Di akhir musim penghujan ini, volume air sungai semakin mengecil. Ikan pun semakin menghilang. Yang tersisa adalah anak-anak ikan yang masih kecil dari telur yang telat menetas. Pasti induk ikan ini salah perhitungan karena sebentar lagi sungai akan mengering. Biasanya telur ikan menetas pada awal musim hujan sehingga anak-anak mereka dapat bertumbuh kembang dengan baik. Dalam kondisi menjelang kemarau dan sungai biasanya mengering, ke manakah mereka akan mencari perlindungan? Oh kasihan. Kini, mereka hidup sendiri. Induk-induk mereka entah pergi ke mana. Tapi itulah alam. Ada yang pandai berhitung ada yang tidak pandai.
Saat-saat seperti ini dimanfaatkan oleh Ken dan Kan untuk menangkap anak ikan yang masih kecil dan nampak jinak. Sore menjelang asar, berbekal seser, gelas plastik dan botol beling, Ken dan Kan turun ke sungai mereka mencari ikan.
"Ken Kan ini di sini banyak ikannya," teriakku sambil menunjukkan tempat anak ikan berkumpul. Cukup dengan melambaikan tangan untuk membentuk bayangan di tempat berkumpulnya ikan, Ken dan Kan memahami isyaratku dan segera menyerok anak-anak ikan.
"Jangan pakai seser. Pakai gelas plastik saja. Pelan-pelan," kataku memberi komando.
Mata seser yang mereka gunakan terlalu lebar untuk menyerok anak ikan yang masih sangat kecil.
"Kan, ayo mandi, sudah sore," teriak pengasuh Kan tiba-tiba.
Beberapa saat Kan nampak berdiskusi serius dengan Ken membahas hasil tangkapan mereka dan tak mempedulikan panggilan Mba pengasuhnya.
"Ayo pada naik. Sudah sore. Mandi. Terus berangkat TPQ," teriakku setelah terdengar suara adzan asar dari toa mushola.
"Yahhh...," gerutu Ken yang selalu berdoa supaya TPQnya libur supaya tidak ada tes TPQ.
Mereka bergegas naik. Aku membantu memegang botol beling, gelas plastik dan sesernya.
"Ini nanti dipelihara dimana Ken?" tanyaku
"Di ember," jawabnya singkat.
"Yah, di ember. Minta beliin aquarium dong,"
(maaf sedikit kalimat provokasi supaya ayah ibunya membelikan aquarium untuk memelihara hasil tangkapan Ken dan Kan) 🤭🤗😁