alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 13 November 2020

SATU KAMAR SATU ORANG

Setelah melewati pemeriksaan dan prosedur kesehatan anti Covid-19 di pintu masuk, para peserta pelatihan menuju resepsonist untuk check in kamar. Dengan menunjukkan KTP, Mba resepsionist (yang pasti cantik walaupun wajahnya ditutupi masker) dengan cekatan melayani para peserta. Ternyata kamar yang ditempati peserta Diklat adalah sebuah kamar yang seharusnya untuk dua orang namun diisi satu orang.


“Karena ada Covid-19, untuk menghindari perkumpulan dan untuk menjaga jarak, maka satu kamar hanya untuk satu orang,” kata salah seorang panitia.


Kamar yang sangat nyaman dengan satu tempat tidur lebar ukuran 2 x 2 meter (bisa tidur dengan berbagai gaya, miring ke kanan, miring ke kiri, terlentang, tengkurap, atau sambil rol depan, rol belakang dan salto)


Eits, tunggu dulu. Bagi sebagian orang, satu kamar satu orang merupakan pelayanan yang istimewa dan membuat nyaman. Tapi  diam-diam, ada yang tidak berani tidur sendirian dan memilih bergabung dengan peserta lainnya tanpa diketahui oleh panitia.


“Bayangkan, malam-malam di kamar sendirian. Mau keluar pun berjalan melewati lorong hotel sendirian. Sepi. Tak ada orang satu pun. Semua kamar terkunci. Sangat mengerikan. Iya kan Pak?” kata salah satu peserta perempuan kepadaku untuk mencari pembenaran supaya aku mendukungnya bergabung dengan temannya.


Daripada bermasalah, aku mengiyakan saja. Minimal aku turut menenangkan hatinya agar tidak  begitu merasa bersalah.


“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya Pak,” pintanya

“OK, siap,” jawabku dengan mantap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar