Tanpa mengurangi niat untuk menyampaikan ilmu, seluruh perangkat mengajar kubawa ke kelas. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), modul, LKS, kamus, agenda harian, jurnal siswa, lembar penilaian pengetahuan, lembar penilaian ketrampilan, lembar penilaian sikap, lembar penilaian antar teman, dan lembar penilaian diri sendiri. Aku harus berhasil mengisi perangkat pembelajaran ini dalam waktu 2 x 45 menit.
Seperti biasa, kumulai pelajaran dengan salam dan bla bla bla (pengantar pelajaran Bahasa Perancis)
"Vous etes fatigue?" tanyaku yang artinya kalian capek?
"Oui, Monsieur," jawab mereka serempak yang artinya iya Bapak.
Maklum jam terakhir memang kondisi telah menurun. kuselingi sedikit dengan breaking ice alias menyanyi sedikit.
20 menit berlalu.
Memasuki pembelajaran Bahasa Perancis, kuatur benar waktu untuk memenuhi seluruh aspek pembelajaran pada hari ini. Kuabsen satu per satu dan kusalin absensi kelas ke absensiku. Ini membutuhkan waktu 5 menit.
Jurnal siswa kukeluarkan. Kutanya kondisi para siswaku.
"Kalian masih semangat?" tanyaku
"Ngantuk Pak"
"Aujourd'hui, nous allons apprendre les noms," kataku
Kupersiapkan laptop, kusambung LCD ke stop kontak. persiapan ini membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Kutayangkan video tentang nama-nama benda dalam bahasa Perancis dengan durasi 15 menit. Para siswa mengamati. Sambil mengamati video tersebut, kubuka jurnal siswa. Kuamati siswaku satu per satu. Ada yang menguap. Ada yang bicara dengan temannya. Ada yang memperhatikan dengan seksama. Semuanya kucatat dalam jurnal siswa. Sampai video selesai, aku masih harus mencatat aktivitas siswa. 10 menit kuberikan kesempatan untuk bertanya sambil aku melengkapi catatanku.
Waktu tersisa 35 menit. Beberapa siswa bertanya. Untuk itu, kuberi kesempatan untuk menalar dengan cara berdiskusi. Kubentuk 8 kelompok. Masing-masing kelompok membahas 10 kata benda. Kuberi waktu 10 menit.
"Cukup. Sekarang waktunya mencoba." kataku setelah 10 menit berlalu.
"Baru mau mulai Pak," kata mereka
"Sekarang setiap kelompok harus mengucapkan kata benda yang dibahas tadi. Saya beri waktu 1 menit utnuk setiap kelompok. Dari kelompok A. Ayo perwakilannya maju," kataku.
Ternyata kelompok A membutuhkan waktu 2 menit. Baru 5 kelompok yang maju, waktu telah habis.
"Sekarang kalian mempunyai waktu 5 menit untuk membahas diskusi tadi. Silahkan," kataku
"Waktunya untuk diskusi kurang Pak," kata kelompok B.
"Kami tak kebagian kesempatan Bapak," kata kelompok F
"Kesimpulan dari pelajaran hari ini adalah kata benda yang kita pelajari hari ini harus kalian pelajari lagi minggu depan." kataku menutup diskusi.
8 menit terakhir kugunakan untuk mengisi lembar penilaian antar teman dan penilaian diri sendiri. Hari ini, administrasi pembelajaranku berhasil kulengkapi. 2 menit kugunakan untuk menutup pelajaran pada hari ini.
"Bonjour. Au revoir"
Jumat, 19 Desember 2014
Kamis, 18 Desember 2014
TIME IS OVER
Sebelum ke kelas, kupersiapkan perangkat mengajarku dengan lengkap. Mulai hari ini aku harus membawa dan melengkapi semua administrasi mengajarku karena akan dilakukan penilaian mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh pengawas pendidikan.
Pelajaran dimulai. Ketua kelas menyiapkan dan memimpin berdo'a. Selesai berdo'a kusapa mereka.
"Bonjour à tous," kataku
"Bonjour monsieur," jawab para siswa
"Comment allez-vous?"
"Je vais très bien merci et vous?" kata mereka serempak
"Je vais très bien aussi," jawabku.
"Bienvenue en classe de français. Aujourdh'ui, nous allons apprendre le francais sur les nombreux. Mais, avant cela, je vais faire la presentation," kataku tentu saja dengan lancar
Kata-kata tersebut adalah kata-kata pembuka pelajaran Bahasa Perancis. Kalimat tentang salam, kabar, dan prolog itu selalu kuucapkan sebelum memulai pelajaran Bahasa Perancis dan para siswa sudah paham serta sudah pandai mengucapkannya juga.
Kuabsen satu-satu. Semuanya hadir. Hasilnya kutulis dibuku absensi kelas dan buku absensiku. Pekerjaan ini membutuhkan kurang lebih 20 menit.
Selanjutnya aku mempersiapkan administrasi mengajarku
Persiapan ini kurang lebih membutuhkan waktu 5 menit.
Seperti biasanya, kupersiapkan laptop dan LCD. Kuambil kabel rol untuk menghubungkan stop kontak dengan LCD serta laptopku. aku minta bantuan salah satu siswa untuk mengulurnya, sementara aku memasang kabel LCD. setelah kabel terhubung dengan stop kontak, kunyalakan Laptop dan LCD. Kuatur tampilan gambar di tembok (maaf, di kelas belum terdapat fasilitas layar proyektor, jadi memanfaatkan tembok yang berwarna cukup krem /cream muda). Pekerjaan ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit, sampai aku bisa menampilkan file-ku di tembok.
Kutayangkan sebuah film tentang angka dalam bahasa perancis. Film berdurasi 5 menit ini menampilkan angka dari 1 sampai 100.
Seperti tahap yang tertera di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang harus aku lalui, setelah menampilkan sebuah film, aku memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa kuberi kesempatan untuk menanyakan tampilan film tersebut. Sembari kupegang buku jurnal siswa, aku berkeliling untuk menilai sikap dan aktivitas para siswa.
"Silahkan bertanya," perintahku.
"Kami belum paham, tolong filmnya diputar ulang Pak!" kata salah satu siswa
"Itu bukan pertanyaan," jawabku
Setelah 2 menit kuberi kesempatan tak ada reaksi dan belum juga ada yang bertanya.
"Kelamaan. Sekarang écoutez et repetez (dengarkan dan ulangi alias tirukan)!" perintahku.
Laptop dan LCD kumatikan. Jurnal siswa kuletakkan kembali di meja.
"Әng," teriakku sambil mengacungkan satu jari telunjuk. "Әng," teriak mereka
"DØ," teriakku selanjutnya sambil mengacungkan 2 jari "DØ," teriak mereka
"Troa" "Troa"
dan seterusnya sampai angka 100.
"Nah kalau begini lebih jelas, kami bisa bertanya Pak," kata Rahman.
"Kamu mau tanya apa Rahman?"
"Cara mengucapkan angka satu tadi apa Pak?
"Әng," jawabku
"Kalau dua Pak," tanya dia lagi
"DØ," jawabku
"Kalau ...."
"Stop," kataku "dasar kamu, bilang saja minta diulangi. Ayo ulangi sekali lagi"
Kuulangi lagi. Para siswa dengan penuh semangat menirukan kata-kataku sambil ikut mengacungkan jari-jari mereka satu per satu.
"Teeeet...teeeet," bel tanda pergantian pelajaran berbunyi
Sementara, jurnal kelas, agenda harian, jurnal siswa, lembar penilaian antar teman, dan lembar penilaian diri sendiri masih kosong.
Pelajaran dimulai. Ketua kelas menyiapkan dan memimpin berdo'a. Selesai berdo'a kusapa mereka.
"Bonjour à tous," kataku
"Bonjour monsieur," jawab para siswa
"Comment allez-vous?"
"Je vais très bien merci et vous?" kata mereka serempak
"Je vais très bien aussi," jawabku.
"Bienvenue en classe de français. Aujourdh'ui, nous allons apprendre le francais sur les nombreux. Mais, avant cela, je vais faire la presentation," kataku tentu saja dengan lancar
Kata-kata tersebut adalah kata-kata pembuka pelajaran Bahasa Perancis. Kalimat tentang salam, kabar, dan prolog itu selalu kuucapkan sebelum memulai pelajaran Bahasa Perancis dan para siswa sudah paham serta sudah pandai mengucapkannya juga.
Kuabsen satu-satu. Semuanya hadir. Hasilnya kutulis dibuku absensi kelas dan buku absensiku. Pekerjaan ini membutuhkan kurang lebih 20 menit.
Selanjutnya aku mempersiapkan administrasi mengajarku
- Jurnal kelas. Jurnal kelas ini diisi setelah materi pelajaran yang diajarkan hari ini selesai. Tujuannya adalah agar guru tahu materi terakhir yang telah diajarkan.
- Agenda harian. Isi dari jurnal kelas harus kusalin ke agenda harianku agar aku dapat mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.
- Jurnal siswa. Jurnal ini digunakan untuk menilai sikap dan aktivitas siswa satu per satu selama pembelajaran berlangsung. Sudah kutulis nama, nomor absen beserta kolom materi penilaian.
- Lembar penilaian antar teman. Lembar ini harus diisi oleh setiap siswa untuk menilai temannya pada akhir pelajaran.
- Lembar penilaian diri sendiri. Lembar ini harus diisi oleh masing-masing siswa untuk menilai diri sendiri selama mengikuti pelajaran.
Persiapan ini kurang lebih membutuhkan waktu 5 menit.
Seperti biasanya, kupersiapkan laptop dan LCD. Kuambil kabel rol untuk menghubungkan stop kontak dengan LCD serta laptopku. aku minta bantuan salah satu siswa untuk mengulurnya, sementara aku memasang kabel LCD. setelah kabel terhubung dengan stop kontak, kunyalakan Laptop dan LCD. Kuatur tampilan gambar di tembok (maaf, di kelas belum terdapat fasilitas layar proyektor, jadi memanfaatkan tembok yang berwarna cukup krem /cream muda). Pekerjaan ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit, sampai aku bisa menampilkan file-ku di tembok.
Kutayangkan sebuah film tentang angka dalam bahasa perancis. Film berdurasi 5 menit ini menampilkan angka dari 1 sampai 100.
Seperti tahap yang tertera di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang harus aku lalui, setelah menampilkan sebuah film, aku memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa kuberi kesempatan untuk menanyakan tampilan film tersebut. Sembari kupegang buku jurnal siswa, aku berkeliling untuk menilai sikap dan aktivitas para siswa.
"Silahkan bertanya," perintahku.
"Kami belum paham, tolong filmnya diputar ulang Pak!" kata salah satu siswa
"Itu bukan pertanyaan," jawabku
Setelah 2 menit kuberi kesempatan tak ada reaksi dan belum juga ada yang bertanya.
"Kelamaan. Sekarang écoutez et repetez (dengarkan dan ulangi alias tirukan)!" perintahku.
Laptop dan LCD kumatikan. Jurnal siswa kuletakkan kembali di meja.
"Әng," teriakku sambil mengacungkan satu jari telunjuk. "Әng," teriak mereka
"DØ," teriakku selanjutnya sambil mengacungkan 2 jari "DØ," teriak mereka
"Troa" "Troa"
dan seterusnya sampai angka 100.
"Nah kalau begini lebih jelas, kami bisa bertanya Pak," kata Rahman.
"Kamu mau tanya apa Rahman?"
"Cara mengucapkan angka satu tadi apa Pak?
"Әng," jawabku
"Kalau dua Pak," tanya dia lagi
"DØ," jawabku
"Kalau ...."
"Stop," kataku "dasar kamu, bilang saja minta diulangi. Ayo ulangi sekali lagi"
Kuulangi lagi. Para siswa dengan penuh semangat menirukan kata-kataku sambil ikut mengacungkan jari-jari mereka satu per satu.
"Teeeet...teeeet," bel tanda pergantian pelajaran berbunyi
Sementara, jurnal kelas, agenda harian, jurnal siswa, lembar penilaian antar teman, dan lembar penilaian diri sendiri masih kosong.
Jumat, 12 Desember 2014
REMIDI
Setelah koreksi hasil Ulangan
Akhir Semester 1 (UAS 1) mata pelajaran Bahasa Perancis selesai, maka pada hari
Rabu tanggal 10 Desember 2014 aku umumkan beberapa siswa yang belum tuntas. Nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Bahasa Perancis adalah 75, atau 3.00 dalam nilai konversi atau B dalam nilai huruf . Pengumuman kutempel
di kaca ruang guru. Kaca ruang guru adalah tempat paling praktis untuk menempel
pengumuman remidi. Guru tidak perlu beranjak dari ruang guru karena ditempel
secara terbalik dari dalam. Siswa juga sudah terbiasa dengan tempat tersebut. Setiap
selesai ulangan, siswa tengak-tengok di depan ruang guru untuk mencari
infromasi hasil ulangan dan remidi. Tak ayal, hari ini di depan ruang guru penuh
sesak dengan massa yang berdesakan.
Sebenarnya aku masih ragu apakah
remidi ini akan efekif? Selain waktu untuk belajar kembali yang terlalu pendek,
siswa yang melakukan remidi juga tidak diberi pendalaman materi lagi. Apakah kemampuan
siswa tersebut dapat meningkat dan dapat mencapai nilai KKM tanpa pendalaman
materi dan dalam waktu yang begitu pendek? Hasilnya dapat dilihat setelah
remidi.
Dari 152 siswa, ada 26 anak yang
aku nyatakan harus mengikuti remidi. Jadwal remidi Bahasa Perancis adalah hari Jum’at.
Mereka mempunyai kesempatan 2 hari untuk belajar.
Pada hari Jum’at pukul 08.30 remidi Bahasa Perancis seharusnya dilaksanakan. Namun, karena harus mencari tempat yang layak untuk melakukan remidi, maka remidi diundur beberapa menit. Jangan menganggap mudah untuk mencari tempat layak setelah UAS. Selain kotor, sebagian kelas dipakai untuk kegiatan atau sekedar untuk ngobrol para penghuninya. Dan mereka biasanya enggan untuk beranjak dari dalam kelas. Akhirnya, tepat pukul 09.00 WIB setelah berkeliling dengan diikuti 26 siswa yang akan mengikuti remidi, aku berhasil mengusir penghuni kelas X MIIA 3 yang kebetulan hanya beberapa gelintir orang di dalamnya. Lagi pula, kelas ini lumayan bersih.
“Kalian sudah belajar ?” tanyaku
“Sudah Pak,” jawab mereka serempak
“Bagus”
Waktu 45 menit kutentukan
untuk mengerjakan 30 soal esay yang kubuat. Tepat pad pukul 09.45 jawaban
dikumpulkan.
Aku juga harus segera mengoreksi jawaban mereka karena nilai
hasil UAS 1 harus segera dikumpulkan. Kubutuhkan waku 60 menit untuk mengoreksi
jawaban mereka. Dari 26 anak, semuanya masih mendapat nilai di bawah KKM.
O la la....
Haruskah kulakukan remidi lagi? Seharusnya iya. Tapi apakah dengan
melakukan remidi lagi, siswa yang mengikuti remidi akan berkurang? Aku meragukan
itu. Melihat realitas di lapangan, siswa yang mengikuti remidi Bahasa Perancis
juga mengikuti remidi hampir di semua mata pelajaran. Mereka mempunyai julukan “panitia
remidi” karena tiap hari mengurusi remidi. Mau diremidi berapa kalipun, sama
saja.
Dilema sekali. Seandainya 26 anak ini tidak tuntas, maka
berpotensi untuk tidak naik kelas. Dalam sejarah sekolahku, belum pernah ada 26
anak tidak naik sekaligus. Efeknya pasti lebih besar. Tapi, seandainya nilai
mereka dituntaskan sehingga mencapai nilai KKM, pada kenyataannya mereka belum
mempunyai kompetensi minimal.
Entah dari mana muncul dalam pikiranku, “Sudahlah tuntaskan
saja toh mereka sudah mengikuti remidi.”
Lalu, apa fungsinya remidiku ini? Hanya sebagai hukuman kah?
Karena ketidakmampuan mereka, aku menghukum dengan cara membuat mereka repot. Cukup
dengan merepotkan mereka saja? Biar mereka kapok? Mereka harus datang ke sekolah
untuk mengikuti remidi sementara teman-teman mereka bisa libur di rumah ataupun
ke sekolah hanya untuk bercanda dan bersenda gurau dengan teman-teman mereka. Kalau
remidi merupakan sebuah hukuman, apakah tidak lebih baik sekalian kusuruh push
up, sit up, lari keliling lapangan, menyapu, membersihkan WC, atau dengan denda.
Tapi tak etis rasanya, nilai tuntas hanya ditukar dengan push up, sit up, lari
keliling lapangan, menyapu, membersihkan WC dan denda.
Kali ini benar-benar menyangkut urusan moral dan hati.
Akhirnya. Yo wis lah, cara “membuat mereka kapok” ini
mungkin menjadi salah satu metode remidi untuk menuntaskan nilai mereka. Tapi
sekali lagi ini hanya untuk mengangkat nilai mereka tapi sama sekali tidak
mengangkat kemampuan mereka sesungguhnya.
Selasa, 02 Desember 2014
UJIAN REVOLUSI MENTAL : KURIKULUM 2013
Dengan adanya penentangan Kurikulum 2013 oleh berbagai
kalangan. Pemerintah melakukan langkah pengkajian ulang dengan membentuk Tim Evaluasi
Kurikulum 2013 yang diketuai oleh Prof. Suyanto Ph.D., Direktur Jenderal Pendididkan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga mantan rektor Universitas
Negeri Yogyakarta. Hasil evaluasi tersebut rencananya akan dilaporkan kepada
menteri Pendidikan dan Kebudayaan minggu ini.
Apapun hasilnya, Kurikulum 2013 merupakan produk yang diusahakan
menjadi kurikulum yang lebih baik dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.
Dalam kerangka dasarnya saja, telah dinyatakan bahwa kurikulum 2013 adalah penyempurnaan
dari kurikulum 2004 (KBK) dan KTSP. Usulan untuk membuat kurikulum yang sama
sekali baru menjadi ambigu karena kurikulum adalah buah perkembangan pemikiran
yang bersifat dinamis. Kedinamisan ini tak mungkin lepas dari masa lalu. Pembuatan
kurikulum yang sama sekali baru diibaratkan seperti orang buta yang ditempatkan
di sebuah rumah baru. Betapa sengasaranya dia dan butuh waktu lagi untuk
mempelajari seluk beluk rumah barunya. Dengan mengganti Kurikulum 2013, kegemasan
Mas Menteri Anies Baswedan yang mengibaratkan Kurikulum 2013 seperti mengubah haluan kapal
tanker (kompas 2/12/2014) secara mendadak akan diulangi lagi. Kemarin mengubah
haluan ke kanan, besok mendadak ke kiri. Sama-sama mendadaknya.
Ada baiknya, lihat dulu isi sebenarnya dari kurikulum
tersebut. Baca sedetil-detilnya. Apa yang salah dengan kurikulum 2013? Saya
setuju dengan Mas Menteri bahwa kurikulum 2013 tidak serta merta
diganti tapi diperbaiki dan dilengkapi yang belum lengkap. Itu cukup.
Bertahun-tahun kita dibenturkan dengan ganti menteri ganti kebijakan. Cobalah kita
mulai andap asor dengan menghormati pendahulu kita. Dengan kerangka
berpikir demikian, kita tidak akan seperti orang buta tersebut di atas. Kita akan
menjadi pembaharu dari warisan yang ada. Kita tidak akan memutus sejarah yang
melahirkan kita.
Revolusi mental yang didengungkan Bapak Jokowi adalah untuk
merubah mental kita. Salah satunya adalah mental dalam menghormati orang lain
dan hasil karya orang lain. Produk mental yang masih selalu menyalahkan dan
asal ganti dengan yang baru adalah mental masa lalu yang tak perlu kita
ingat-ingat lagi. Mental tersebut telah mulai dikikis juga pada era pasca orde
baru. Saya yakin Mas Menteri mempunyai mental seperti itu. Beliau pasti cukup bijaksana untuk menghormati pendahulunya sekaligus produknya. Beliau pasti legowo
dengan tidak merubah nama “Kurikulum 2013”. Biarlah nama itu akan menjadi
perhargaan dan penghormatan terhadap para penyusunnya. Kalaupun akan
diperbaharui cukup isinya saja. Apalah arti sebuah nama? Mau diganti dengan nama
Kurikulum 2014, Kurikulum Kerja , bahkan Kurikulum Anies Baswedan sekalipun,
kalau isinya tidak ada perubahan, ya sama saja.
Betapa indahnya seandainya, Indonesia berjalan dengan saling
menghormati. Salah satu ujian pertama revolusi mental adalah Kurikulum 2013.
Selamat menjalani Ujian. Semoga lulus dengan nilai yang baik.
SAYA MENGERJAKAN ULANGAN DENGAN JUJUR
Ada yang baru di lembar jawab Ulangan Akhir Semester (UAS) I Tahun Pelajaran 2014 / 2015 yaitu terdapat tulisan yang harus disalin dengan tulisan tangan siswa. Tulisan tersebut adalah Saya mengerjakan ulangan dengan jujur.
Tujuan tulisan tersebut adalah untuk memberikan kesadaran kepada siswa bahwa dalam mengerjakan ulangan mereka harus jujur. Dengan ditulis tangan, siswa diharapkan benar-benar berkomitmen dan menyadari sepenuh hati terhadap apa yang telah ditulisnya sendiri. Siswa diharapkan tidak menyontek, tidak menerima dan memberikan jawaban kepada temannya serta jujur terhadap kemampuannya sendiri sehingga nilai yang diperoleh adalah nilai hasil pemikirannya sendiri.
Dengan adanya tulisan tersebut, aku mengira tugasku akan lebih ringan. Aku mengira akan lebih santai sambil duduk mengantuk dalam mengawasi ulangan. Ternyata, dalam kenyataannya, tengok kanan, tengok kiri dan mencontek masih terjadi.
Kata-kata "sssssstttttt" tetap saja keluar dari mulutku sepanjang ulangan berlangsung. Wajah jaim tanpa senyum tetap kumainkan. Inspeksi keliling tetap kujalankan. Duduk cantik dan ngantuk cantik sama sekali tak bisa kunikmati.
Tak ada perubahan perilaku dalam mengerjakan ulangan tersebut. Siswa hanya merasa berdosa telah bersedia menyalin tulisan "Saya mengerjakan ulangan dengan jujur".
Oh my God...
Tujuan tulisan tersebut adalah untuk memberikan kesadaran kepada siswa bahwa dalam mengerjakan ulangan mereka harus jujur. Dengan ditulis tangan, siswa diharapkan benar-benar berkomitmen dan menyadari sepenuh hati terhadap apa yang telah ditulisnya sendiri. Siswa diharapkan tidak menyontek, tidak menerima dan memberikan jawaban kepada temannya serta jujur terhadap kemampuannya sendiri sehingga nilai yang diperoleh adalah nilai hasil pemikirannya sendiri.
Dengan adanya tulisan tersebut, aku mengira tugasku akan lebih ringan. Aku mengira akan lebih santai sambil duduk mengantuk dalam mengawasi ulangan. Ternyata, dalam kenyataannya, tengok kanan, tengok kiri dan mencontek masih terjadi.
Kata-kata "sssssstttttt" tetap saja keluar dari mulutku sepanjang ulangan berlangsung. Wajah jaim tanpa senyum tetap kumainkan. Inspeksi keliling tetap kujalankan. Duduk cantik dan ngantuk cantik sama sekali tak bisa kunikmati.
Tak ada perubahan perilaku dalam mengerjakan ulangan tersebut. Siswa hanya merasa berdosa telah bersedia menyalin tulisan "Saya mengerjakan ulangan dengan jujur".
Oh my God...
Senin, 01 Desember 2014
NGOPI
Maintenant, nous avons parler de boisson, especialement café.
Café est kopi en Indonesie.
En 1669, un délégué de Sultan Mohammed IV, le gouverneur de Turquie
Otoman va à Paris. Il porte des grains mystérieux par sacs. Un jour, ils s’appellent café. En 1672, un
entrepreneur Armenien qui s’appelle Pascal vend le café au public.
Et je suis amoureux de café. Bien sure, je peux faire le
café delicieux.
“Pak, nanti malam kami
ke rumah Bapak ya?” kata salah satu siswaku
“Mau ngapain?” tanyaku
“Pingin ngopi, boleh ya Pak?” jawab dia.
“Ya boleh, nanti sms ya, siapa tahu saya pas lagi pergi”
kataku
“Ok Pak, makasih”
Sekitar pukul 19.30 WIB, enam orang siswaku datang ke rumah.
Kupersilahkan masuk dan tentu saja kusediakan kopi spesial buat mereka ditambah
kacang rebus dan jeruk. Sengaja kubuatkan satu ceret kopi biar mereka bisa nambah.
“Ayo, silahkan diminum,” kataku
Kami pun ngobrol ngalor ngidul. Tak lupa
kuperkenalkan istri dan anak-anakku. Bukan pelajaran yang kami bicarakan. Kami
lebih banyak bicara tentang hal lain. Aku bercerita tentang pengalamanku semasa
muda dan keluargaku. Mereka bercerita tentang cita-cita dan hobi mereka.
Tak terasa, jam dinding di rumahku sudah menunjukkan pukul
22.00 WIB. Mereka pun pamit pulang. Kopi, kacang rebus dan jeruk pun ludes.
“Merci beaucoup untuk kopinya, Monsieur. C’est très
delicieux. Kapan-kapan boleh main lagi ya Pak?”
Alhamdulillah, aku bisa menyambut tamu dengan baik. Kopi telah membuat mereka merasa nyaman di rumahku.
Langganan:
Postingan (Atom)