeks integritas dan lembaga perguruan tinggi percaya dengan
UN. Moto Ujian Nasional tahun ini adalah “Prestasi Yes Jujur Harus”
Selain itu hal-hal fisik yang haru
dipersiapkan, beliau juga mengharap ada hal spiritual yang dipersiapkan
menjelang Ujian Nasional, antara lain:
- Siswa harus meminta maaf dan meminta do’a kepada kedua orang tua.
- Sebelum masuk ruang ujian, siswa diharapkan
membaca asma’ul husna bagi yang muslim, yang non-muslim untuk berdo’a sesuai
dengan agamanya masing-masing
- Siswa juga tak boleh terlambat
- Siwa tidak boleh berambut gondrong
- Siswa masuk ruang Ujian Nasional dengan cium
tangan agar muncul rasa sayang dari para pengawas Ujian Nasional.
Selain Ujian nasional, beliau juga
menyampaikan beberapa hal tentang SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN.
Tak disangka dan tak diduga ternyata beliau
juga pintar berpantun. Beliau menutup acara dengan sebuah pantun.
Minum kopi dicampur santen
Menawi anggen kulo matur kirang prayogi,
nyuwun pangapunten.
Begitulah paparan yang disampaikan oleh Ibu
Is. Aku telah membuat rangkuman dan kesimpulannya. Sebentar lagi, giliranku
membacakannya. Telah kupersiapkan pula ekspresi wajah, suara dan gayaku.
Tiba-tiba saja, MC mempersilahkan Bapak H.
Taufiq untuk menutup acara dengan do’a.
Lha, giliranku untuk menyampaikan rangkuman dan
kesimpulan kapan? Seperti di ILK itu lho... Bu Arie lupakah? atau tak perlu ada
rangkuman dan kesimpulan yang dibacakan oleh notulen. Terus, buat apa aku
bergrogi-grogi ria duduk di depan. Alamaaaak....