alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 02 Desember 2016

CATATAN PELANGGARAN

Saat kusibuk mengambili lembar jawab-lembar jawab UAS (ulangan akhir semester), di dekat meja pengawas terjadi kegaduhan. Setelah mengumpulkan soal di meja pengawas, para siswa tidak segera keluar ruangan. Mereka berkerumun di meja pengawas.

“Pak, kok begini. Pelanggarannya dicatat satu per satu ho’o?,” kata Nur dengan logat khas Batang sambil memegang lembaran catatan pelanggaran yang kubuat.
“Namaku ada tidak?” Tanya Riza
“Kamu paling banyak melanggar,” jawab Nur

Semuanya ingin melihat catatanku. Mereka mencari namanya di catatanku.

“Sudah-sudah. Sana pada keluar,” perintahku sembari merapikan lembar jawab-lembar jawab yang aku kumpulkan.
“Pak, jangan dicatat seperti ini sih Pak,” kata Vin memelas.
“Buat apa sih dicatat segala?” tanya Yusop
“Ya Alloh… kok seperti ini,” kata yang lain.

Mereka tetap tidak mau keluar. Dari wajah mereka yang namanya ada di dalam catatanku, nampak ada kekhawatiran. Mereka pasti khawatir dilaporkan kepada guru yang lain, kepada wali kelas, kepada guru BK, kepada kepala sekolah, atau bahkan khawatir pelanggarannya diumumkan di papan pengumuman sekolah.

“Ya sudah. Sana bawa catatan itu. Dipelajari ya, siapa tahu besok keluar di UAS!”

Mereka lega karena catatan tersebut berhasil mereka bawa untuk dipelajari dan tentu saja untuk menghilangkan jejak.

Aku membuat catatan tersebut sebenarnya hanya iseng. Beberapa kali, aku mengawasi UAS sendirian. Tanpa teman pengawas yang bisa diajak ngobrol membuat rasa kantukku dan kejenuhanku menyerang. Beberapa upaya aku lakukan termasuk jalan berkeliling melihat para siswa mengerjakan UAS, berdiri di depan pintu melihat pemandangan di luar ruangan, berdiri di dekat jendela melihat-lihat pepohonan atau burung-burung yang bercanda riang di ranting pohon dan mencatat pelanggaran siswa dalam mengerjakan UAS. Sebenarnya catatan di atas kertas lembar jawab sisa ini sudah kulakukan sejak mengawasi UAS hari pertama. Namun baru kali ini catatanku dibaca oleh siswa. Ini adalah keteledoranku yang lupa meletakkan catatan tersebut terbentang di atas meja.

Di bawah ini adalah duplikat catatanku yang bisa kuselamatkan.

Namun demikian, dari peristiwa ini, aku dapat mengambil pelajaran. Penulisan terhadap pelanggaran siswa pada saat mengerjakan UAS mungkin bisa menjadi alternative untuk menilai mereka dalam dimensi sikap. Catatan ini bisa menjadi rujukan bagi guru mata pelajaran, guru BK atau wali kelas untuk menindaklanjuti hasil catatan tersebut dengan melakukan pembinaan. Misalnya, guru mata pelajaran harus meninjau ulang hasil UAS apabila siswa tersebut diketahui berbuat curang atau tidak jujur. Guru BK juga bisa melakukan pembinaan terhadap siswa dengan mengkonsultasikannya kepada orang tua. Wali kelas akan mempunyai catatan sikap siswa di kelasnya dan bermanfaat untuk membimbing mereka ke arah yang lebih baik.

Dengan melihat kenyataan bahwa para siswa merasa khawatir dan takut dengan catatan yang kubuat, aku yakin bahwa catatan atas pelanggaran ini juga akan meringankan beban pengawas UAS. Para pengawas dapat mengendorkan urat syaraf dalam mengawasi UAS. Tidak perlu memasang muka galak,membuat gertakan yang menakutkan dan tidak perlu berkali-kali mendesis “ssssst…”. Para pengawas bahkan bisa mengawasi UAS dengan duduk tenang dan senyum manis. Dengan demikian, dapat mengurangi resiko terkena penyakit darah tinggi atau stroke.

Jadi, catatan ini akan aku usulkan kepada wakil kepala bidang Kurikulum selaku ketua pelaksana UAS ataupun kepada Kepala Sekolah. Semoga bisa diterima.


CATATAN PELANGGARAN
ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS)
TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

MATA PELAJARAN : ……………………………….      HARI/TANGGAL : ………………………
KELAS                       : ……………………………….      RUANG                : ………………………

NO
NAMA SISWA
JENIS PELANGGARAN
WAKTU
KETERANGAN
























































*) sekali lagi, nama-nama tersebut di atas hanya rekaan.

Kamis, 01 Desember 2016

PERUBAHAN PARADIGMA GURU

 Dalam kegiatan Peningkatan Profesionalisme Guru yang dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember 2016 di aula SMK N Kandeman, Kepala disdikpora Kab. Batang, Rahmat Nurul Fadilah, S.Pd., M.Si. menyampaikan materi tentang tujuan pendidikan yaitu terwujudnya pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. Semua pendidik & tenaga kependidikan harus mengetahui dan memahami tujuan pendidikan.

Untuk mewujudkan tujuan ini, pria asli Purworejo ini  meminta seluruh pendidik dan ketenagapendidikan di Kabupaten Batang untuk merasa satu keluarga yang utuh, untuk menjadi kita (bukan aku dan kamu) demi memajukan pendidikan di Batang. Ibarat tubuh, satu anggota tubuh sakit, maka yang lain merasakan sakit. Untuk itu, setiap pendidik dan tenaga kependidikan harus saling menjaga dan tidak membuka aib yang lain. Beliau juga mengajak untuk membangun nilai: persaudaraan, persahabatan, kekeluargaan, gotong royong, tepo sliro, dan loyalitas.

Untuk membangun nilai ini diperlukan semboyan : “menjadi teladan bagi sesamanya /orang lain”. Caranya: 
  1. Tidak telatan
  2. Disiplin
  3. Mendidik sesungguhnya dengan hati
  4. Mengibaratkan siswa adalah anak kita
  5. Mengerjakan tugas dengan prestasi  yang terbaik
  6. Jangan korupsi waktu


Namun pendidikan juga bukan hanya tanggung jawab pendidik di sekolah. Peran serta orang tua juga harus ditingkatkan. Jangan sampai orang tua melepaskan tanggung jawab dan dipasrahkan sepenuhnya kepada sekolah. Orang tua juga dituntut untuk mendorong dan memberi contoh kepada anak untuk belajar. Anak belajar orang tua mendampingi. Orang tua harus membangun komunikasi dengan anak. Membimbing dan memonitoring anak harus setiap saat. Bangun komunikasi dengan orang tua. Bukalah kelas orang tua agar orang tua juga turut serta dalam meningkatkan pendidikan.


Pendidikan di Kabupaten Batang membutuhkan perubahan dan perubahan harus berangkat dari keyakinan, komitmen serta konsistensi dari sang “leader” dalam menginspirasi seluruh bawahannya melalui INOVASI, KETELADANAN dan MONITORING yang terus menerus.