alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Kamis, 25 Februari 2016

PENJUAL JUS

“Monggo Pak Haji, Bu Haji, jus jambu, jus sirsak, jus mangga, jus alpokat bisa memperkuat tulang, menambah stamina, menghilangkan segala penyakit.”

Itulah sapaan penjual jus di depan ruang guru setiap jam istirahat kedua pada hari Selasa. Tentu saja, kKami merasa tersanjung dengan panggilan “Haji”. Padahal dari semua guru, hanya satu orang yang telah bergelar haji. Tak apalah, itu adalah trik si penjual jus untuk menghormati dan mengangkat derajat orang agar siapapun yang disapa akan merasa dihormati. Kemudian membeli jus tentunya.

Hanya hari Selasa?

“Hari Senin di SMP A, Hari Rabu di SMA B, semua sudah terjadwal” kata dia.

Karena hanya seminggu sekali, maka jualannya laris manis. Berbungkus plastik es dan diikat dengan karet gelang, jus-jus itu dihargai Rp. 1.500,-.

Tentang khasiat dari jus-jus itu, mungkin saja telah melalui uji laboratorium. Maklumlah, penjualnya berkeliling dari sekolah ke sekolah yang mempunyai laboratorium IPA. Kalaupun tidak melalui uji laboratorium, minimal para guru IPA yang telah memberitahukannya. Jadi, kalaupun ada kekeliruan tentang khasiat jus-jus tersebut, jangan salahkan dia. Ada guru-guru IPA di belakangnya.


Ternyata memang benar kata si penjual. Setelah minum 2 bungkus jus sirsak, badanku kembali segar, tenagaku siap lagi untuk melanjutkan mengajar pada 2 jam terakhir. 

Jumat, 19 Februari 2016

UJIAN PRAKTEK SENAM

“Dug dug dug” dentuman musik terdengar keras sampai ke kelasku. Para siswa tak bisa konsentrasi.
“Sudah dimulai Pak. Kami pingin nonton,” kata salah satu siswa.

Aku tak berdaya. Suasana kelas tak memungkinkan untuk melanjutkan pelajaran.

Dari tanggal 15 sampai 23 Februari 2016 ada jadwal praktek olahraga. Selain atletik, salah satu kompetensi yang harus dipraktekkan adalah senam kreasi. Senam dilaksanakan per kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 sampai 10 anak. Mereka harus menciptakan gerakan senam kreasi baru sekaligus menentukan musik pengiringnya. Senam ini dilaksanakan sekitar pukul 10.00 sampai pukul 12.00 di lapangan basket. Kreasi gerakan dan musik inilah yang menarik perhatian semua siswa untuk menyaksikannya. Maka pada jam pelajaran ke 5-6, sangat susah untuk mengendalikan siswa. Mereka ingin menonton. Walaupun dengan dalih tak perlu terganggu dengan pertunjukan senamnya, toh, suara musiknya tetap menerobos ke dalam kelas.

Biasanya para guru tak kuasa untuk membiarkan mereka untuk menyaksikan praktek senam tersebut. Maka, memberi tugas tertulis dan meninggalkan mereka di kelas adalah salah satu trik agar terasa tak berdosa untuk meninggalkan kelas. Namun sama saja, para siswa tak mengerjakan tugas tersebut dan menonton senam.

Karena aku tak mau menyudutkan mereka dengan dosa-dosa sebab tak mengerjakan tugas yang kuberikan, maka aku lebih suka mempersilahkan sepenuhnya mereka untuk menyaksikan senam tersebut tanpa tugas apapun.


“Ya sudah, selamat menonton,” itu saja yang aku katakan.

Rabu, 10 Februari 2016

MEMBUKA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BAHASA PRANCIS DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Sore ini, setelah lembur membuat leger semester 1 tahun pelajaran 2015/2016,  kami (aku dan Pak Yayan) dibuat terkagum-kagum sekaligus cemas oleh Bu Yeni.

“Jangan lupa besok akan ada supervisi dari pengawas. Perangkat mengajar disiapkan ya,” kata Bu Yeni sambil menunjukkan perangkat mengajar Fisika miliknya. Perangkat mengajar berisi program tahunan, program semester, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) miliknya sudah dijilid dengan hardcover warna biru muda. Tebalnya lebih dari 500 halaman.

“Ini perangkat mengajar untuk berapa tahun bu?” tanyaku penasaran
“Ini untuk satu semester,” jawabnya mantap.

Ha? Satu semester? Aku hampir tak percaya. Tebal sekali.

“Ini saya buat dalam waktu 24 jam. Dari Hari minggu pagi jam 07.00 sampai hari Senin pagi jam 07.00” jelasnya

Wah hebat benar Bu Yeni ini. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dalam hati. Namun demikian, ini juga membuatku cemas. Aku sama sekali belum membuat perangkat mengajar. Sementara besok disupervisi. Waktuku hanya tinggal 12 jam. Itupun kalau aku bisa mulai mengerjakan jam 07.00 malam ini dan tidak tidur semalaman. Mungkinkah bisa selesai? Sebuah mission impossible.

“Membuat RPP tuh yang paling sulit adalah membuat soal test dan kunci jawabannya. Untung aku buka les-lesan*). Jadinya, sudah tersedia kumpulan dan bank soal fisika lengkap,” lanjut Bu Yeni.

Bu Yeni sudah lama membuka lembaga bimbingan belajar. Siswanya sudah ratusan. Walaupun lembaga bimbingannnya belum diberi nama, siswanya sering menamakanya “YO” (Yeni Operation) untuk mengidentikkan dengan GO (Ganesha Operation), sebuah Lembaga Bimbingan Belajar yang sudah terkenal dan mempunyai banyak cabang di seluruh Indonesia.

“Ayo Pak Yayan, kita segera buka Lembaga Bimbingan Belajar, khusus mata pelajaran Bahasa Prancis dan Pendidikan Agama Islam, jadi kita tak sulit lagi membuat RPP,”

Cukup 2 mata pelajaran itu saja yang akan kita buka. Aku yang mengajar Bahasa Prancis dan Pak Yayan yang mengajar Pendidikan Agama Islam. Belum ada lembaga bimbingan belajar yang mengajarkan Bahasa Prancis dan Pendidikan Agama Islam. Pasti laris.


*) les-lesan: Lembaga Bimbingan Belajar

Jumat, 05 Februari 2016

TEMAN PARKIR

Setiap datang ke sekolah, aku selalu mencari teman parkir yang paling pas. Dimanapun boleh, asalkan di sebelah sepeda motor Pak A. Maka setiap datang ke sekolah yang aku cari bukan tempat parkirnya tapi sepeda motor Pak A. Kenapa? Sepeda motorku keluaran tahun 1995. Kondisinya sudah parah. Velgnya sudah berkarat, lampu belakang sudah buram dan pecah, standar pinggir dan tempat kaki sudah lepas, dan warnanya kusam. Dengan kondisi demikian, sepeda motorku akan terlihat semakin jelek apabila dijejerkan dengan sepeda motor-sepeda motor keluaran baru. Maka, alternative terbaik adalah menjejerkan sepeda motorku dengan sepeda motor yang sebanding agar sepeda motorku tidak terlihat buruk rupa. Dan satu-satunya sepeda motor yang seangkatan dengan sepeda motorku adalah milik Pak A. Sepeda motor 2 tak itu keluaran tahun 90-an. Joknya sudah ditambal dengan plakban, lampu belakang tinggal separoh, warnanya bahkan lebih kusam dari sepeda motorku.

Maka, setiap aku parkir hanya motor Pak A yang aku cari. Ketika kulihat di sebelah kanan dan kiri sepeda motor Pak A kosong, maka hatiku lega. Aku bisa menjejerinya. Sepeda motorku kelihatan sangat harmonis bersanding dengan sepeda motor Pak A. Bayangkan kalau sepeda motorku bersanding dengan sepeda motor terbaru, nampak ada sesuatu yang ganjil


Namun, apabila di sebelah motor Pak A telah terisi, aku terpaksa parkir di sebelah sepeda motor lain yang tentunya lebih baru. Sama sekali tak nyaman tapi tak apa-apa, hanya sekali-sekali. Sambil tutup mata saja. Yang penting sepeda motor sebelah tak tersenggol. Biar nggak tetanus.

Kamis, 04 Februari 2016

KOPI DICAMPUR SANTEN

Awalnya aku bertanya-tanya, jenis minuman apakah ini? Warung mana yang menyediakan kopi dicampur santan? Bagaimana rasanya?

Terus terang, aku belum pernah menemukannya apalagi mencicipinya. Minuman ini tiba-tiba saja muncul di pantun Bu Is, kepala sekolah kami.

Minum kopi dicampur santen
Menawi anggen kulo matur kirang prayogi, nyuwun pangapunten.

Ingin mencobanya? Membayangkan rasanya saja, sudah terasa aneh. Kopi: pahit, santan: gurih dan asin. Rasanya aneh bukan?

Pantun ini terinspirasi dari mana?
Jangan-jangan minuman ini adalah temuan baru hasil racikan beliau. Mungkin saja, mengingat beliau adalah guru kimia. Pasti beliau telah meneliti unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam kopi dan santan sehingga tercipta minuman yang belum pernah ada. Siapa tahu minuman baru ini mengandung zat yang dasyat hasil reaksi kimia dari unsur-unsur yang terdapat di dalam kopi dan santan. Siapa tahu minuman ini bisa menghancurkan segala penyakit, meningkatkan stamina tubuh berlipat-lipat, dan meningkatkan kecerdasan. Siapa tahu Bu Is sebenarnya masih merahasiakan hasil racikan beliau dan hanya menunjukkannya melalui bahasa isyarat yaitu pantun, semacam kode rahasia, La code de Da Vinci.

Setelah membuka internet, ternyata aku yang kurang piknik. Kopi campur santan sudah marak menjadi minuman khas di Blora. Cobalah buka http://pritjohan.blogspot.co.id/2013/01/kopi-santen-mbah-sakijah-jepangrejo.html atau http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/19/mur06.htm. Dan lebih lagi, kopi ini ternyata mempunyai khasiat nyata. Aku menemukan resepnya di http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150102193010-255-22082/secangkir-kopi-untuk-pembangkit-gairah-bercinta/.


Wah, Bu Is ternyata hebat.

PANCAL RAIMU

“Tak pancal raimu," teriak salah seorang siswa.
"Hooo, tak kucir lambemu," teriak yang lain.

Ungkapan-ungkapan yang cukup kasar itu tiba-tiba terdengar keras dari belakang kelasku. Rupanya ada dua orang siswa yang terlibat percekcokan.

"He, siapa itu yang ngomong tidak sopan itu?" tanyaku.

"Andi dan Udin Pak," kata Siska. (Ketiganya nama samaran ya)

Tanpa basa-basi kupanggil Andi dan Udin maju ke meja tempatku duduk.

"Andi Udin, kenapa kamu bicara seperti itu? Tidak sopan," kataku.
"Udin duluan Pak yang mengejek," jawab Andi.
"Iya tapi kenapa sampai keluar kata-kata nggak sopan itu?"
"Ikut-ikutan Pak," jawab ya.
"Ikut-ikutan siapa?" tanyaku.
"Bu *a***r Pak. Beliau selalu bilang seperti itu ke anak-anak," jawabnya.

Aku tertegun. Hatiku berdegup. Otakku tak menerima ungkapan seperti ini keluar dari mulut seorang guru dan siswa menirukannya. Sungguh tak logis.

"Benarkah itu kata-kata dari Bu *a***r?" tanyaku.
"Sumpah Pak. Tanya saja ke teman-teman," jawabnya.
"Tapi itu tidak baik. Kamu tak perlu mengikutinya," lanjutku 
"Tapi itu sudah biasa di kelas ini dan jadi trending topic. Teman-teman yang lain ikut-ikutan juga."

Aku terdiam. 

"Tapi itu tidak sopan. Jangan diulangi lagi," tegasku.

Aku baru teringat bahwa Bu *a***r di ruang guru di hadapan para guru yang lain pernah memamerkan kata-kata yang konon katanya sering ia ungkapkan di kelas tersebut. Saat itu semua guru terdiam mendengarnya dan tak ada yang mengkritiknya termasuk aku yang hanya tertegun.

Dan sekarang aku baru menyadari ternyata kata-kata itu sangat tidak sopan dan bertanya-tanya ternyata ada mulut guru yang mampu untuk mengucapkannya.

OWABONG

Memanfaatkan waktu liburan selama 2 minggu, aku selalu mengunjungi orang tua di Purbalingga. Selain untuk bersilaturahmi dengan saudara-saudaraku, aku juga menyempatkan mengunjungi tempat wisata yang ada di Purbalingga yaitu OWABONG (Objek Wisata Air Bojongsari).

Bersama istri dan anak-anakku serta keponakan-keponakanku, pada hari minggu tanggal 27 Desember 2015 aku pergi ke Owabong. Tentu saja gratis karena aku menggunakan kartu VIP milik adikku yang anggota DPRD Purbalingga. Cukup menunjukkan kartu tersebut ke penjaga pintu, kami berenam bisa masuk secara gratis walaupun di kartu tersebut tertera tulisan “berlaku untuk 2 orang”.

Wahana yang kami nikmati pertama adalah bioskop 4 dimensi. Untuk wahana ini, kami membayar 15 ribu per orang. Aku tak ikut. Aku memilih menunggu di luar. Setelah istriku, anak-anakku dan keponakan-keponakanku menyaksikan film 4 dimensi, kami langsung menuju kolam. Ada beberapa kolam di owabong: kolam anak-anak dengan kedalaman sekitar 40 cm dengan berbagai air mancur, kolam dewasa dengan kedalaman sekitar 1 meter, kolam renang untuk renang profesional dengan kedalaman berjenjang dari 1,5 meter sampai 2,5 meter, kolam arus seperti sungai mengitari wilayah Owabong dengan air mengalir dengan kedalaman 1 meter, kolam ombak dengan ombak buatan. Kolam-kolam ini dilengkapi fasilitas yang lain seperti seluncuran, gelas tumpah serta pelampung yang bisa disewa dengan harga 10 ribu per 2 jam. Flying fox yang meluncur di atas kolam bisa dinikmati dengan membayar tiket 15 ribu. Ada kolam air hangat khusus wanita di dekat arena gokar. Bagi yang ingin menginap, terdapat fasilitas hotel di lokasi Owabong.

Air di kolam-kolam ini selalu berganti karena airnya berasal dari sungai yang alirannya disaring dan langsung dimasukkan ke owabong. Jadi jangan khawatir, airnya air bekas dan kotor karena airnya selalu berganti.


Bahkan kami puas bermain di kolam sampai jam 5 sore, sampai para penjaga dan karyawan Owabong telah pulang.

DEVI

Jam makan siang sudah kelewat terlalu jauh. Sekarang sudah pukul 17.00 WIB. Bunyi “krucuk..krucuk..krucuk” dari perut terdengar jelas. Rupanya, para binatang di perutku sudah berteriak-teriak kelaparan. Aku katakan “ para binatang” karena aku tak tahu sebenarnya makhluk hidup apa saja yang menghuni perutku. Kata orang sih cacing. Tapi aku belum begitu percaya. Bisa saja ada binatang yang lain yang menghuni perutku.

Aku segera menyalakan motorku. Sore-sore begini, tujuanku hanya satu: warung pertigaan jalan gajah mada. Warung menghadap timur ini buka hanya beberapa jam pada sore hari, mulai pukul 16.00 sampai menjelang maghrib. Di sana tersedia makanan favoritku: Semur jengkol dan mendoan.

“Ngeeeng...” dalam waktu sepuluh menit aku telah sampai. Seperti biasa, warung ini sudah penuh orang. Banyak yang antri. Aku langsung menuju ke belakang. Kulihat kompor sedang menyala dan wajan masih mengepul. Di dalamnya, mengapung tempe tepung yang baru saja dicemplungkan.

“Mba, 5 mendoan,” kataku

Segera mba penjaga gorengan mengangkat tempe dengan tepung yang masih basah setengah matang.

“Pak..” sapa seseorang dari sampingku.
“Eee..Dev. Kok kamu di sini?” tanyaku penasaran. Devi adalah siswaku yang paling pandai. Bahasa 
Perancisnya selalu mendapat nilai tertinggi. Dia sudah lulus tahun kemarin dan sekarang kuliah di Univeritas Negeri Semarang.

“Ini ibu saya Pak,” jawabnya sambil menunjuk ibu setengah baya di sampingnya.
“Yang benar? Ibumu?” tanyaku tak percaya
“Iya Pak benar,” jawabnya meyakinkanku
“Kok kamu nggak pernah cerita dan nggak pernah kelihatan di sini?” kataku.

Warung ini adalah langgananku. Aku sering membeli lauk di sini. Selain lengkap (ada sayur lodeh, opor ayam, sayur buncis, kacang panjang, cak kangkung, lele goreng, ikan goreng, telor sayur, telor asin, bakwan, tahu isi, pisang goreng, tempe goreng dan masih banyak lagi), di sini selalu tersedia mendoan dan semur jengkol kesukaanku. Sudah lama aku berlangganan di sini. Yang kutahu hanya ada seorang ibu setengah baya (yang ternyata ibunya Devi) bersama 2 orang yang membantunya (seorang pemuda dan seorang pemudi) dan baru kali ini aku melihat Devi di sini.

“Kalau liburan saja Pak sama pas romadlon”
“Ini sedang libur po?” tanyaku
“Belum Pak. Minggu tenang. Senin besok mulai UAS,” jelasnya.

Belum sempat cerita panjang lebar.

Nopo malih Pak?” tanya Ibunya Devi

Aku ragu akan menjawab. Ada Devi. Tapi apa boleh buat, dari pada keinginanku tak terpenuhi, akhirnya keluar juga kata-kataku.

Wonten jengkol Bu?” tanyaku sambil mengacungkan jari telunjukku di depan bibirku kepada Devi. Maksudnya agar dia tak bercerita kepada siapapun bahwa aku suka semur jengkol. Padahal dia sudah lulus, tak mungkin bercerita lagi di sekolah. Tapi pikiranku selalu saja curiga kepada setiap orang yang mengetahui aku suka jengkol. Bagaimanapun, walaupun menurutku enak, jengkol mempunyai citra negatif sebagai makanan karena menimbulkan bau yang tak sedap di mulut dan di limbah ekskresinya. Hal ini telah meneror otakku yang paling dalam dan menimbulkan rasa malu bahwa aku mempunyai rasa suka terhadap jengkol. Kali ini aku harus menahan rasa malu. Aku harus menanggung malu sedikit. Biarlah Devi tahu aku suka jengkol. Salah sendiri semur jengkol ibunya sedap tak tertandingi, bikin ngiler. Semur jengkol yang istimewa. Biarlah anak istimewa ini mengetahui sedikit rahasiaku. Toh aku juga telah mengetahui sedikit rahasianya bahwa anak istimewa ini lahir dari ibu yang istimewa juga terutama semur jengkolnya. Anak dan Ibu sama-sama istimewa. Top deh.

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (DISINGKAT SOSIS?)

Aku diangkat menjadi sekretaris dan notulen Sosis 2016. Apa itu sosis? Makanankah? Ternyata bukan. Setelah kutanyakan langsung kepada Waka Kurikulum selaku yang punya gawe, sosis adalah singkatan dari Sosialisasi. Sosialisasi apa? Sosialisasi Ujian Nasional kepada orang tua atau wali siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Ah...kenapa disingkat Sosis? Sebuah singkatan yang aneh, ambigu dan masih menyisakan tanda tanya. Bukankah lebih pas disingkat SUN (Sosialisasi Ujian Nasional). Kan jadi terkesan mesra dan romantis.

Sosialisasi Ujian Nasional (sosis atau SUN atau apapun singkatannya) ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Januari 2016 pukul 10.00 WIB.

Pada pukul 09.00 siswa Kelas XII dipulangkan. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa menjemput atau mengantar ayah atau ibunya ke sekolah. Soalnya banyak orang tua atau wali siswa yang sama sekali belum hafal jalan menuju ke sekolah. Atau banyak dari mereka yang kendaraannya hanya satu dan dibawa anaknya untuk sekolah. Ingat, tak ada satupun angkutan umum menuju ke sekolah ini. Jadi mereka tak akan sampai ke tempat tujuan tanpa kendaraan pribadi. Jangan sekali-sekali naik angkot atau bus untuk menuju ke sekolah kami, bisa nyasar sampai kePekalongan, Semarang, atau Jakarta.

Pukul 10.00 para orang tua dan wali siswa mulai berdatangan. Di pintu gerbang disambut dengan senyum manis para wali kelas yang duduk berjajar di belakang meja menjadi penerima tamu. Mereka menyodorkan daftar presensi untuk ditanda tangani oleh para orang tua.  Selain itu, pada kesempatan ini mereka juga dimohon untuk menandatangani raport asli semester  dan menerima Hasil Try Out 1. Setelah tanda tangan dan mendapat sekardus snack berisi satu gelas air mineral, lemper, kue talam, dan pastel, mereka dapat memilih tempat duduk yang mereka sukai.

Sebagai notulen, aku telah mempersiapkan diri sejak pukul 10.00. Gasik amat? Iya lah, kan baru pertama kali jadi notulen. Aku siap mencatat jalannya acara dari awal sampai akhir. Aku telah duduk di sebelah kiri panggung, tempat untuk para guru yang masih kosong. Aku persiapkan laptopku supaya tak ada trouble di tengah jalan.

Tepat pukul 11.50. acara dimulai. Para pengisi acara duduk di depan menghadap ke selatan, Paling barat adalah Ibu Is didampingi oleh Ibu Yeni selaku ketua penyelenggara.

“Pak, duduk di sini!” tiba-tiba Bu Yeni menyuruhku duduk di sebelahnya.
“Saya duduk di sini saja Bu,” kataku
“Nggak boleh, notulen harus duduk di ini,” kata Bu Yeni memaksaku.

Bukankah tugas notulen hanya mencatat. Mengapa harus di depan? Aku yakin aku akan lebih nyaman dan lebih konsentrasi untuk mencatat apabila aku duduk berbaur dengan guru-guru yang lain. Tapi mungkin karena di akhir acara nanti, aku harus menyampaikan rangkuman dan kesimpulan. Seperti Kang Maman, Notulen di acara ILK (Indonesia Lawak Klub) di salah satu stasiun televisi. Akhirnya, aku melangkah maju menempati kursi di depan. Pak Sodik, wakil komite sekolah yang datang belakangan duduk di sebelah kiriku.

Baru pertama kali, aku duduk di depan seperti ini. Menjadi pusat perhatian seluruh wali siswa, dag dig dug di jantungku tiba-tiba menghentak-hentak. Aku merasa wajahku berubah menjadi pucat. Untung saja, rasa grogi-ku bisa kututupi dengan laptop yang kubuka tinggi-tinggi.

Acara ini dipandu oleh Master of Ceremony (MC) alias Host andalan sekolah kami yang cantik jelita yaitu Bu Arie. Beliau memimpin membaca Al-Fatihah bersama untuk membuka acara ini. Setelah acara dibuka, Iza (salah satu siswa Kelas XII) membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Suaranya mendayu-ndayu. Bayati, Hijaz, Nahawand, Rost dilahapnya dengan mantap. Maklum dia adalah juara harapan I Lomba Qiro’ah Provinsi Jawa Tengah.

Setelah pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an dan sambutan oleh ketua komite sekolah acara dilanjutkan ke acara inti yaitu Sosialisasi Ujian Nasional, SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN oleh Plt. kepala sekolah, Bu Is.

Karena beliau adalah pejabat baru di sekolah ini maka sebelumnya beliau memperkenalkan diri terlebih dahulu.

“Nama saya Bu Is. Saya baru 2 minggu diangkat menjadi Plt. kepala sekolah di sekolah ini. Saya asli Lamongan, Jawa Timur,” kata beliau

Lamongan ? Pasti pintar masak soto, pecel lele, ayam goreng, tempe penyet dan ikan bakar. Wah, kapan-kapan kita mengadakan acara masak-masak dan makan-makan ya bu. Ibu yang masak, saya yang makan.

Beliau memaparkan berbagai hal tentang Ujian Nasional. Dari landasan aturan sampai pengumuman. Namun, ada hal yang paling menjadi perhatian beliau yaitu indeks integritas. Indeks integritas adalah nilai kejujuran. Kejujuran dalam mengerjakan Ujian Nasional ternyata dapat dilihat dari pola jawaban salah yang sama dalam satu sekolah atau satu wilayah. Nilai indeks integritas Kabupaten Batang pada tahun 2015 adalah 63 %. Sehingga dapat diketahui bahwa ketidakjujurannya adalah 37 %. Hal ini karena tahun lalu masih banyak beredar kunci jawaban yang bisa diperoleh dengan membeli. Untuk itu, beliau menghimbau agar para siswa tidak lagi membeli dan percaya pada kunci jawaban yang diedarkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab karena akan mengurangi indeks integritas dan lembaga perguruan tinggi percaya dengan UN. Moto Ujian Nasional tahun ini adalah “Prestasi Yes Jujur Harus”

Selain itu hal-hal fisik yang haru dipersiapkan, beliau juga mengharap ada hal spiritual yang dipersiapkan menjelang Ujian Nasional, antara lain:
  1. Siswa harus meminta maaf dan meminta do’a  kepada kedua orang tua.
  2. Sebelum masuk ruang ujian, siswa diharapkan membaca asma’ul husna bagi yang muslim, yang non-muslim untuk berdo’a sesuai dengan agamanya masing-masing
  3. Siswa juga tak boleh terlambat
  4. Siwa tidak boleh berambut gondrong
  5. Siswa masuk ruang Ujian Nasional dengan cium tangan agar muncul rasa sayang dari para pengawas Ujian Nasional.

Selain Ujian nasional, beliau juga menyampaikan beberapa hal tentang SNMPTN, Bidik Misi dan SBNMPTN.

Tak disangka dan tak diduga ternyata beliau juga pintar berpantun. Beliau menutup acara dengan sebuah pantun.
Minum kopi dicampur santen
Menawi anggen kulo matur kirang prayogi, nyuwun pangapunten.

Begitulah paparan yang disampaikan oleh Ibu Is. Aku telah membuat rangkuman dan kesimpulannya. Sebentar lagi, giliranku membacakannya. Telah kupersiapkan pula ekspresi wajah, suara dan gayaku.

Tiba-tiba saja, MC mempersilahkan Bapak H. Taufiq untuk menutup acara dengan do’a.


Lha, giliranku untuk menyampaikan rangkuman dan kesimpulan kapan? Seperti di ILK itu lho... Bu Arie lupakah? atau tak perlu ada rangkuman dan kesimpulan yang dibacakan oleh notulen. Terus, buat apa aku bergrogi-grogi ria duduk di depan. Alamaaaak....