Senin, 06 April 2020
PUASA
Hari Senin ini, istri dan anak perempuanku berpuasa nyarutang. Sebagaimana adat orang berpuasa, makanan untuk berbuka pun dipersiapkan secara matang dan istimewa. Sejak jam empat, tumis kangkung, tempe goreng dan teh hangat mulai dipersiapkan oleh istri dan anakku. Akan tetapi, masih saja ada makanan yang perlu dibeli untuk menambah keistimewaan berbuka puasa. Anakku ingin roti, mie bihun, nuget dan molen pisang.
Sebagai orang yang paling bertenaga, aku menjadi orang yang harus berkeliling untuk memenuhi hasrat itu. Maka, saat itu juga, aku berkeliling mengunjungi pedagang roti, indomaret dan pedagang molen pisang. Naik motor, memakai masker.
Makanan tersebut berhasil kudapatkan dan sampai rumah setengah jam sebelum waktu maghrib. Tanpa menunggu istri dan anakku berbuka, kubuka bungkusan molen pisang dan mencicipinya.
"Hmm, enak sekali molen pisang ini," kataku sembari menggigit separoh.
"Ih Papa nih. Sudah nggak puasa, mingin-mingini orang berpuasa," protes anakku sambil mengaduk teh.
"Iya Pa. Nggak boleh gitu. Mbok menghargai orang yang lagi berpuasa. Nunggu sampai maghrib. Nanti makan bersama-sama," kata istriku yang masih menyelesaikan tumis kangkungnya
"Lha Papa kan nggak berpuasa," sanggahku sambil menghabiskan separoh molenku.
"Ya tahu. Makanya gendut. Tuh lihat perutnya sudah seperti orang hamil lima bulan," kata istriku.
"Iya. Sudah nggak puasa. Nggak sehat. Gendut. Mingin-mingini orang berpuasa. Dosanya berlipat-lipat," imbuh anakku ketus.
"Makanya besok kalau kita puasa, ikut puasa," imbuh istriku
"Papa nggak perlu puasa. Kan sudah ada yang berpuasa, papa ikut dapat pahalanya."
"Kok bisa?" tanya anakku.
"Molen ini siapa yang beli? Nuget, mie bihun, roti, siapa yang beli?" tanyaku
"Papa," jawab istri dan anakku serempak.
"Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, pahalanya sama dengan orang yang berpuasa," kataku mengakhiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar