alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Minggu, 29 September 2019

REBOISASI


Tahu tidak? Reboisasi berasal dari bahasa Perancis yaitu re artinya kembali, bois artinya hutan atau kayu. Jadi reboisasi adalah penghutanan kembali atau penanaman hutan kembali. Dalam bahasa Inggris disebut Reforestation. Makanya, belajar Bahasa Perancis.

Reboisasi di sekolahku dilaksanakan pada hari Jum'at Kliwon, 27 September 2019. Jum'at Kliwon adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa SMA Negeri 2 Batang karena pada hari ini selalu dilaksanakan Jum'at sehat. Jum'at sehat adalah kegiatan olahraga, jalan-jalan, atau senam yang dilaksanakan setiap hari Jum'at Kliwon pagi.

Maka dari itu, sebelum dilakukan kegiatan Reboisasi, dilaksanakan jalan-jalan melewati jalan kampung, hutan, dan kebun. Sangat mengasyikan menikmati keindahan alam, dan segarnya udara pagi. Ini juga merupakan salah satu upaya untuk menjiwai makna reboisasi. 

Setelah jalan-jalan, reboisasi dimulai. Ratusan pohon sudah terkumpul. Setiap kelas membawa pohon mangga, jambu jamaika, dan  tanaman bunga untuk ditanam di depan kelas. Ada beberapa pohon langka sumbangan dari salah satu wali siswa: pala, pelangi, saga, asam jawa. Dinas Lingkungan Hidup juga memberikan banyak pohon.

Tanaman-tanaman tersebut ditanam di titik-titik tertentu. Reboisasi adalah salah satu ikhtiar untuk membantu dunia dalam mengurangi pemanasan global. Dunia semakin gersang karena polusi semakin merajalela. Banyak lahan pertanian dan hutan beralih fungsi menjadi perumahan dan kawasan industri. Kawasan hutan di sekitar sekolah kami pun sekarang sudah mulai berubah menjadi perumahan. Sekolah yang dulunya sejuk, hijau, rimbun dikelilingi hutan, sekarang mulai terasa panas dan padat perumahan.

Kondisi ini semakin membulatkan tekad kami untuk mewujudkan sekolah kami menjadi sekolah adiwiyata. Sekolah yang kembali hijau, penuh dengan tanaman, sejuk dan asri. Mudah-mudahan terwujud.

Kamis, 26 September 2019

CLASSMEETING








Ulangan tengah semester I atau sekarang disebut Penilaian Harian Bersama (PHB) I telah dilaksanakan dari 16 sampai 23 September 2019. Kini saatnya classmeeting. Kegiatan classmeeting yang dikomandoi oleh pengurus OSIS berlangsung 2 hari yaitu Selasa dan Rabu (24 dan 25 September 2019).

Classmeeting diisi dengan mengadakan perlombaan antar kelas yaitu: 1. Pojok Literasi, 2. Akuistik/Karaoke, 3. Bergantung Dirimu.

1. Pojok Literasi
Pojok literasi yaitu memanfaatkan sedikit pojok (space) di dalam kelas sebagai tempat untuk membaca. Layaknya perpustakaan, isi pojok literasi ini adalah rak buku beserta buku-bukunya, dan sarana untuk membaca. Buku yang disediakan adalah buku pelajaran, buku cerita, novel, komik, majalah atau koran. Buku-bukunya adalah hasil sumbangan dari anggota kelas masing-masing. Tentu saja tidak diperbolehkan menyumbangkan buku tulis. Apalagi tulisannya jelek.

Sudut ini dihias sedemikian rupa sehingga nyaman untuk membaca. Bisa dicat, ditempel wallpaper, digambari, atau diberi pernak-pernik hiasan lainnya. Kreasi dalam menghias inilah yang menjadi salah satu penilaian dari tim juri yaitu Pak Supbechan dan Bu Agustina Djati.

Dengan adanya lomba pojok literasi, setiap siswa diharapkan dapat meningkatkan keinginan, semangat dan nafsunya untuk membaca. Sehingga, siswa SMA Negeri 2 Batang jadi pintar semua.

Ingat, menurut penelitian organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia yang dipublikasikan dengan nama "The World’s Most Literate Nations" menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah yaitu berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana. Maka dari itu, siswa-siswi SMA Negeri 2 Batang diharapkan bisa merubah angka ini, minimal untuk kalangan sendiri. Biarkan orang lain malas membaca, yang penting siswa-siswi SMA Negeri 2 Batang paling banyak membaca. Jadilah penerus BJ Habibi yang membaca 7,5 jam setiap hari.

2. Akuistik/Karaoke
Lomba ini menampilkan siswa-siswa berbakat dalam bidang musik. Masing-masing kelas harus mengirimkan wakilnya. Barang siapa yang tidak mengirimkan wakilnya, awas!. Juri untuk lomba akuistik/karaoke ini adalah bu Arie Laksmie dan Pak Hayyin.

Dalam lomba ini, para peserta menampilkan berbagai genre lagu sesuai kemampuan masing-masing. Ada pop, dangdut, rok, dan lain-lain. Tentu saja, ada yang tidak jelas menyanyi dengan genre apa. Yang penting tampil daripada diawas-awas oleh panitia.

3. Bergantung Dirimu
Nama "Bergantung Dirimu" diambil oleh panitia OSIS untuk menunjukkan bahwa semua perjuangan memenangkan lomba bergantung sepenuhnya pada dirimu. Tidak menggunakan nama "Menggantung Dirimu" karena panitia tak tega padamu. Mereka tahu digantung itu sakit.

Ini adalah lomba menggantungkan sebuah caping. Puncak caping diberi kait dan kait ini harus dimasukkan ke sebuah lingkaran kawat yang digantung di tali rafia. Cara bermainnya adalah caping dipakai di kepala kemudian berjalan menuju lingkaran kawat yang digantung di seutas tali rafia. Kemudian caping harus digantungkan dengan mengepaskan kait ke dalam lubang kawat

Harus dengan perasaan. Konsentrasi. Pusatkan perhatian pada kait yang ada di caping dan letak lubang kawat. Biar pas, silahkan jinjit, meloncat, muter-muter, ndangak, agak jongkok, menunduk, merayap, meluncur atau apapun lah yang penting capingnya berhasil digantungkan. Syaratnya tidak boleh menggunakan tangan, terlebih tangan orang lain.

Catatan :
Dalam kegiatan Classmeeting ini, panitia menyediakan photobooth untuk selfi dan foto-foto dengan teman, teman dekat, guru, wali kelas, staf TU, bu kantin, ataupun kepala sekolah.

Jumat, 20 September 2019

JERUK LEMON


"Mba...ini jeruk apa? Kok kuning mining-mining seperti ini? Ayu tenan," tanyaku kepada penjual buah saat aku mampir ke toko buah untuk membeli mangga.

"Itu jeruk lemon Pak. Untuk kesehatan. Untuk melunturkan lemak. Untuk melangsingkan tubuh. Bisa dikonsumsi oleh pria maupun wanita. Caranya tidak dimakan langsung tapi dipotong tipis-tipis. Cukup dua atau tiga potong. Kemudian direndam air panas. Biarkan sampai air menjadi dingin. Atau kalau pingin lebih ampuh, direndam semalaman. Lalu paginya diminum. 2 kali sehari pagi sama sore. Jangan pakai gula ya Pak. Dijamin seminggu bisa langsing," jelas mba penjual buah.

Aku manggut-manggut mendengar cerita yang sangat meyakinkan dari mba penjual buah.

"Sampeyan kok pinter sekali. Tahu dari mana tho?" tanyaku.
"Juragan jeruknya yang bilang seperti itu," jawabnya.

"Sekilo berapa?" tanyaku
"Empat puluh lima ribu. Beli bijian juga boleh,"
"Mahal juga ya. Dijamin langsing mba?" tanyaku untuk meyakinkan.
Aku membayangkan diriku sendiri yang sekarang sudah panjang kali lebar alias luas. Jadi, aku sangat berminat dengan jeruk lemon ini.
"Katanya seperti itu," jawabnya

"Sampeyan sudah mencobanya mba?" tanyaku.
"Sudah Pak. Tapi baru sekali. Tadi pagi. Lha wong jeruk ini baru datang kemarin kok," jelasnya.

"Kalau begitu saya belinya minggu depan saja. Nunggu terbukti,."

"Yo...selak entek Pak," jawabnya ketus dengan wajah cemberut. Mungkin sambil membatin "ngomong sepisan meneh, tak uncali semangka sekeranjang".

(Akhirnya aku beli 2 jeruk lemon dan 2 kilo mangga biar nggak dilempar semangka sekeranjang)

Kamis, 19 September 2019

PERANG-PERANGAN

Seusai sholat isya berjamaah di mushola, terdengar riuh anak-anak bermain di halaman mushola. Rupanya, mereka bermain perang-perangan. Senjata yang mereka gunakan adalah sarung.  Menirukan superhero yang sedang tenar macam  Kapten Amerika, Iron man, Ant man, Hulk, Thor, dan  Black Phanter. Mereka menyabet-nyabetkan sarungnya ke temannya. Tak kalah sengitnya, temannya membalas. Yang merasa terdesak, melarikan diri. Musuhnya mengejar. Rata-rata mereka umur 9-11 tahun atau kelas 3-5 SD.

Selain bertarung dengan sesama lelaki, mereka juga memancing anak perempuan untuk ikut bertarung dengan cara menyabetkan sarungnya ke anak perempuan. Anak perempuan yang terpancing akan membalas dengan menyabetkan mukenanya.

Ternyata, tidak hanya anak perempuan yang dipancing untuk terlibat dalam pertarungan itu, anak yang lebih kecil pun dipancing-pancing untuk terlibat. Kan dan Ken menjadi sasaran sabetan sarung Faqih. Padahal mereka tidak mempunyai sarana untuk membalasnya. Mereka tidak mempunyai sarung karena mereka sholat memakai celana panjang.

Namun demikian, pancingan Faqih membuahkan hasil. Kan dan Ken tergopoh-gopoh melepas celana panjangnya.

“Eits…jangan lepas celana di sini. Nanti kelihatan,” teriakku

Kan dan Ken tetap saja meneruskan niatnya untuk melepaskan celananya karena serangan bertubi-tubi menghajarnya.

Oh, ternyata dugaanku salah. Kan dan Ken berani melepaskan celana panjangnya karena mereka memakai celana pendek di dalamnya. Setelah berhasil melepas celana panjangnya dan hanya memakai celana pendek, Kan dan Ken nampak begitu semangat terlibat dalam peperangan dengan teman-temannya yang sebenarnya lebih besar. Mereka meladeni serangan itu dengan memutar-mutar celananya di udara sebelum mendaratkan pukulan ke musuhnya.

“Ciaaat….ciaaat.”

API UNGGUN

Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) SMA Negeri 2 Batang gugus depan 167/168 Patimura - Martha Christina Tiahahu dilaksanakan pada hari Rabu-Jum'at tanggal 28-30 Agustus 2019 di Agrowisata Selopajang, desa Selopajang Timur, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Pesertanya adalah seluruh siswa kelas X.

Puncak acaranya adalah Api Unggun. Api unggun berasal dari "api" dan "unggun". Menurut KBBI, api adalah panas dan cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar. Sedangkan unggun adalah tumpukan kayu. Jadi, api unggun adalah api yang menyala pada tumpukan kayu yang dibakar. Bukan tumpukan kertas, kardus, sampah, apalagi tumpukan masalahmu.

Menyalakan api unggun ini menjadi kegiatan yang wajib ada di dalam segala macam perkemahan. Perhatikan saja, perkemahan dimanapun pasti ada acara menyalakan api unggun. Perkemahan tanpa api unggun bagai sayur tanpa garam. Hambar. Tak ada yang mau makan. Kadang dibuang. Sambil dicaci maki.

Tempatnya adalah di lapangan agrowisata Selopajang yang telah tersedia. Lapangan ini cukup luas. Biasa digunakan untuk upacara dan acara api unggun. Tentu saja, api unggunnya ditempatkan di tengah lapangan agar api yang menyala tidak merembet ke mana-mana. Ini adalah salah satu pelajaran yaitu membuat api unggun harus jauh dari sesuatu yang mudah terbakar.

Diawali dengan upacara dan pembina upacara menyalakan salah satu obor. Kemudian obor pertama menyalurkan apinya ke obor berikutnya dan terus bersambung ke sepuluh obor untuk kemudian mereka bersama-sama menyalakan tumpukan kayu yang telah disiram dengan minyak tanah. Api pun berkobar.

Api unggun menyala sembari diiringi lagu "Api Unggun" yang dinyanyikan bersama-sama oleh peserta perkemahan PTA.

"Api kita sudah menyala
Api kita sudah menyala
Api Api Api Api Api
Api unggun sudah menyala"

Langit yang cerah penuh bintang menemani Api Unggun yang nampak gagah. Untung saja, perkemahan PTA ini dilaksanakan pada bulan Agustus. Bulan Agustus memang puncaknya musim kemarau. Hujan sudah jarang turun. Makanya, tidak direkomendasi melaksanakan perkemahan pada musim hujan. Bisa dibayangkan, lagi asyik-asyiknya api unggun menyala, tiba-tiba hujan. Kan repot. Kita harus mencari payung untuk menaungi api unggunnya. Bersyukurlah, pemerintah menetapkan hari pramuka pada tanggal 14 Agustus yang bertepatan dengan musim kemarau.

Mengapa harus api unggun yang menjadi puncak kegiatan perkemahan PTA? Karena api unggun mempunyai beberapa makna, yaitu:

1. Api yang besar menjilat-jilat ke atas menggambarkan semangat yang tinggi menjulang. Dengan api unggun, diharapkan peserta PTA menjadi generasi yang mandiri, berani, cinta alam dan pikiran lebih dewasa, cemerlang di masa depan yang berguna bagi masyarakat sekitar sebagaimana tema Perkemahan  PTA tahun ini yaitu "Tumbuh Bersama Jiwa Pramuka".

2. Kehangatan. Dengan adanya api unggun, udara musim kemarau bulan Agustus yang mencapai 18 derajat Celcius menjadi hangat. Tentu saja bukan hanya kehangatan fisik yang tersirat dari api unggun. Dengan api unggun, diharapkan akan terjalin kehangatan dalam pertemanan, persahabatan dan persaudaraan. Selain menjalin kehangatan, api unggun berfungsi untuk melepas kepenatan setelah menjalani banyak kegiatan yang menyita tenaga seperti hiking malam, hiking siang, senam, lomba memasak, dan games. Pada saat api unggun menyala, para peserta PTA menampilkan pentas seni. Ini menjadi hiburan tersendiri bagi peserta PTA.

Sebenarnya, sambil menghangatkan badan, kita bisa membakar sesuatu untuk dimakan. Sayangnya di perkemahan PTA tidak ada yang membawa ikan, ayam, singkong atau jagung untuk dibakar. Mungkin sebagai evaluasi pada perkemahan PTA tahun depan, peserta diwajibkan membawa ikan, ayam, singkong atau jagung.

Selamat menjadi anggota pramuka gugus depan 167/168 Patimura - Christina Marta Tiahahu pangkalan SMA Negeri 2 Batang.

Senin, 16 September 2019

ANGIN

Catatan Selasa 10 September 2019.

"Sworo angin
Angin sing ngreridu ati
Ngelingake sliramu sing tak tresnani..."

Suara mas Didi Kempot mendayu-dayu di laptopku pagi ini. Tanpa kusadari, di luar terdengar suara menderu-deru. Nampak angin bertiup kencang. Pohon-pohon di sekitar sekolahku bergoyang-goyang. Sengon, ketapang, kersen, dan trembesi meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri.

"Angin ini datang lagi," bisikku dalam hati.

"Sworo angin" benar-benar telah terdengar. Mulai pukul 09.00 pagi ini, angin ini bertiup kencang. Biasanya angin musim kemarau ini hanya datang sekali namun musim kemarau kali ini sudah dua kali. Yang pertama terjadi pada tanggal 21 Agustus 2019.

Jangan anggap ini angin biasa. Jangan anggap ini angin yang membuatmu sejuk. Jangan anggap ini angin yang membuatmu segar. Jangan anggap ini angin yang kau tunggu-tunggu untuk menyampaikan salam rindu kepada kekasihmu yang nan jauh di sana.
Bukan.

Angin ini bertiup seharian. Dari pagi sampai sekitar pukul 15.00. Daun beterbangan, ranting berjatuhan, dan debu berhamburan. Di beberapa tempat, ada rumah yang atap sengnya terbang terbawa angin. Walaupun tidak sampai terjadi bencana besar, angin ini cukup mencemaskan.

Dalam keadaan seperti ini, yang perlu dihindari adalah pohon. Tolong...sekali ini saja. Jangan berada di bawah pohon besar. Walaupun kau biasa berteduh di bawah pohon, kali ini hindarilah. Berteduhlah di tempat lain dulu. Di hatiku bolehlah. Jangan memaksakan diri. Resikonya adalah kejatuhan ranting atau cabang pohon. Resiko terbesarnya bahkan keambrukan pohonnya.

Tidak perlu juga mencoba memanfaatkan keadaan ini dengan main layangan, mumpung anginnya kencang. Atau memanfaatkan angin untuk bakar sate. Tak perlu begitu.

Masuklah ke dalam rumah atau tempat yang terlindungi karena debu juga berhamburan ke mana-mana. Sambil baca doa sebisanya. Yasin tahlil lebih baik. Jaga-jaga, siapa tahu ada sesuatu yang tiba-tiba menimpamu. Insyaalloh husnul khotimah.

Namun demikian, dimana ada kesulitan di situ ada kemudahan. Dimana ada kekhawatiran, di situ ada harapan. Dimana ada ketakutan di situ ada keberanian. Dimana ada kesedihan, di situ ada kegembiraan. Demikian juga dengan kondisi ini. Tetap saja menjadi kebahagianan bagi anak-anak. Mereka begitu bahagia karena mangga tetangga rontok semua. Walaupun masih banyak yang mengkal tapi enak dimakan dengan dicocol garam.

Menjelang sore hari, angin mulai mereda. Saatnya bersih-bersih rumah dan halaman. Membersihkan debu dan menyapu halaman. Kukerahkan semua potensiku. Istriku, anak laki-lakiku dan ank perempuanku menjadi aset yang berharga di saat-saat seperti ini. Sapu, pel, sulak, air, ember, gayung semuanya dimanfaatkan sepenuhnya.

Selesai mengepel lantai, membersihkan perabot dan menyapu halaman, aku, istriku dan anak-anakku menikmati teh hangat. Tentu saja sambil mendengarkan mas Didi Kempot menyanyi.

"Cendol dawet seger. Cendol cendol dawet dawet. Cendol cendol dawet dawet. Lima ratusan. Ga pakai ketan......"

Sebuah lagu yang tidak nyambung dengan teh hangat kami.

Rabu, 11 September 2019

BENDERA SETENGAH TIANG




Malam ini Indonesia berduka. Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie baru saja meninggal dunia pada pukul 18.05 di RSPAD Gatot Soebroto.

Segera, ucapan duka cita berseliweran di dinding media sosial, baik facebook, twitter, instagram, maupun WA. Seluruh rakyat Indonesia sangat berduka atas meninggalnya salah satu putra terbaik Indonesia.

Entah siapa yang mengawali, aku dan anak laki-lakiku, Azam tiba-tiba mempunyai ide untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Azam segera mengambil bendera yang belum sempat dicuci setelah sebulan penuh dikibarkan pada bulan Agustus lalu. Aku mengambil tiang bambu 3 meter yang cat putihnya mulai memudar.

Setelah bendera kuikatkan ke tiang bambu, dengan penuh hikmat kami memasangnya di depan rumah. Sang merah putih kubentangkan, anakku menyanyikan Indonesia Raya sambil menghormat dan sesekali menurunkan tangannya untuk memfotoku.

Bendera setengah tiang telah berkibar di depan rumahku.

Untung tak ada tetangga yang lewat menyaksikan kami mengibarkan bendera dengan cara seperti itu.

Senin, 09 September 2019

KEBELET PIPIS

"Ayo sini, harus minta ijin dua-duanya," kataku ketika ada dua siswa yang minta ijin ke toilet.

Dalam pelajaran yang lain, minta ijin ke toilet cukup diwakilkan salah satu siswa sedangkan siswa yang lain tidak perlu minta ijin lagi. Akan tetapi, khusus dalam pelajaran Bahasa Perancis, berlaku aturan "satu ijin untuk satu siswa". Jadi, setiap siswa yang akan ke toilet harus ijin.

Dani (nama samaran) telah meminta ijin terlebih dahulu. Dia ngeloyor keluar terlebih dahulu meninggalkan Adi (nama samaran juga) yang belum meminta ijin.

"Waduh, mau pipis saja kok susah," kata Adi berhenti melangkah dan tidak jadi mendekat ke mejaku.
"Bukan susah. Biar kalian semua terbiasa berbahasa Perancis. Ayo sini Di," panggilku
"Sebentar Pak. Saya belum hafal," jawab Adi sambil balik kanan.

Adi kembali ke tempat duduknya, membuka modul Bahasa Perancis halaman 7, dan komat-kamit seperti sedang merapalkan sebuah jopa-japu.

"Sudah hafal Di?" tanyaku
"Belum Pak," jawabnya
"Bukannya kemarin sudah hafal," sanggahku. Minggu yang lalu, satu per satu siswa harus menghafal sebuah kalimat Bahasa Perancis untuk minta ijin ke toilet dan semuanya telah hafal.
"Lupa Pak," jelasnya

Adi kembali ke arahku sambil mambawa modul Bahasa Perancis. Dia membaca sebuah kalimat di depanku.

"Excusez-moi Monsieur, je voudrais aller aux toillettes," (artinya: Permisi Bapak, saya mau pergi ke toilet)
"Coba ulangi tanpa membaca modul," desakku.
"Excusez-moi Monsieur.....je voudrais......aller....aux toillettes," akhirnya Adi berhasil meminta ijin walaupun dengan terbata-bata.

Modul di tangannya dilempar begitu saja ke meja terdekat. Secepat kilat Adi berlari kencang hampir menabrak pintu. Pasti dia sudah sangat kebelet.