Setelah membayar biaya pendaftaran pembuatan SIM di loket BRI, aku mengantri di ruang foto. Setelah mengantri beberapa saat, giliranku tiba. Ada 2 petugas yang masing-masing menghadapi sebuah komputer, mesin finger untuk mendeteksi sidik jari sekaligus tanda tangan serta sebuah kamera. Setelah proses pendataan sidik jari, tanda tangan dan foto, Pak Petugas menverifikasi data-dataku.
"Pak Basuki?" tanya petugas yang nampak masih muda
"Ya betul," jawabku
"S.Sos. ya Pak?"
"Bukan S.Sos. Saya bukan sarjana sosial,"
"Yang benar sarjana apa Pak?" tanyanya lebih lanjut
"Sarjana Sastra. Kok Anda tahu kalau saya sarjana. di KTP saya nggak pakai gelar sarjana?," tanyaku penasaran.
"Kan pendidikan Bapak S1," terangnya
"Nggak usah pakai gelar lah. Nama saja cukup. Saya nggak suka pakai gelar-gelar," kataku
"Biar lengkap Pak. Jadi saya tulis saja ya Pak,"
Aku diam sebentar.
"Ya, boleh lah, kalau Anda memaksa," kataku akhirnya menyerah
"Jadi S.Sos ya Pak?"
"Bukan S.Sos. tapi S.S. Sarjana sastra," jawabku
"Huruf S-nya dua ya Pak?"
"Iya," jawabku
"Terima kasih Pak cukup.
Setelah SIM jadi, ternyata namaku tertulis dengan gelar S.SS. S-nya tidak hanya 2 tapi 3.
"Gelar Sarjana apa ini?" aku bertanya-tanya.