alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Minggu, 12 April 2020

LINDA


"Pak Bas, belanja Pak," sapa seorang perempuan berjilbab dan bermasker warna biru di sebuah minimarket.
"Iya... Hmmm....siapa ya?" tanyaku penasaran. Aku berhenti memilih barang yang akan kubeli hanya untuk berkonsentrasi terhadap perempuan itu.
"Linda Pak. Saya angkatannya Lukita," jawabnya, "Pak Bas nulis buku ya?" lanjutnya
"Iya," jawabku singkat.

Rupanya dia sudah tahu kalau aku baru saja bertemu Lukita karena Lukita membeli bukuku "Kelasku [mungkin] Surgaku. (maaf sambil promosi ya. Ayo beli jangan sampai kehabisan stok!). Dan dia merefensikan nama Lukita agar aku sedikit mengingatnya. Lukita adalah alumni sekolahku, kalau tidak salah lulus tahun 2014.

Aku merasa heran, aku sudah memakai masker dua lapis warna coklat yang menutupi mukaku dan hanya kelihatan mataku. Bagaimana dia mengenaliku? Padahal  tubuhku yang 5 tahun lalu terlihat atletis dan perut sixpack, kini sudah berubah lumayan drastis, 70 derajat lah.

Lalu apa yang membuatnya mengenaliku?

Setelah aku berpikir sejenak, akhirnya aku paham kenapa dia mengenaliku? Rambutku sudah seperti ini sejak dulu, memutih dan rontok di bagian depan. Pasti dia mengenaliku dari bagian ini.

Akan tetapi, aku sama sekali tak bisa mengenali Linda. Aku mempunyai banyak siswa bernama Linda dan aku tak tahu ini Linda yang mana tanpa melihat wajahnya. Aku juga tak berani memintanya untuk membuka maskernya. Kondisi masih gawat. Corona masih mengancam.

Ya Tuhan, betapa menderitanya diriku ini. Berbicara dengan orang yang mengenaliku tapi aku tak mengenalinya. Seperti berada dilorong kegelapan dimana aku tak bisa melihat apa-apa tapi orang lain melihatku,
mengawasiku dan mengancamku. Sumpah, ini sebuah penderitaan.

Aku benar-benar merasa bersalah tidak bisa mengenali Linda. Tapi baiklah, aku akan mengingat namanya supaya suatu saat bertemu tanpa masker aku segera mengenalinya. Mudah-mudahan tak sampai terbawa ngelindur saat tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar