Saat kusibuk mengambili lembar jawab-lembar jawab UAS
(ulangan akhir semester), di dekat meja pengawas terjadi kegaduhan. Setelah
mengumpulkan soal di meja pengawas, para siswa tidak segera keluar ruangan.
Mereka berkerumun di meja pengawas.
“Pak, kok begini. Pelanggarannya dicatat satu per satu ho’o?,”
kata Nur dengan logat khas Batang sambil memegang lembaran catatan pelanggaran
yang kubuat.
“Namaku ada tidak?” Tanya Riza
“Kamu paling banyak melanggar,” jawab Nur
Semuanya ingin melihat catatanku. Mereka mencari namanya di
catatanku.
“Sudah-sudah. Sana pada keluar,” perintahku sembari
merapikan lembar jawab-lembar jawab yang aku kumpulkan.
“Pak, jangan dicatat seperti ini sih Pak,” kata Vin memelas.
“Buat apa sih dicatat segala?” tanya Yusop
“Ya Alloh… kok seperti ini,” kata yang lain.
Mereka tetap tidak mau keluar. Dari wajah mereka yang
namanya ada di dalam catatanku, nampak ada kekhawatiran. Mereka pasti khawatir
dilaporkan kepada guru yang lain, kepada wali kelas, kepada guru BK, kepada
kepala sekolah, atau bahkan khawatir pelanggarannya diumumkan di papan
pengumuman sekolah.
“Ya sudah. Sana bawa catatan itu. Dipelajari ya, siapa tahu
besok keluar di UAS!”
Mereka lega karena catatan tersebut berhasil mereka bawa
untuk dipelajari dan tentu saja untuk menghilangkan jejak.
Aku membuat catatan tersebut sebenarnya hanya iseng.
Beberapa kali, aku mengawasi UAS sendirian. Tanpa teman pengawas yang bisa
diajak ngobrol membuat rasa kantukku dan kejenuhanku menyerang. Beberapa upaya
aku lakukan termasuk jalan berkeliling melihat para siswa mengerjakan UAS,
berdiri di depan pintu melihat pemandangan di luar ruangan, berdiri di dekat
jendela melihat-lihat pepohonan atau burung-burung yang bercanda riang di
ranting pohon dan mencatat pelanggaran siswa dalam mengerjakan UAS. Sebenarnya
catatan di atas kertas lembar jawab sisa ini sudah kulakukan sejak mengawasi
UAS hari pertama. Namun baru kali ini catatanku dibaca oleh siswa. Ini adalah
keteledoranku yang lupa meletakkan catatan tersebut terbentang di atas meja.
Di bawah ini adalah duplikat catatanku yang bisa
kuselamatkan.
Namun demikian, dari peristiwa ini, aku dapat mengambil
pelajaran. Penulisan terhadap pelanggaran siswa pada saat mengerjakan UAS
mungkin bisa menjadi alternative untuk menilai mereka dalam dimensi sikap.
Catatan ini bisa menjadi rujukan bagi guru mata pelajaran, guru BK atau wali
kelas untuk menindaklanjuti hasil catatan tersebut dengan melakukan pembinaan. Misalnya,
guru mata pelajaran harus meninjau ulang hasil UAS apabila siswa tersebut
diketahui berbuat curang atau tidak jujur. Guru BK juga bisa melakukan
pembinaan terhadap siswa dengan mengkonsultasikannya kepada orang tua. Wali
kelas akan mempunyai catatan sikap siswa di kelasnya dan bermanfaat untuk
membimbing mereka ke arah yang lebih baik.
Dengan melihat kenyataan bahwa para siswa merasa khawatir
dan takut dengan catatan yang kubuat, aku yakin bahwa catatan atas pelanggaran
ini juga akan meringankan beban pengawas UAS. Para pengawas dapat mengendorkan
urat syaraf dalam mengawasi UAS. Tidak perlu memasang muka galak,membuat
gertakan yang menakutkan dan tidak perlu berkali-kali mendesis “ssssst…”. Para
pengawas bahkan bisa mengawasi UAS dengan duduk tenang dan senyum manis. Dengan
demikian, dapat mengurangi resiko terkena penyakit darah tinggi atau stroke.
Jadi, catatan ini akan aku usulkan kepada wakil kepala
bidang Kurikulum selaku ketua pelaksana UAS ataupun kepada Kepala Sekolah.
Semoga bisa diterima.
CATATAN
PELANGGARAN
ULANGAN
AKHIR SEMESTER (UAS)
TAHUN
PELAJARAN 2016 / 2017
MATA PELAJARAN : ………………………………. HARI/TANGGAL
: ………………………
KELAS :
………………………………. RUANG : ………………………
NO
|
NAMA SISWA
|
JENIS PELANGGARAN
|
WAKTU
|
KETERANGAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*) sekali lagi, nama-nama tersebut di atas hanya rekaan.