Dengan adanya penentangan Kurikulum 2013 oleh berbagai
kalangan. Pemerintah melakukan langkah pengkajian ulang dengan membentuk Tim Evaluasi
Kurikulum 2013 yang diketuai oleh Prof. Suyanto Ph.D., Direktur Jenderal Pendididkan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga mantan rektor Universitas
Negeri Yogyakarta. Hasil evaluasi tersebut rencananya akan dilaporkan kepada
menteri Pendidikan dan Kebudayaan minggu ini.
Apapun hasilnya, Kurikulum 2013 merupakan produk yang diusahakan
menjadi kurikulum yang lebih baik dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.
Dalam kerangka dasarnya saja, telah dinyatakan bahwa kurikulum 2013 adalah penyempurnaan
dari kurikulum 2004 (KBK) dan KTSP. Usulan untuk membuat kurikulum yang sama
sekali baru menjadi ambigu karena kurikulum adalah buah perkembangan pemikiran
yang bersifat dinamis. Kedinamisan ini tak mungkin lepas dari masa lalu. Pembuatan
kurikulum yang sama sekali baru diibaratkan seperti orang buta yang ditempatkan
di sebuah rumah baru. Betapa sengasaranya dia dan butuh waktu lagi untuk
mempelajari seluk beluk rumah barunya. Dengan mengganti Kurikulum 2013, kegemasan
Mas Menteri Anies Baswedan yang mengibaratkan Kurikulum 2013 seperti mengubah haluan kapal
tanker (kompas 2/12/2014) secara mendadak akan diulangi lagi. Kemarin mengubah
haluan ke kanan, besok mendadak ke kiri. Sama-sama mendadaknya.
Ada baiknya, lihat dulu isi sebenarnya dari kurikulum
tersebut. Baca sedetil-detilnya. Apa yang salah dengan kurikulum 2013? Saya
setuju dengan Mas Menteri bahwa kurikulum 2013 tidak serta merta
diganti tapi diperbaiki dan dilengkapi yang belum lengkap. Itu cukup.
Bertahun-tahun kita dibenturkan dengan ganti menteri ganti kebijakan. Cobalah kita
mulai andap asor dengan menghormati pendahulu kita. Dengan kerangka
berpikir demikian, kita tidak akan seperti orang buta tersebut di atas. Kita akan
menjadi pembaharu dari warisan yang ada. Kita tidak akan memutus sejarah yang
melahirkan kita.
Revolusi mental yang didengungkan Bapak Jokowi adalah untuk
merubah mental kita. Salah satunya adalah mental dalam menghormati orang lain
dan hasil karya orang lain. Produk mental yang masih selalu menyalahkan dan
asal ganti dengan yang baru adalah mental masa lalu yang tak perlu kita
ingat-ingat lagi. Mental tersebut telah mulai dikikis juga pada era pasca orde
baru. Saya yakin Mas Menteri mempunyai mental seperti itu. Beliau pasti cukup bijaksana untuk menghormati pendahulunya sekaligus produknya. Beliau pasti legowo
dengan tidak merubah nama “Kurikulum 2013”. Biarlah nama itu akan menjadi
perhargaan dan penghormatan terhadap para penyusunnya. Kalaupun akan
diperbaharui cukup isinya saja. Apalah arti sebuah nama? Mau diganti dengan nama
Kurikulum 2014, Kurikulum Kerja , bahkan Kurikulum Anies Baswedan sekalipun,
kalau isinya tidak ada perubahan, ya sama saja.
Betapa indahnya seandainya, Indonesia berjalan dengan saling
menghormati. Salah satu ujian pertama revolusi mental adalah Kurikulum 2013.
Selamat menjalani Ujian. Semoga lulus dengan nilai yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar