Jam dindingku menunjukkan pukul 20.00.
"Pa, udah jam delapan. Minum obat dulu." kata istriku.
"Satu jam lagi. Ma. Tadi pagi kan minum jam sembilan, " jawabku.
"Ini sudah malam lho Pa. Itu memang obat diminum dua kali sehari. Tapi tidak harus tepat 12 jam sekali. Nanti selak ngantuk lho," desak istriku.
"Dokter kan sudah kasih resep sesuai dengan perkiraan yang tepat. Penyakitku ini sudah diperkirakan akan KO selama 12 jam setelah dipukul pakai obat ini. Nanti setelah 12 jam dia baru mau siuman. Baru dipukul lagi pakai obat ini. Jadi efektif obatnya," jawabku.
"Oh gitu ya Pa?"
"Iya,"
Aku menunggu sampai pukul 21.00 sambil lihat youtube. Sementara itu, istriku sibuk menghangatkan sayur dan mencuci piring.
"Pa, sudah jam sepuluh lho. Obatnya sudah diminum belum?" istriku mengingatkan.
Aku kaget. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Wah telat nih.
"Tenang Ma. Ibarat kata nih. Penyakit ini baru pingsan selama 12 jam. Terus dia tersadar. Tengok kanan tengok kiri. Musuhnya nggak ada. Dia senang dong. Setelah satu jam, dia bangun sambil senyam-senyum. Padahal dia di-PHP-in. Tiba-tiba musuhnya datang dengan bogem mentahnya. Uh, pukulan ini sakitnya lahir batin. Tidak hanya fisiknya yang kena. Mentalnya juga. Lebih efektif Ma."
"Sakarepmu Pa,"