Minggu, 24 Mei 2020
BUBUT AYAM DAN PARUT KELAPA
Opor ayam adalah masakan khas lebaran untuk menemani ketupat. Tentu saja, hampir semua orang ingin menyediakan masakan ini pada hari yang spesial.
Dua hari menjelang hari raya, bertebaran penjual jasa bubut ayam dan parut kelapa sebagai bahan utama pembuat opor ayam.
Penjual jasa bubut ayam menawarkan jasa untuk menyembelihkan, mencabuti bulu, membersihkan dan mencincang daging ayam sesuai ukuran yang diinginkan. Konsumen bisa membawa ayam sendiri dari rumah atau bisa membeli ayam yang tersedia di tempat jasa bubut ayam sesuai selera. Harga silahkan dinego sendiri! Ada pula jasa bubut ayam yang tidak menyediakan ayam, tapi biasanya ada penjual ayam yang muncul di dekat jasa bubut ini. Walaupun mereka pura-pura tak saling kenal, aku yakin mereka sudah bekerja sama. Semacam kartel.
Penyedia jasa ini terdiri 5 sampai 7 orang. Ada yang bertugas merebus air, menyembelih, mencabut bulu, membersihkan, dan mencincangnya. Penjual jasa bubut ayam ini dilakukan secara manual. Untuk mencabut bulu ayam, mereka merebus air untuk menyiram ayam yang telah disembelih dan mencabut bulu dengab tangan. Setelah itu, daging ayam dicincang sesuai ukuran pesanan dan dicuci sekedarnya.
Selain jasa bubut ayam, jasa yang banyak muncul secara tiban adalah jasa parut kelapa. Jasa ini sekaligus menyediakan kelapanya. Berbeda dengan jasa bubut ayam yang dilakukan secara manual, penyedia jasa parut kelapa ini menggunakan mesin parut yang digerakkan dengan mesin diesel kecil. Namun untuk memisahkan kelapa dari batoknya masih dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau besar yang tajam. Jasa parut kelapa ini tetap laris manis walaupun santan instan sudah banyak tersedia di minimarket.
"Masih enakan santan alami yang langsung dari kelapa," kata istriku.
Menjelang sore pada hari puasa terakhir, istriku memintaku untuk mengantarnya ke tempat jasa bubut ayam dan parut kelapa.
"Mama bisa pergi sendiri sih," kataku agak malas karena sore seperti ini kondisiku sudah agak lemas dan pasti antrinya lama.
"Mau opor ayam nggak?" ancamnya.
"Baiklah."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar