Turun dari motor, kuhampiri pedagang jeruk santang dan anggur bergerobak di pinggir jalan.
"Mas, jeruk santang sekilo berapa?" tanyaku sambil memperhatikan jeruk berwarna kuring dengan beberapa daun yang masih menempel di setiap jeruknya.
"Tiga puluh lima ribu rupiah Pak," jawwbnya.
"Kok mahal amat. Di sana cuma dua puluh lima ribu Mas," kataku sambil menunjuk pedagang buah di seberang jalan dan terbaca dengan jelas "Jeruk santang Rp. 25.000".
"Kalau yang di sana botak Pak, tidak ada daunnya. Kalau yang ini ada daunnya," jawabnya.
"Beda cuma daun doang," protesku.
"Yang gondrong penampilannya lebih menarik, kalau yang botak kurang menarik makanya harganya lebih murah Pak," jawabnya.
Sebuah jawaban yang menohok dan sangat menyakitkan. Untung aku masih memakai helm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar