"Qu'est-ce que c'est?" tanyaku dalam Bahasa Prancis sambil menunjuk gambar sebuah benda segi empat. "Benda apa ini?" ulangku dalam Bahasa Indonesia.
Tak ada jawaban.
"Serbet?" jawab salah satu siswa dengan nada tanya penuh ragu.
"Semacam serbet. Lebih tepatnya c'est un mouchoire, ini adalah saputangan,"
"Ooo..." jawab mereka tertegun.
Kupastikan apakah mereka mengetahui "apa itu saputangan?". Semua siswa menjawab bahwa mereka tahu "saputangan" tapi hanya ada dua orang yang benar-benar pernah melihat saputangan. Sebagian besar hanya mendengarnya melalui cerita atau melihat gambarnya saja dan belum pernah melihat saputangan sama sekali.
"Saputangan," kataku mulai menjelaskan, "adalah sebuah benda eksklusif pada masanya. Hanya golongan masyakat kelas atas yang merasa pantas memiliki saputangan. Raja, presiden, menteri, artis, pengusaha, direktur, pegawai negeri, jaksa, hakim, dan lain-lainnya. Saputangan adalah benda mewah. Saputangan biasa digunakan sebagai cindera mata, buah tangan, kenang-kenangan, kado, dan hadiah. Saputangan dipajang dan dijual di etalase-etalase toko khusus, berjajar bersama benda-benda mewah lainnya." jelasku.
"Fungsi saputangan sebenarnya untuk apa Pak?" tanya salah satu siswa.
"Sebagai lap," jawabku, "sapu tangan selalu diletakkan di saku celana sebelah kanan. Dikeluarkan hanya untuk membersihkan keringat di wajah atau tangan,"
"Membersihkan ingus juga Pak?"
"Iya," jawabku.
"Sama kayak tissu ya Pak?"
"Iya. Kan jaman itu tak ada tissu," jawabku.
"Setelah dipakai langsung dibuang Pak?"
"Oh, tidak. Dimasukkan kembali ke kantong celana,"
"Hiiii...jorooook," teriak mereka serempak.
# gambar hanya sekedar pemanis.
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar