alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Senin, 15 Juli 2019

MENJEMUR SEPATU

14 Juli 2019

Hari Minggu adalah hari bersih-bersih. Sekalian untuk mempersiapkan hari pertama masuk sekolah. Anak perempuanku mencuci tas dan sepatu. Bukan hanya tas dan sepatunya sendiri tapi juga sepatu milik mamanya.

Kondisi rumahku yang berada di perumahan sempit dan belum mempunyai lahan jemur menyebabkan kami menjemur di halaman rumah. Kebetulan halaman rumahku di pinggir sungai kecil. Pada musim kemarau ini, air sungai hanya sedikit. Di sana-sini, lumpur sudah kelihatan di antara air kecil yang masih mengalir.

Selesai menyelesaikan tugas mencuci 3 pasang sepatu, anakku menjemurnya di pinggir sungai yang kebetulan mendapat sinar matahari penuh.

Pukul 16.00 saat matahari telah redup, giliranku mengangkat sepatu-sepatu tersebut. Tapi aku sangat terkejut karena dua buah sepatu dari pasangan yang berbeda telah berada di sungai. Bukan di pinggir tapi agak ke tengah. Tentu saja, kondisinya kotor. 

"Perbuatan siapa ini?" batinku lumayan gemas sambil mencari kayu atau galah untuk mengambilnya. Karena tak ada galah atau kayu di dekatku, aku meminta anakku mengambil peralon di rumah.

"Ini pa," kata anakku menyerahkan sebuah peralon dengan sebuah knee di ujungnya. Kuambil sepatu yang sudah kotor tersebut dan kusuruh anakku untuk mencuci ulang. Padahal besok sudah hari Senin.

"Nanti keringkan di belakang kulkas," kataku meniru Kak Ros dalam serial televisi Ipin Upin. Ternyata efektif. Berkali-kali kami telah mencoba untuk mengeringkan sesuatu yang belum kering di belakang kulkas. Hasilnya memuaskan. Kering.

Kini, tinggal kucari pelaku pembuangan sepatu-sepatu itu. Awalnya, kuawali dengan anak-anak. Asumsiku, pelaku yang sangat memungkinkan adalah anak-anak.

Ken lewat di depan rumah.
"Ken... Ken tahu tidak yang membuang sepatu ke sungai?" tanyaku
"Sepatu apa Pa'de?" tanya Ken balik.
"Sepatunya Bude dan Mba Adha yang tadi di jemur di sana," jelasku.
Ken langsung berlari ke pinggir sungai "Dimana Pa'de?"
"Bukan di situ. Di sebelah sana," kataku sambil menunjuk ke arah yangvtepat karena Ken menuju ke pinggir sungai yang salah. Dengan tingkah laku Ken tersebut sudah dapat disimpulkan bahwa Ken bukan pelakunya.

Manusia kedua, Kan. Anak yang lewat di depan rumah selanjutnya adalah Kan. Nampak sudah mandi. Ceria. Menuju Ken shabat karibnya yang baru berlalu dari ahdapanku. Sekarang giliran anakku Azam yang menginterogasinya. Kan dicegat oleh Azam.

"Kan... Tadi Kan tahu nggak yang membuang sepatu ke sungai?" tanya Azam.
"Tadi aku nggak pakai sepatu," jawab Kan
Jawaban Kan sudah bisa memastikan bahwa Kan juga bukan pelakunya.

Anak-anak lainnya tidak luput dari interogasi kami. Tapi tidak ada tanda-tanda siapa pelakunya.

Kami pun menyerah dan pasrah serta menata hati untuk ikhlas.

"Kesulitan, kesialan dan kesusahan yang menimpa kita tidak harus mencari penyebab karena mungkin ini takdir Tuhan yang dijalankan melalui tangan siapapun atau apapun,"

Mungkin kita harus lebih banyak beristighfar.

Kamis, 11 Juli 2019

SHOLAT

Sudah menjadi komitmen tak tertulis para jamaah di mushola kami bahwa untuk menghindari keriuhan anak-anak yang ikut berjamaah di mushola maka orang dewasa mendampingi setiap anak. Anak-anak tidak boleh berdiri berjejer dengan anak yang lain. Harus diapit oleh orang dewasa. Dengan demikian, anak-anak tidak bisa ngobrol sendiri, bergurau, tertawa cekikikan, dan bermain-main. Harapannya mereka bisa belajar mengikuti sholat berjamaah dengan baik. Sementara yang lain bisa berkonsentrasi dan tidak terganggu dengan keriuhan anak-anak.

Tadi malam, saat iqomah dikumandangkan tanda sholat isya dimulai, tanganku menggamit dua anak, Kan dan Ken. Kan kutempatkan di sebelah kananku. Ken kutempatkan di sebelah kiriku. Kami menempati shaf kedua.

"Aku nggak mau di sini. Aku maunya sebelahan sama Kan," rajuk Ken.
"Nggak boleh," jawabku setengah memaksa.

Diuntungkan dengan jarak antar jamaah yang sudah rapat dan tidak ada ruang untuk bergeser, akhirnya Ken mengalah dan mengikuti kemauanku untuk tetap berdiri di sebelah kiriku.

Nampak mereka lebih tenang. Mereka khusyuk menghadap ke depan. Menirukan gerakan sholat orang-orang dewasa di sebelahnya. Cara bersedekap, cara ruku', cara bersujud, bahkan cara mengacungkan jari saat duduk tahiyat.

Hanya sekali, saat ruku' pada rakaat ketiga Kan menengok ke kiri ke arah Ken.

"Kurang berapa?" tanya Kan dengan suara berbisik sambil menunjukkan jari-jarinya menjorok ke depan wajahku yang sedang ruku' juga.
"Kurang dua," jawab Ken
"Kurang satu," protes Kan
"Dua" balas Ken

Percakapan mereka pun terputus saat sujud karena terhalang tubuhku.

Pada gerakan-gerakan shalat selanjutnya tidak ada percakapan di antara keduanya sampai salam.

"Ayo Kan," ajak Ken kepada Kan.

Mereka menerobos jamaah di belakang dan keluar dari mushola. Tentu saja mereka tak mau kehilangan kesempatan untuk bermain di halaman mushola bersama teman-temannya sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Sabtu, 06 Juli 2019

IKAN DAN PERZONASIAN


“Sebutkan 5 nama ikan!”
“Ikan Arwana, Emas, Gurami, Lele, Tawes, Pak”
“Iya betul. Sana ambil sepedanya!”
Itulah dialog yang sering terjadi antara seorang kepala negara di kerajaan antah berantah dengan rakyatnya.

Kenapa ikan namanya berbeda-beda? Karena mereka mempunyai ciri dan karakter masing-masing sehingga perlakuan terhadap mereka berbeda-beda.

Petani ikan sudah paham betul karakter mereka masing-masing. Tidak mungkin mereka memasukkan ikan arwana bersama ikan tawes dalam satu kolam karena ikan arwana akan memangsa ikan tawes. Tidak mungkin pula mereka memasukkan ikan lele dengan ikan gurami karena ikan lele akan menyerang ikan gurami. Agar perkembangannya optimal, petani ikan memilah ikan sesuai karakternya. Mereka akan ditempatkan dalam kolam yang berbeda-beda. Ikan arwana bisa dipelihara tersendiri. Arwana adalah ikan karnivora. Makanannya adalah ikan-ikan kecil, katak atau jangkrik. Ikan koi dipelihara bersama ikan emas koki, komet atau ikan hiaslainnya. Ikan-ikan ini adalah pemakan segala, bisa daun-daunan, buah atau sisa-sisa makanan. Ikan tawes dicampur dengan ikan nilem dan ikan sepat siam karena ikan-ikan tersebut adalah herbivora (pemakan tumbuhan). Pakan mereka sama yaitu daun-daunan, daun senthe, kol atau daun singkong. Sedangkan ikan ikan gabus bisa dicampur dengan ikan lele. Keduanya sama-sama karnivora atau pemakan daging. Kedua ikan ini bisa diberi makan keong atau katak. Sedangkan ikan ikan mas, ikan mujair dan ikan gurami adalah jenis ikan omnivora atau pemakan segala. Ikan-ikan ini bia dipelihara bersama karena perlakuan terhadap mereka juga hampir sama. Makanan mereka bisa berasal dari sisa-sisa makanan, tumbuhan atau hewan-hewan kecil.

Sesuai aturan kerajaan sejak jama dahulu, petani ikan di wilayah kerajaan antah berantah ini bisa memelihara ikan di kolam yang dimiliki oleh kerajaan yang pemeliharaannya juga disubsidi oleh kerajaan dan boleh pula memelihara ikan dengan kolam buatan sendiri. Kondisi kolam tentu saja menyesuaikan dengan jenis ikan masing-masing. Kolam untuk ikan arwana bukan kolam biasa. Arwana dipelihara di aquarium besar. Ada aerator. Air diganti secara berkala. Ada hiasan karang dan tumbuhan imitasi. Pemliharaannya sangat intensif. Hal ini sesuai dengan tujuan memelihara ikan arwana adalah untuk dilihat keindahan warna dan lekuk tubuhnya. Karena keindahannya juga, ikan arwana menjadi mahal. Kolam untuk ikan koi, ikan emas koki, dan komet dibuat khusus pula. Bisa berupa aquarium atau kolam biasa. Namun harus dipasang aerator karena ikan-ikan ini membutuhkan air dengan kandungan oksigen yang besar. Ikan koi, ikan emas koki, dan komet akan lebih indah dipelihara di aquarium karena ikan-ikan ini adalah ikan hias. Ikan tawes, ikan nilem dan ikan sepat siam membutuhkan kolam yang luas. Bisa terbuat dari beton ataupun tanah. Semakin luas kolamnya semakin banyak isinya, semakin banyak panennya, dan semakin besar keuntungannya. Demikian juga dengan ikan gabus dan ikan lele, ikan nila, ikan mujair dan ikan gurami.

Soal favorit dan tidak favorit tergantung tujuan memelihara ikan. Tentu saja ikan arwana dan kolamnya dianggap paling favorit karena fasilitas, sarana dan prasarananya lengkap, pemeliharaannya intensif dan harga ikan arwana yang mahal. Kolam untuk ikan gurami dianggap kurang favorit karena hanya kolam biasa dan harga ikan gurami juga tidak semahal ikan arwana. Tapi selama ini masing-masing ikan telah nyaman dengan kolamnya masing-masing. Ikan lele sudah nyaman dengan kondisi kolamnya yang berlumpur. Dan ikan lele tidak iri dengan kondisi aquarium ikan arwana yang indah. Ikan arwana juga tidak jumawa dengan kondisi aquarium indahnya. Walaupun apabila setiap kolam mempunyai sarana dan prasarana yang standar tentu saja akan membuat mereka lebih nyaman. Misalnya, ada aerator yang menjamin kandungan oksigen di dalam air, ada pergantian air secara berkala, ada hiasan kolam yang membuat nyaman, dan ada pemeliharaan secara intensif.

Setelah keluar peraturan menteri urusan ikan dan kolam tentang perzonaan, maka sejak saat itu petani ikan tidak boleh memelihara ikan sesuai dengan jenis-jenisnya. Dalam satu kolam harus dipelihara berbagai macam ikan. Seadanya jenis ikan yang ada di wilayah tersebut. Arwana, Lele, Tawes, Nilem, Sepat, Gurami ditempatkan dalam satu kolam. Apakah tidak bermasalah? Tujuan dari peraturan menteri ikan dan kolam justru untuk mendorong kerjasama antar ikan. Kondisi kolam yang heterogen mendorong ikan-ikan dalam kolam tersebut untuk bekerja sama. Nyatanya, di sungai pun terdapat berbagai macam ikan dan semuanya bisa hidup. Untuk itu, tugas petani ikan adalah memastikan terjadinya kerjasama yang baik antar ikan, tidak terjadi perkelahian dan saling memangsa sesama ikan. Kondisi ini juga memotivasi para petani ikan untuk lebih meningkatkan kompetensi mereka. Mereka tidak boleh terlena dengan zona nyaman mereka selama ini. Karena peraturan ini baru diterapkan, maka soal hasil panen ikan apakah semakin baik ataukah semakin buruk, biarlah waktu yang akan menjawab.

Dengan peraturan perzonasian ini diharapkan sudah tidak ada kolam favorit atau non-favorit. Kualitas perikanan dan perkolaman semakin merata di seantero wilayah kerajaan karena di setiap kolam terdapat ikan arwana yang mahal dan ikan lele yang tidak mahal. Dengan demikian, setiap kolam sekarang bisa dianggap berkualitas.

Namun kendala yang sebenarnya bukan masalah kolam "favorit" atau "non-favorit", tapi ketersediaan kolam. Kerajaan harus menjamin ikan-ikan yang hidup di seluruh wilayah kerajaan bisa tertampung di seluruh kolam baik kolam milik kerajaan ataupun kolam yang dibuat sendiri oleh petani ikan. Kekurangtersediaaan kolam ini berakibat fatal karena ikan yang tidak tertampung di kolam pasti akan masuk ke penggorengan.

Untuk menjamin pemerataan kualitas ikan dan kolam, kerajaan juga harus menjamin fasilitas, sarana, prasarana dan pakan dengan mutu yang sama dan SDM petani ikan yang handal yang bisa menjamin ikan-ikan di dalam kolam saling bekerja sama, tidak saling memangsa, tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Dengan demikian, Arwana, Lele, Tawes, Nilem, Sepat, Gurami merasa betah tinggal dan berkembang biak di kolam manapun tanpa perlu iri hati dengan kondisi kolam yang lain. Dengan adanya pemerataan kualitas fasilitas, sarana prasaraana, pakan dan SDM petani ikan tidak perlu lagi ada aturan perzonasian karena setiap ikan dengan sendirinya akan nyemplung ke dalam kolam yang terdekat.

BLANKSPOT

5 Juli 2109 pukul 23.59 adalah batas terakhir pendaftaran online. Di website jateng.siap-ppdb.com telah tercantum daftar siswa yang mendaftar di SMA Negeri 2 Batang baik jalur zonasi, zonasi prestasi, prestasi, maupun pindah tugas orang tua.

Inilah datanya:
Jalur Zonasi: 227 siswa, terjauh 8,2 km
Jalur zonasi prestasi: 58 siswa, NA terendah 27,65
Jalur Prestasi (luar zona): 2 siswa
Jalur Pindah tugas Ortu: 1 siswa
Total: 288 siswa

Sedangkan sekolah-sekolah terdekat yang masih dalam satu zonasi adalah
SMA Negeri 1 Batang, datanya adalah sebagai berikut :
Jalur Zonasi: 229 siswa, terjauh 2,00 km
Jalur zonasi prestasi: 65 siswa, NA terendah 33,20
Jalur Prestasi (luar zona): 27 siswa
Jalur Pindah tugas Ortu: 3 siswa
Total: 324 siswa

SMA Negeri 1 Wonotunggal datanya adalah sebagai berikut:
Jalur Zonasi: 161 siswa, terjauh 12,00 km
Jalur zonasi prestasi: 3 siswa, NA terendah 20,35
Jalur Prestasi (luar zona): 2 siswa
Jalur Pindah tugas Ortu: 0 siswa
Total: 166 siswa. Daya tampung : 216 siswa

Di dalam zonasi ini, wilayah blankspot alias wilayah yang belum terangkum di ketiga SMA tersebut adalah :
1. Sebagian wilayah Kecamatan Tulis
2. Sebagian wilayah Kecamatan Kandeman

Kemana anak-anak lulusan SMP/MTs di wilayah tersebut? Pilihannya adalah
Mengapa tidak memilih SMA Negeri 1 Wonotunggal? Kemana mereka?
SMK (negeri dan swasta)?
SMA swasta?
MAN Batang?

Jumat, 05 Juli 2019

SMANDAHOLIC

2 Juli 2019

Pada hari kedua, pelayanan pendaftaran online dibuka pada pukul 07.00.

"Pak, anak saya nggak mau sekolah kalau nggak di SMA 2. Pripun niki Pak," kata seorang ibu sambil membawa seorang anak kecil yang tiba-tiba menerobos masuk ke ruang pendaftaran.
"Lha putranya mana Bu?" tanyaku
"Di rumah. Nangis terus,"
"Rumahnya mana Bu?" tanyaku
"Tegalsari," jawabnya
"Kalau Tegalsari lebih dekat dengan SMA 1 Bu. Jadi diterimanya di SMA 1" jelasku
"Tapi anak saya maunya sekolah di SMA 2,"
"Kan SMA 1 lebih favorit, lebih keren," rayuku.
"Tidak mau Pak. Maunya di SMA 2" kata ibu itu ngotot.

"Wah....Smandaholic ini"

Akhirnya, kami menambahkan pendaftarannya ke jalur zonasi prestasi dan memilih SMA 2 karena nilai Ujian Nasionalnya lumayan bagus.

NGEBUT

1 Juli 2019

Salah satu kriteria penerimaan peserta didik baru tahun 2019 adalah "Jika jarak tempat tinggal sama, maka yang diprioritaskan adalah calon peserta didik yang mendaftar lebih awal". Maka, sebagai sekretaris PPDB, aku telah mempersiapkan nomor antrian untuk pendaftaran yang akan dimulai tanggal 1 Juli 2019.

Sudah kuduga, pada tanggal 1 Juli 2019 pukul 06.00 WIB tepat, telah datang beberapa calon peserta didik didampingi orang tua mereka untuk mengambil nomor antrian. Padahal, pelayanan pendaftaran dimulai pukul 07.00 WIB.

"Saya ngebut Pak, takut keduluan lainnya," kata salah satu orang tua siswa yang nampak lega karena mendapat nomor antrian awal.
"Kan bisa mendaftar dari rumah," kataku
"Lelet Pak. Muter-muter terus. Tadi malam anak saya sudah mendaftar pukul 01.00 tapi gagal," jawab seorang ibu yang mendampingi anaknya juga

Tepat pukul 07.00, nomor antrian telah mencapai 86 dan satu per satu dipanggil untuk masuk ke lab komputer yang digunakan sebagai ruang pelayanan pendaftaran online. Dan terus bertambah sampai 192.

Pendaftaran online hari pertama lancar.

MENDOAN



Mendoan adalah makanan khas wilayah Banyumas dan sekitarnya alias makanannya orang ngapak-ngapak. Pingin bisa ngomong ngapak? Banyak-banyak makan mendoan.

Mendoan adalah tempe berbalut tepung yang digoreng setengah matang, bahkan seperempat matang. Jadi, teksturnya masih lembek. Mendoan dibuat dengan tempe khusus, tipis dan lebar sejak dari pabriknya/pembuatnya.

Anda ingin membeli mendoan yang enak? Salah satu ciri enak tidaknya mendoan dilihat dari kelengkapan unsur-unsurnya dan cara mengolahnya.

Tepung
Mendoan pasti bertepung. Kalau tidak bertepung dapat dipastikan itu bukan mendoan. Tepung yang digunakan untuk menggoreng mendoan adalah tepung beras dicampur dengan sedikit tepung terigu. Komposisi perbandingan antara tepung beras dan tepung terigu sangat menentukan kekenyalan dan kelenturan mendoan.

Adonan
Adonan tepung mendoan wajib dicampur air dengan tingkat kekentalan tertentu dan irisan daun bawang. Pastikan bahwa daun yang dicampur di dalam adonan adalah daun bawang, bukan daun pisang, daun jambu, atau daun nangka. Ingat, Anda bukan kambing.

Bumbu
Juga pastikan mendoannya memakai bumbu mendoan, bukan bumbu rendang. Tahu kan bumbu mendoan? Bumbunya yaitu garam, ketumbar, bawang putih. Jangan aneh-aneh ditambah dengan kencur, jahe, atau temu lawak. Ini mendoan, bukan jamu.

Penjual
Penjual mendoan profesional biasanya mengaduk tepung, bumbu, air serta memasukkan tempe ke dalam wajan memakai tangan terbuka, bukan sendok. Itu menunjukkan kehebatannya. Tangannya sudah anti panas atau tahan terhadap minyak panas atau wajan. Bisa dikatakan penjual seperti ini sudah mengantongi sertifikat akreditasi A. Menggoreng mendoan dengan bantuan sendok menandakan penjual yang amatiran. Apalagi memakai helm SNI segala. Harus diingat pula, semakin keriput tangan penjual menunjukkan semakin tinggi tingkat kompetensinya. Penjual seperti ini bisa dikatakan "master" atau "ahlinya ahli" dalam dunia permendoanan.

Selamat menikmati mendoan.

JARAK ZONASI

Pagi ini, di ruang pendaftaran online kami kedatangan seorang bapak bersama seorang anak perempuan dengan seragam SMP, biru putih.

"Begini Pak, anak saya sudah mendaftar lewat jalur zonasi dengan pilihan pertama SMAN 1 Batang, pilihan kedua adalah SMAN 2 Batang, dan pilihan ketiga adalah SMAN 1 W.......... Hari ini, anak saya sudah terlepas dari SMAN 1 Batang. Seharusnya kan masuk ke SMAN 2 Batang. Tapi kok malah diterima di SMAN 1 W........ Ini bagaimana Pak?"
"Rumah Bapak mana?" tanyaku
"Juragan, kecamatan Kandeman. Kan lebih dekat dari Juragan ke SMAN 2 Batang daripada dari Juragan ke SMAN 1 W........" jawabnya
"Coba, saya lihat bukti pendaftarannya," pintaku.
Bapak tersebut menyerahkan bukti pendaftaran.
"Lihat Pak, tertulis di bukti pendaftaran ini, jarak dari Juragan ke SMAN 2 Batang adalah 11,3 km. Sedangkan jarak dari Juragan ke SMAN 1 W.......adalah 8,2 km. Jadi otomatis, anak Bapak diterima di SMAN 1 W......"
"Ya tidak mungkin tho Pak. Juragan ke sini, sama Juragan ke W......mosok jauh Juragan ke sini Pak. SMAN 2 Batang di Selatan. SMAN 1 W.....lebih selatan lagi. Masih 1-2 kilonan dari sini lho Pak. Mosok lebih dekat. Mana mungkin?"
"Sebentar Pak, saya lihat dari zonasi," kataku sambil mencari data di daftar zonasi PPDB yang sudah kucetak.
"Di daftar zonasi juga sama seperti yang terdapat di bukti pendaftaran Pak," jelasku.
"Tapi tak mungkin Pak. Semua orang juga tahu," desaknya.
"Sebentar Pak, saya lihat di google maps."
Aku membuka google maps yang merupakan dasar penetapan zonasi di PPDB provinsi Jawa Tengah tahun ini. Bapak tersebut mengikutiku membuka google maps di komputer. Pertama, kucari jarak dari Juragan ke sekolahku, SMAN 2 Batang.
"Ini Pak, ini jarak antara Juragan ke SMAN 2 Batang, 11,3 km. Sudah betul seperti tertulis di bukti pendaftaran ya," kataku
Kemudian kucari lagi jarak antara Juragan ke SMAN 1 W.......
"Nah kan... Salah itu Pak, Bagaimana itu?jarak yang benar kan 13 km, kok jadi 8,2 km," protes Bapak itu setengah berteriak.

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Angkat tangan dengan semua ini.

Selasa, 02 Juli 2019

BUNGA ZIARAH

Memasuki Bulan Ramadhan, banyak orang melakukan ziarah kubur ke makam leluhur. Termasuk aku. Sehari sebelum Ramadhan, aku bersama keluargaku berniat menziarahi makam anak ketigaku, Nafi'atul Ummah yang meninggal pada tanggal 18 Mei 2013 yang dimakamkan di pemakaman Gondanglegi, Kauman, Batang.

Sama seperti pada setiap Hari Kamis,  sehari sebelum memasuki Bulan Ramadhan di perempatan Sawahan sepanjang jalan Ahmad Yani juga banyak penjual bunga menggelar dagangannya untuk keperluan ziarah. Dengan berbekal termos es/nasi yang tutupnya dibuka dan di atasnya diletakkan sebuah tampah dan di atas tampah tersebut digelar beberapa lembar daun pisang, mereka menata bunga melati, kenanga dan mawar.

Aku mendekati dua orang penjual bunga yang kebetulan duduk berjejer.
"Waduh...beli yang mana ini ya?" tanyaku kepada dua penjual bunga tersebut.
"Sa'kersone panjenengan" (terserah Anda) jawab salah satu penjual bunga tersebut.
Aku bingung. Dua orang ini sama-sama memakai daster. Sama-sama berjilbab. Sama-sama duduk di atas dingklik kecil. Sama-sama memakia sandal jepit. Sama-sama berkalung jarik di lehernya. Sama-sama gendut juga. Pilih yang mana ya?
Akhirnya kuputuskan membeli bunga di penjual sebelah kanan. Keputusan yang tidak memakai pertimbangan apapun. Penjual sebelah kiri tampak tersenyum mendengar keputusanku untuk tidak membeli dagangannya. Tak nampak raut sedih atau iri atas lakunya dagangan temannya. Pun tak ada usaha untuk membujukku untuk menambah bunga dan membeli dagangannya. Seakan dia sudah menyadari bahwa rejeki sudah ada yang mengatur.
"Ngersa'aken pinten Pak?" (membutuhkan berapa Pak?)
"Setunggal pincuk pinten Bu?" tanyaku. Pincuk adalah daun pisang yang dibentuk prisma yang tidak seimbang panjang sisinya dan ditusuk dengan sebuah biting, (potongan lidi sepanjang 3-4 cm yang ujung-ujungnya dibuat runcing) agar bentuk prisma pada daun pisang itu tidak lepas.
"Sepuluh ribu sudah komplit, ada melati, kenanga dan mawar"
"Njih sampun, sepuluh ribu mawon," jawabku.
Sang penjual menakar bunga melati dengan sebuah cangkir plastik ditambah kurang lebih 5 kuntum kenanga dan sejumput mawar merah ke dalam pincuk daun pisang.

Setelah kuserahkan uang sepuluh ribuan, kubawa sepincuk bunga yang telah dimasukkan ke dalam plastik kresek warna merah. Sampai kutersadar mengapa aku tidak membeli sepincuk lagi di pedagang sebelah kiri. Mungkin akan lebih adil dan membuat mereka tidak saling iri satu sama lain. Sama-sama mendapat rejeki. Tapi penyesalanku hanyalah sekedar penyesalan dan tak membuatku kembali ke penjual bunga itu. Ahirnya aku hanya menenangkan diri dengan bergumam: "rejeki sudah ada yang mengatur."